Kangen, mungkin bagi sebagian orang pernah merasakan kangen. Rasa yang sangat wajar ketika lama sekali tidak berjumpa dengan orang yang kita sayangi, teman dekat, bahkan kekasih. Lalu bagaimana rasa kengn itu bisa terobati? Banyak orang mengatakan obat angen adalah ketemu orangnya langsung. Benar atau tidak semua bergantung pada penilaian diri masing-masing. Dan bagaimana rasanya kita dikangenin sama orang lain?
Ketika kita dirindukan atau dikangenin oleh orang lain pasti kita merasa bahwa kehadiran kita ternyata memberikan sesuatu yang bermanfaat bagi orang lain sehingga orang lain menantikan kehadiran kita lagi. Atau bahkan mereka merasa kita adalah orang yang cukup penting dihati orang lain. Hal serupa saya alami ketika saya untuk kedua kalinya berkunjung ke sekolah setelah perpisahan PPL kemarin.
Baru memasuki gerbang sekolah anak-anak masih menghafali saya, mereka berlari menyusul saya dan berebutan untuk bersalaman sambil berteriak-teriak memanggil nama saya. Bahkan ada beberapa murid saya yang langsung memeluk saya sambil berkata “bu chela, saya kangen”. Wow!!! Awesome. Mereka merindukan saya, dan langsung mereka meminta saya untuk kembali mengajar di SD tersebut. (sebenarnya saya tidak menolak jika pak kepala sekolah meminta saya untuk bekerja di sd tempat saya PPL. He..he..he). Saya berkunjung ke SD ketika jam istirahat, jadi semua siswa sedang asyik bermain di lapangan dan langsung saya dikerubuti oleh murid-murid sambil mereka sesekali “mengadu” hal-hal kecil kepada saya. Ah memamng dunia anak itu sangat menyenangkan.
Niat saya ke sekolah adalah bertemu dengan kepala sekolah, namun hasilnya pak kepala sekolah sedang pergi. Keluar dari kantor kepala sekolah, saya melewati ruang kelas 4B. Saya kaget manakala siswa siswi kelas 4B langsung berhamburan keluar kelas dan salah seorang siswa yang bernama Chia memeluk saya dan bilang “bu, kangen banget sama bu Chela. Disini saja to bu, ngajar kita lagi”. Haduh, pernyataan yang cukup membuat saya terharu. Namun saya senang itu artiya anak-anak mencintai saya. Seorang guru praktek yang kemarin selama 3 bulan membimbing mereka.
Apakah saya tidak merindukan mereka? Sebenarnya saya rindu a.k.a kangen dengan mereka. Cara saya mengatasi rasa kangen itu ya sesekali melihat foto-foto mereka di laptop, memandang bingkisan-bingkisan kecil dari mereka, terkadang sesekali anak-anak sms saya dan sms itu bertuliskan “bu chela baru apa?kangen sama bu chela, besok ke SD lagi ya bu”. Hemm… indahnya bisa memasuki dunia mereka, senangnya mereka merindukan saya.
Sahabat blogger apakah merindukan saya juga??? He..he..he…
Kenangan dan pengalaman yang sangat indah. Saya tak menyesal menjalani PPL ini. Justru saya merasa sangat senang. Ingin rasanya segera menyelesaikan study dan kembali menemui mereka. Untuk membimbing mereka, menjadi seorang teman, ibu. Sampai saat ini saya sedih ketika mengingat kenangan saya bersama mereka.
Penat dengan tugas, saya memutuskan untuk wasting time ke alaska a.k.a alas karet di sekitar daerah Bugel. Menikmati rimbunnya hutan karet dengan suasana yang cukup horor dan sejuk. Dalam perjalanan menuju alaska, saya melewati tempat lokalisasi. Wew :s begitulah potret kehidupan manusia. Cukup melihat saja lah *wong saya cuma lewat* hahahaha.
Sampailah saya di alaska. Suasana yang sejuk, lalu lalang kendaraan tak begitu ramai ditambah cuaca mendung. Menambah nuansa syahdu berada di dekitar alaska. Dan mulailah berceloteh san kemari sesekali orang yang melintasi tempat saya berhenti memandang ke sisi kiri jalan melihat saya dan Danz. Yea... sesi foto-foto ria. Iseng mencoba kamera pinjaman teman, dan dicobalah untuk menarsiskan diri saya di alaska.
Selama kurang lebih hampir setahun ini, dalam hal pendidikan masih banyak yang harus saya evaluasi. Entah dari mana asalnya banyak sekali hal yang meurut saya unik. Dan dari hal-hal yang sudah saya alami itu, saat ini saya bisa mengatakan "saya memiliki pribadi bahkan sejuta mimpi yang unik". Kenapa begitu? Begini ulasannya...
Awal tahun 2010 saya bersama teman-teman berhasil menyelenggarakan seminar yang bertajuk Stop Kekerasan Dalam Dunia Pendidikan. Ya, kenapa bertemakan seperti itu? karena dalam dunia pendidikan Indonesia sangat diwarnai dengan kekerasan terhadap anak. So, saya dan teman-teman berinisiatif menggelar acara seminar tersebut. Dan nilai plus bagi saya dan teman-teman adalah seminar tersebut dimuat dalam beberapa harian di sekitar kota. Jarang sekali acara PGSD dimuat dalam harian kota. "Sebuah apresiasi yang bagus dan perjuangan yang sangat bagus dari panitia" begitu komentar dari salah satu peserta yang ikut seminar itu. Dari itu saya belajar mengenai bagaimana bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan. Karena itu merupakan kepanitiaan pertama kali yang saya ikuti.
Kemudian saya melanjutkan aktifitas saya sebagai mahasiswa biasa. Hanya masih menyelesaiakan beberapa laporan. Namun saat itu saya menghadapi kendala bahwa rasa malas selalu menggelayuti saya. Ok.. ini yang dinamakan penyakit pelajar Indonesia. Malas.... lalu bagaimana cara saya untuk tidak malas? Saya meyakinkan diri saya " saya punya mimpi. Berjuta mimpi itu dalam benak saya, lalu bagaimana jika saya malas? haruskan mimpi itu terbuang sia-sia?". Memang bagi orang lain itu aneh, tapi bagi saya itu merupakan ramuan jitu untuk memerangi malas dalam diri saya.
Menjelang tengah semester atau bertepatan dengan tengah tahun saya berkecimpung dalam kegiatan Gebyar Budaya Indonesia. Lumayan sebagai panitia inti. Dengan keterlibatan saya dalam acara itu, saya belajar lagi untuk bersosialisasi dengan banyak orang. Tak hanya dari suku jawa, tapi ini dari bermacam suku yag ada di Indonesia. Belajar berbagai karakter orang dan tidak semua karakteritu sama. Belajar bagaimana menyelesaikan tanggung jawab sekalipun harus mengirbankan waktu untuk tidak bertemu keluarga di Purwodadi. Ya, pengalaman baru saya dapatkan. Dan ini tentu tak dimiliki oleh sebagian teman-teman saya. Bangga? jelas lah.
Dan akhir semeter ini telah di depan mata. Saya berada pada semester 6. Cukup adikatakan sebagai angkatan tua bagi adik-adik tingkat saya. Dan dalam semester itu pula banyak diantara teman saya yang sering dibelakang saya terbilang menjatuhkan. Entah itu menjelekkan saya, mencari kelemahan saya. Saya masih berpegang teguh pada prisip saya "Hidupku bukan berdasarkan pada omongan orang. Niat saya untuk mencari ilmu. Suka atau tidak saya jika bagi saya itu benar maka akan saya lakukan". Bapaklah yang selalu memberikan wejangan untuk saya. Dan pesan dari ibu selalu saya ingat "biar ibu yang bodho tapi anak ibu harus sekolah sampai sarjana". Kejutan di akhir semester ini adalah Indeks Prestasi saya turun sekitar 0,5. Target awal untuk semester ini adalah 3,6 tapi target itu tidak saya dapatkan.
Apakah saya kecewa? jawabannya adalah YA. Karena saya merasa sudah semaksimal mungkin salam mengerjakan tugas. Bagaimana menyelesaikan tugas dan presentasi. Cukup membuat saya enggan lagi untuk memaksimalkan kuliah ini. Inilah kelemahan saya, sekali target yang saya tetapkan tidak terpenuhi saya pasti "nglokro" kalau orang jawa katakan. Atau istilah mudahnya putus asa. Karena bagi saya, ketika saya pulang ke rumah dengan membawa transkip nilai semester itu adalah sebuah kado kecil untuk orang tua. Pulang dengan membawa nilai setiap semester entah itu baik, cukup, atau mungkin kurang akan memberikan kesan tersendiri bagi orang tua. Dan senangnya ketika sebuah senyuman dan rasa bangga itu menghiasi diri Bapak dan Ibu saya.
Dan saat ini saya menjajaki semester 7 di Universitas Kristen Satya Wacana. Masih sebagai mahasiswa calon guru PGSD yang insyaallah pertengahan semester depan akan menyelesaikan study. Saat ini pula saya tengah melaksanakan kegiatan wajib sebagai bekal ketika terjun dilapangan nanti. PPL ( Program Pengalaman Lapangan) di SD Sidorejo Lor 1 Salatiga. Berangkat dengan ilmu yang pas, penampilan yang pas, nyali yang pas, dan semuanya serba pas. Melihat bagaimana respon murid-murid terhadap mahasiswa menjadikan yang tadinya saya ragu kini semakin bersemangat. Bermain dengan murid, belajar dengan murid, menjadi sahabat ketika diluar kelas. Menjadi seorang ibu ketika di dalam kelas. Menjadi panutan yang sangat mereka banggakan. Sesuai dengan yang dikatakan bapak "anak SD itu justru akan lebih percaya gurunya daripada orang tuanya. Atau gampangnya DEWA nya murid itu ya gurunya".
Dalam menjajaki semester 7 ini, beberapa kali saya mengalami beberapa kendala. Saya dikatakan sebagai penghianat manakala saya berbeda pendapat dengan keputusan teman-teman. Ini negara demokratis, beda pendapat bagi saya hal yang wajar asal kita bisa menempatkan dan bisa untuk menghargai. Ini sempat menjadikan diri saya down, tapi kembali dengan prinsip saya " menjadi BEDA itu bukan suatu masalah besar. Berani menjadi beda itu bagus asal tetap untuk menghargai yang lain". Dan solusinya adalah tetap staycool.
2010 akan segera mengakhiri diari pendidikanku yang penuh dengan mimpi. Selamat datang 2011 dan akan ku buka lembaran baru diari pendidikanku dan cita-citaku. Mengukir rentetan mimpi dalam benakku dan dengan penuh doa, harapan, dan usaha semoga mimpi itu akan segera terwujud di 2011 nanti.
Artikel ini diikutsertakan pada Kontes Unggulan Muhasabah Akhir Tahun di BlogCamp.