Pengalaman Tubektomi dan Setelahnya

By Chela Ribut Firmawati - March 05, 2025

Tubektomi apaan sih? Itu istilah medisnya ya, tapi paling gampang orang menyebutnya KB steril gitu lah. Bahkan pertama kali ngabarin mbak kalau aku hamil, beliau langsung bilang "gapapa hamil. Itu rejeki. Dah jelas kan SC lagi nanti sekalian steril. Mbak juga steril, kok! Tiga anak cukup, lah!". Dan akupun masih terdiam saat itu. 



Pun ketika bertemu dengan Dokter Anita (lagi) di usia kehamilan 11 minggu. Dokternya kaget ketika aku dan rombongan masuk ruangan. " Kok cepat sekali nambahnya?" Hahaha. Lalu di akhir sesi konsultasi beliau juga berkata "nanti kita jadwalkan SC saja sekaligus steril ya, pak! Sudah riwayat 2x SC dan cukup. Nanti resikonya jadi lebih sakit dan usia juga sudah 34 kan. Steril saja ya, saya juga steril kok bu!". Santai benerrrrrr ngomongnya. Sementara aku masih yang spechless gitu, lho. Nggak tahu rasanya masih yang sayang aja gitu. Tapi kepentok pilihan mau KB apa. Suntik takut, IUD malas ribet dan banyak keluhan, KB mandiri nyatanya kebobolan 😆. 


Beberapa kali papa meyakinkanku untuk mengikuti saran dokter. Selain karena riwayat SC, beliau juga melihat kondisiku selama hamil keempat untuk anak ketiga ini. Yang sering nangis lah, muntah terus lah, nggak doyan makan lah. Tentunya diiringi dengan ikhtiar kita mencari informasi terkait KB Steril atau Tubektomi ini. 


Jadi, Tubektomi adalah prosedur pemotongan atau pengikatan tuba falopi (saluran indung telur) sebagai metode kontrasepsi permanen untuk wanita. Pemilihan KB ini memang cocok bagi pasangan yang tidak lagi menginginkan untuk nambah anak. Dan kami SECARA SADAR memilih KB itu karena sudah cukup dengan amanah 3 anak. Sebelumnya di kelahiran Tiara sudah ditawarin untuk steril, hanya saja papa menolak dan sebenarnya aku sudah siap. Tetapi di proses melahirkan Berli kemarin akunya yang merasa siap nggak siap untuk sekalian di steril. 

Menurut dari berbagai sumber yang aku baca, KB steril atau tubektomi ini sifatnya permanen ya. Karena kondisiku saluran tuba dipotong. Dan dilakukan setelah bayi dikeluarkan. Pokoknya nggak berselang lama dari proses pengeluaran bayi lalu diberi kode oleh mas Ardi dan tim kalau memasuki proses steril. Disitu aku ngefly dan sempet ketiduran juga. 

Duh jangan ditanya ketika rasanya menghadapi meja operasi untuk ketiga kalinya. Sejak masuk ruangan saya meminta pemasangan kateter kalau sudah dibius saja. Se overthinking itu apalagi tim bedahnya mas Ardi nih masih muda-muda semua. Nah loh! Cuma bisa pasrah. Asliiiii sepasrah-pasrahnya gitu lah ya. 

Efek Samping Tubektomi Atau KB Steril 



Kupikir pasca operasi dengan ERACS aku akan santai dan dengan mudahnya miring juga duduk. Ternyataaaaaaaaa rasanya sangat aduhai. Aku mengalami nyeri di luka bekas jahitan tetapi jauh lebih nyeri di perut dalam. Perut seperti kram tapi lebih dari kram, nggak bisa menggambarkan sesakit apa pokoknya saya menangis, mengigau dan dielus atau suruh istifarpun ya cuma dengerin aja. Asli... Sakiiiittttt. 

Dua malam ngrasain perut kayak diperes-peres sampe nangis-nangis mana kondisi saat itu juga lagi banjir. Aduhai banget memang melahirkan ketiga ini. Sementara papa berupaya minta obat tambahan untuk mengurangi rasa nyeri namun apa kata perawatnya "memang begitu ya pak karena SC ketiga itu kan membuka sayatan SC sebelumnya jadi terasa lebih sakit!". Tapi ini bukan sakit di jahitannya tapi di dalam... gimana donk? huhuhu...

Terbilang untuk masa pemulihan memang lumayan butuh waktu lebih lama menurutku, ya. Hanya saja karena aku juga harus melaksanakan pendidikan guru penggerak, jadi mau nggak mau ya harus sedikit mengesampingkan sakit dan manja. Tapi kata mas Ardi malah bagus kalau dipakai aktifitas biasa. Biar lentur ototnya. hahaha. 

Nah sejauh ini alhamdulillah banget aku merasakan tubektomi atau steril ya tidak ada efek apa-apa. Dan semoga terasa aman seterusnya ya. Karena dari yang aku baca memang ada beberapa resiko yang dapat dialami dari jenis KB ini. Seperti infeksi, perdarahan, efek samping obat bius, nyeri panggul atau perut yang sulit hilang, kerusakan organ, seperti usus, kandung kemih, atau pembuluh darah. Bahkan jika tuba falopi yang tidak menutup dengan sempurna setelah tubektomi dilakukan dapat meningkatkan risiko terjadinya kehamilan ektopik. Kondisi ini tergolong berbahaya dan harus segera mendapat penanganan. 

Memang sih dengan memilih tubektomi atau kb steril ini yang aku alami selama hampir setahunan ini dan kembalinya siklus menstruasiku itu datang selalu tepat waktu. Katakanlah siklus mens yang aku alami adalah 28 hari dan jatuh di tanggal 4 setiap bulannya. Bulan berikutnya juga tanggal 4 bisa dipastikan aku mens. Dan pasti ada drama pms dua hari sebelumnya donk, rugi kalau nggak ada pms dengan mode senggol bacok. hahaha. 

Untuk kuantitas darah menstruasi menurutku ya biasa saja sih. Deres ya deres seperti biasanya. Dan kesimpulannya memang dari beberapa kali percakapan dengan wanita yang juga memilih KB steril ini efeknya berbeda-beda. Paham ya kalau di aku begini kok kamu enggak. Karena ya gitu nggak harus sama. ☺

Jadi gitu sih pengalaman aku setahun pasca SC ketiga dan steril. Yang penting tetap memperhatikan tubuh dan haknya untuk mendapatkan asupan yang baik, kelola stress dan olahraga. Insyaallah sehat jasmani dan rohani juga mental. Nah, apapun pilihan KB nya pastikan sudah benar-benar dikomunikasikan dengan pasangan ya. 


Semoga bermanfaat. ☺


sumber : https://www.alodokter.com/tubektomi-ini-yang-harus-anda-ketahui

  • Share:

You Might Also Like

0 comments

Silahkan tinggalkan jejak di blog guru kecil ya. Mohon untuk tidak memberikan LINK HIDUP dalam kolom komentar. Jika memang ada,komen akan di hapus. Terimakasih;)