Lepas magrib masih dengan baju seragam PGRI, keluar dari gerbang sekolah dengan lengan baju tergulung sebatas siku. Menyalakan si skupi, lalu bergegas menjemput Berli di rumah ibuk. Aku mempercayai ibuk sepenuhnya untuk terlibat dalam pengasuhan dan penjagaan Berli selama aku bekerja. Dan Jumat petang itu adalah hari pertama visitasi akreditasi sekolah. Tempat aku mengais rejeki dan berkah Gusti selama 13 tahun ini. 

Begitulah pertanyaanku ke salah satu kepala sekolah yang kebetulan teman sekelompok waktu pendidikan guru penggerak. Dengan Pak Galih memang seru kalau diskusi, apalagi beliau ini adalah seorang kepala sekolah yang SD nya terbilang moncer. 

Dokumentasi FTBI 2024, meskipun ga lolos 3 besar 🤣

Aduh sumpah... Kesabaran sedang diuji banget semenjak menjelang ulang tahun ke 35 kemarin di akhir September. Yang tadinya berharap ulang tahun dibahagiain, tapi nyatanya hati dibuat hancur sehancur-hancurnya. Dan disusul dengan rewelnya si Cibil bayi gembil sejak kemarin malam. 

Waktu itu di tahun 2013 adalah kali pertama saya mengajar di kelas 5. Merupakan tahun kedua saya menjadi seorang guru honorer di sekolah tempat saya mengajar hingga saat ini. Adalah pengalaman pertama mengajar jenjang kelas yang banyak lombanya. LCC, Jambore, OSN, LCTP dan lain-lain.

 "Betah banget ngopeni sakit gigi toh?" 

Tante Pina agak ngegas ketika aku sambat soal sakit gigi. Masih dalam masa cuti saat itu dan memang ngrasain sisa akar gigi berlubang senut-senut. Sempet dilihat dan ada semacam benjolan kecil di gusi luar berisi nanah dan darah. Oke lah yaaa masih abai karena cuma senut-senut aja dan benjolan kecil itu kempes kalau selesai sakit gigi.