Ini ceritaku dengan seorang
sahabatku dari kecil. Namanya Ita, sedari kecil kita sering menghabiskan waktu
bersama entah itu bermain, belajar, dan mengaji di madrasah sore. Bahkan kita
sering disebut anak kembar. Kemana-mana berdua, baju hamper sama, sepeda sama,
rambut juga sama-sama panjang, yang membedakan aku kurang pinter dan temanku Ita
selalu jadi juara kelas. Hahaha..
Dunia anak adalah dunia bermain dan
belajar. Apalagi sekarang kemajuan IT memanjakan anak-anak dengan gadget keren
macam tablet. Bukan hal yang aneh ketika anak
jaman sekarang begitu lihai memainkan jemarinya dilayar tablet. Bisa dikatakan mereka asyik bermain game, bahkan tak jarang
kalau anak sudah nyantol dengan tablet pastilah
gak mau jauh-jauh. Efeknya sih mungkin anak akan malas membuka buku untuk
belajar. Karena lebih asyik pakai ipad tentunya. Ya gak?
bokeh di gerobag wedang ronde |
Aku kembali menyelami lembaran
memori di otak yang sudah ku tutup, dan aku membukanya. Waktu itu, kita dan
teman-teman sedang bersama merayakan hari kelahiranku. Sebuah kado terindah
yang benar-benar manis itu memang sengaja bapak ibu berikan ditambah dengan
kesediaanmu menghabiskan waktu bersamaku, hari itu di ulang tahunku.
ngambil di google |
Entah
apa yang terjadi saat ini, apakah ini pengaruh globalisasi? Mungkin saya lagi
kena virus nasionalis, eh bukan! Karena merasa janggal dan kurang pantas saja
sih. Ini soal etika, dimana biasanya keluargalah yang menjadi guru utama dan
paling utama mengenai sebuah etika. Selain itu peran masyarakat juga
mempengaruhi etika seseorang.
Saya
ingat betul pesan bapak ibu dan pembiasaan sedari kecil. Kita biasa mengenalnya
dengan etika tangan kanan. Dari dulu sudah terpatri bahwa tangan kanan lebih
baik dari pada tangan kiri. Tangan kanan jauh lebih bersih dari tangan kiri, intinya yang bagus-bagus untuk tangan kanan dan
tangan kiri itu kebagian yang jelek-jelek. Kasian yah si tangan kiri.