Kamis, 23 Januari 2014. Seharian Purwodadi diguyur hujan. Berita banjir dimana-mana (Alhamdulillah Purwodadi bebas banjir), ke sekolahpun terlambat. Kami (saya, Duwik, Aulia, Roni dan Adhit) sepakat untuk survey lokasi untuk perpustakaan mini rencana AMBC. Menerjang gerimis kami segera memutuskan untuk berangkat tepat jam 12.00 waktu bagian Purwodadi. Sampai di lokasi, kita langsung babibu...casciscus masalah dekorasi. Setengah jam kami di lokasi dan akhirnya setelah mencatat bahan-bahan dekorasi kami berpencar untuk membeli bahan yang kami butuhkan.
enarsis dan rembug dadakan |
Menjelang magrib saya menerima sms dari teman SMP saya. sebuah kalimat bertuliskan "Cheila, Duwik... ba'da isya ada acara? butuh bantuan kalian nih..." Sebenarnya sms itu tidak hanya ditujukan kepada saya, tetapi untuk teman saya Duwik. Tanpa mikir panjang jemari saya mengetik kalimat balasan sms tersebut, sampai deal lah untuk berkumpul di rumah saya ba'da Isya.
Tepat ba'da isya, datanglah teman saya yang mengirim sms tadi. Dia bernama Roni dan ditemani Aulia. Saya dan Aulia memang masih bertanya-tanya ada apa sih Roni minta berkumpul di rumah saya ba'da isya. Dengan muka penuh tanya Roni masih menyimpan sebuah rahasia kecil untuk kami (saya dan Aulia). Sebelum penjelasan dari Roni mengucur deras dari bibirnya, sebuah martabak manis yang dibawakan Roni dan kopi hangat suguhan ibu terpampang di depan kita bertiga. Memang malam itu Purwodadi terasa begitu dingin.
Saya boleh berpendapat kan?
Nggak bakal di demo kan kalau saya bahas ini?
Semoga aja aman deh, soalnya pernah di protes teman-teman sekelas pas punya pendapat yang beda. Bukannya kita berhak mengeluarkan pendapat seperti yang diatur dalam UUD 1945 pasal 28E ayat 3 "Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat,berkumpul, dan mengeluarkan pendapat". Andai mereka sadar bahwa berbeda pendapat itu adalah hal yang wajar, asal nggak pake emosi. *tertunduklesu*
Karna rencana sang Pencipta selalu LEBIH INDAH daripada keinginan kita...
Allah memang menyimpan dengan rapi apa yang menjadi kehendakNya. Dan manusialah yang menjadi pelaku dari semua skenario yang telah Dia tentukan. Sedari rahim ibu dimana Dia memberikan segala ketentuanNya, entah itu hidup, mati, jodoh, maupun rezeki.
Banyak hal yang saya temui bahkan saya alami sendiri selama saya belajar "menjadi' dewasa (sampai saat ini saya masih tetap belajar). Entah itu bahagia, menyedihkan, mengecewakan, atau bahkan benar-benar menyakitkan sampai susah rasanya untuk move on. Dikatakan galau, memang iya. Tetapi semua itu adalah proses... Kalau kata teman ganteng saya 'Itu adalah proses pendewasaan, jadi nikmatilah".