Yuhu...
Kali ini postingan masih seputar TFP ronde 50 ya.. masih dalam suasana kemarau. Pastinya teman-teman punya cara sendiri bagaimana menikmati kemarau kali ini. Mau mengeluh panas-panasan, ngendon dikamar dan menikmati sejuknya AC, atau bercengkrama dengan yang terkasih di bawah pohon sambil nyrutup es degan. Duh...ada cara menikmati kebahagiaan sekalipun kemarau mendera. Ceileee......
Nah, saya bahagia banget nih beberapa teman blogger syudah menyetorkan jepretannya ke saya. Kalian yang belom saya masih setia menunggu kok sampai tanggal 16 ktober 2014. Buruan atuh,,,,, jangan sampe kelewatan TFP ronde 50. Hahaha...
Sebelum ngedisplay karya teman-teman, tengok dulu jepretan yang membuat saya jatuh cinta di kemarau ini...
Dandelion... |
Aloha!!!!
Terkejut tiada kira mana kala "ketiban sampur" buat nerusin Turnamen Foto Perjalanan. Berkat tusuk konde warisan mbah putri dan jepretan ala kadarnya, ternyata berhasil memikat hati si gadis cantik yang lagi jatuh cinta ini Silviana Apple. Itu artinya, TFP nggak boleh berhenti kan yah, maafkeun jikalau agak lama, maklum mencari tema yang agak-agak gimana gitu cukup susah juga jeh. Atau cuma alasan aja karena saya malas *kemudian dikeplak* hahahaha.
Aku teringat tentang cerita guru SDku
sewaktu duduk di kelas dua dulu. Bahwa jaman dulu sering ada kegiatan
bersama-sama di desanya untuk membersihkan lingkungan yang biasa disebut gugur gunung. Selain itu ada juga acara “sambatan” dimana para bapak bahu -membahu
mendirikan rumah warga. Bisa dikatakan itu adalah tradisi yang sampai saat ini
mungkin masih berlaku. Kalau di desaku masih ada tapi entah kalau di desa lain.
Yang tersisa dari mbah putri, sebuah tusuk konde untuk mempercantik tatanan gelungan rambut putihnya. Kepada ibu, beliau wariskan yang sampai saat ini tersimpan rapi di laci meja rias ibu. Kebayang betapa cantiknya simbah ketika rambutnya berhias tusuk konde "Doea Negara".