Mbah Suprat manggut-manggut di depan kaca sambil menata
rambut putihnya.
“Coba deh bune, aku jalan-jalan gini masih pantes dibilang
ABG”
“Iyo pak, gantengmu itu memang ndak karuan pesonanya”
“Yaaaa kalau aku ndak ganteng, mesti bune dulu ndak mau tak
lamar. Lha wong umur 63 gini masih jos lhooo”.
“Kalau dua gigi depan itu sudah ndak ada masih bisa bilang jos,
pakne?”
Sama sibuknya dengan pekerjaan masing-masing. Saya dengan kesibukan mengajar di sekolah dan si aak sibuk di kantor dan bisnisnya. Terpisah kota membuat intensitas bertemu pun bisa dikatakan jarang, bisa dikatakan sebagai Long Distance relationship juga kan? Bahkan yang umumnya dilakukan oleh pasangan muda yang dimabuk cinta atau lebih dikenal sebagai apel malam minggu pun tidak pernah aak lakukan. LDR memiliki salah satu kenikmatan tersendiri. Dimana ketika rindu tak harus saat itu juga kita bisa bertemu. Ketika sedang dilanda sebuah masalah tak saat itu juga si aak ada disamping saya. Dan bahkan tak jarang hubungan menjadi sedikit panas dengan bumbu-bumbu pertikaian kecil yang berujung diam satu sama lain.
Jaranan |
Saya ditantang untuk melatih anak menari?
Sempat terpikir untuk melatih anak untuk goyang itik, goyang ngebor, dan goyang ala trio macan.
Tapi ketika bu kepala sekolah semacam memberi perintah "anak-anak tolong dipersiapkan untuk pentas menari jawa", seketika itu juga nyali saya menjadi ciut.
Untuk masalah nyanyi okelah saya bisa dan mampu, tetapi kalau nari? Aduhh... Plis deh bu kepsek, saya angkat tangan. Pengen nangis rasanya, tapi kalau sudah diberi tanggung jawab rasanya sangat gak etis kalau tidak dilaksanakan. Berbekal nekat dan modal apa adanya, saya bersama anak-anak belajar bersama melalui kaset vcd tari. Mengambil salah satu tarian yang dirasa mudah untuk ditiru dan dikreasi akhirnya saya sepakat untuk belajar tari jaranan.
Diambilnya sebuah kotak yang sudah berkarat di beberapa sisinya. Lalu tangan keriputnya perlahan membuka tutupnya sesekali mengusap debu yang menempel. Perlahan dikeluarkan satu per satu isi dalam kotak tersebut. Sebuah gelang yang terbuat dari manik-manik, dan selembar kertas usang dan foto seorang lelaki tampan gagah dan berkumis di wajahnya. "Dia ini kakungmu, Nduk. Bagus to kakungmu. Sama gagahnya seperti ayahmu" ucapnya sembari tersenyum dan pandangannya menerawang ke beberapa tahun silam.
Di dermaga pelabuhan Tanjung Perak, Lasmi mengantar kepergian sang Kapten lengkap dengan seragam lorengnya. Tugas menjaga daerah konflik saat itu mengharuskan Lasmi terpisah pulau dengan suaminya. Seorang Kapten asal Surabaya yang telah meminang Lasmi dan kini sedang mengandung 7 bulan buah cinta mereka. Kapten Bhirawa, begitulah dia akrab disapa. "Tunggulah daku istriku, jaga dirimu baik-baik. Rindukan aku dan selalu sebut namaku dalam untaian doamu. Jaga buah cinta kita, kelak dia akan seperti aku", kemudian sebuah pelukan dan kecupan mengiringi perpisahan sang Kapten dengan sisihan hatinya.
Detik, menit, hari, dan tahun berlalu. Dua tahun sudah rindu seraya bergelayut dalam sanubari Lasmi. Hanya sepucuk surat cinta pelepas rindu dan sebuah foto yang dikirimkan sang suami 1 tahun lalu sebagai pengobatnya. Buah hati yang selalu menanyakan "kapan bapak pulang bu?" menambah kemirisan hati Lasmi. "Sebentar lagi bapak pulang, Nak. Sabarlah ibu juga kangen bapakmu". Namun, hingga memasuki tahun ke tiga sang kapten yang dinanti anak dan istri tak kunjung kembali ke pelukan mereka.
Disebuah makam pahlawan itulah, Lasmi dan putranya melihat sang Kapten yang terbujur kaku. Sebuah peluru dari musuh menembus jantung sang kapten sehingga nyawanya tak bisa ditolong. Tangis dan rindu yang terpecah di pinggiran liang lahat itu mengiringi kepulangan kapten menghadap ilahi. Sebuah pesan sebelum ia tertembak, dan pesan itu disampaikan ketika ia hendak pulang kampung menemui istrinya. Sang ajudan menyampaikan pesan Kapten kepada Lasmi, "Kapten bangga memiliki istri yang sangat setia. Kapten bangga kelak jagoan satu-satunya ini memiliki cita-cita seperti bapaknya. Didiklah ia menjadi calon prajurit yang rela mati membela negri ini". Raga kapten telah pergi, namun cinta dan kegigihannya selalu terpatri di lubuk hati terdalam Lasmi dan sang putra. Meninggalkan nama dan sebuah kenangan untuk membela negri ini.