Apa sih yang kita cari ketika mengikuti sebuah
perlombaan? Klise kalau dijawab mau cari pengalaman. Pastinya kalau ikut lomba
pengennya menang,kan? Saya juga gitu soalnya. Kalau kalah pasti ada perasaan
kecewa di hati, tapi harus disadari bahwa mengikuti lomba memang ada yang
menang dan kalah. Kalau grogi itu pasti, saya aja suka grogi kalau lihat
saingannya. Nah apalagi murid, mewakili sekolah di ajang lomba olimpiade Sains
Nasional. Selain untuk menunjukan sejauh mana pemahaman mereka dalam mapel IPA
dan matematika, juga sebagai ajang pertaruhan kerja keras guru. Bisa
dibayangkan gimana pusingnya dalam pendampingan sebelum lomba.
Anak-anak itu adalah spons paling
ajaib yang Tuhan kirimkan untuk kita. mereka akan menyerap apasaja yang mereka
lihat, dengar, bahkan mereka alami. Anak-anak itu selalu penuh dengan rasa
ingin tau yang sangat tinggi, makanya gak jarang saya sangat kualahan dengan
pertanyaan kritis dari mereka. Bahkan dari tontonan di televisi, mereka sering
ikut menirukan adegan-adegan yang kurang pas untuk seusianya. Pacaran,
sayang-sayangan, saling labrak, dan bahkan banyaknya berita mengenai kasus
tentang kejahatan seks yang korbannya adalah anak-anak.
hayuk aja diajak foto bareng |
Banyak yang
nanya ke saya gegara postingan foto saya dengan dokter kandungan saya di
facebook. Hemm... urusan cantik kita
sebelas dua belas deh dok, tapi nasib berkata lain. Wkwkwkwk. Apeulah saya inih,
pasien riwil yang bawaannya bahagia ajah kalau diperiksa tapi habis itu pusing
sama tagihan di kasir. Hahaha...
Yang tradisional
itu belum tentu kuno, gak kekinian, kurang bermanfaat atau bahkan ga ada
seru-serunya. Jaman kecil saya dulu belum kenal sama si burung pemarah yang
sampai sekarang masih ngehits. Paling keren jaman saya dulu itu tetris dan
tamagochi. Itupun cuma dimiliki anak gedong. Kalau saya? Ngumpulin tazoz aja
kudu ngrengek-ngrengek beli ciki dan itupun gak mesti dikasih. Kesian!.