Malam minggu di Semarang [lagi]. Niatannya memang mau jalan-jalan saja sama mamas, dia sih janjiin buat shoping gitu. Ndelalah kok pas banget temen ngeblog yang sudah saya anggap adik sendiri datangnya dari Banjarnegara ini ngajakin ke Semarang. Tak lain tak bukan ya nduk Idah ceris. Ya sudah lah sekalian saja shoping + kopdar gitu. Sepanjang perjalanan diguyur hujan, jadi membutuhkan waktu dijalan lumayan lama sih. Sampai di Semarang memang udah kesorean banget dan waktu smsan sama Idah dia sedang di Masjid Agung Jawa Tengah dan saya sudah berada di kawasan simpang lima.
Senin pagi masih seperti biasa anak-anak melaksanakan upacara bendera. Namun kali ini ada beberapa peserta upacara yang berbeda dari biasanya. Memakai seragam coklat bak seorang praja dan ikut di barisan belakang murid. Gagah dan sigap mereka mengikuti upacara bendera meskipun sepertiyang kita alami jaman dulu ketika SD, ada beberapa accident karena rasa grogi yang cetar membahana badai. Dan accident yang terjadi senin kemarin adalah pertama pasukan pengibar bendera tertinggal satu langkah karena kurang mendengarkan aba-aba, kedua dari tim paduan suara yang harusnya satu suara namun kali ini beragam suara mulai dari suara 1, 2, 3, 4, 5 bahkan 6 juga ada. Kalau dibayangkan seperti apa gitu *saya tak tega menulisnya. ha..ha..ha..
Awan kui koyo biyasane aku lan bocah-bocah podo umyek sak bubarane ngaso. Saben dino kemis wayahe pelajaran Basa Jawa. Yen ngomongke basa Jawa, krungu-krungu pak mentri pendidikan arep ngapus pelajaran basa jawa saka kurikulum SD nganti SMP. Padahal yen dirasakke budayane bangsane dewe iki iso katon gumilar saka kabudayan daerah to. Wes lah, ngomongke soal negara pancen ora ono enteke.
Siang itu...aku bertemu denganmudengan senyum kau sambut akudan mawar merah itu kau berikan padakuEntahlah,ingin rasanya aku mengadumenahanmu untuk tetap bersamakumendengarkan keluh kesahkumenjadi sahabat dikala aku ingin bercandamenjadi kekasih dikala aku merindumenjadi sosok ayah dikala aku piluKata-kata ini...bukan gombalan dari mulutkuyang biasa aku ucapkan saat berdua denganmuAku tanpamubagaikan mawar tak berduriyang layu bersama buliran air matakudan siang ituaku melihat air mata itu tulus dari hatimuyang merasakan kehilangan sosok yang kamu sayangibegitu juga akuseperti kehilangan arahyang merasa goyah ketika aku berjalan sendiridiatas rel siang itutanganmu menggenggamkudan langkahmu mengiringi langkahkumasih ada senyum diatas luka itumasih ada rindu di setiap aku memelukmuSampai kapanpunini adalah cerita indah yang telah Tuhan karuniakan untuk kitamengukir jalinan kasih bersamadan persahabatan selama lamanya