Festival Transformasi Pendidikan di Solo... Ih serunyaaaa!!!!
Sudah kubulatkan tekadku untuk sehari tanpa anak-anak. Mengikuti kegiatan Festival Transformasi Pendidikan di stadion Manahan Solo itupun bersama papa. Sekali lagi, bersama papa. Sebelumnya ketika menerima info terkait kegiatan seminar dan simposiumnya, aku diskusikan dengan papa dan ternyata gayung bersambut. "Ikut gakpapa, ma. Nanti anak-anak biar sama ibuk Eni dulu di Ngembak!" Ya sudah, kutepis kegalauan untuk meninggalkan Intan, Mutiara dan Berli, dan mantap untuk berangkat ke Solo pagi itu.
Depan sendiri, yaksip! |
Bukan tanpa alasan sebenarnya aku agak galau, mengingat ini kali pertama meninggalkan bayi berusia 8 bulan yang masih ASI meski sudah disambung sufor. Peralatan pumping tak lupa aku masukkan ke ranselku, takutnya aku dilanda mastitis dan tidak khusyu mengikuti kegiatan seminarnya. Dan percaya nggak, aku tuh nggak expect akan ada Cokelat Band yang jadi pengisi acaranya. Intinya bisa pergi aja barang sehari tuh dan alhamdulillah banget.
Bersama dengan rombongan Kecamatan Purwodadi, kami start dari RSI dengan bus gedhe. Lah ya temennya tayo gitu sih. Awalnya, aku normal-normal saja apalagi kududuk bersama sahabatku yang bisa ngemong aku. Sementara papa bersama Bu Lenny yang dia akui sebagai kakaknya wkwkwk. Tepatnya bestie sekelompok di Pendidikan Guru Penggerak angkata 8. Eh nggak tahunya, di tengah perjalanan sudah terasa ingin sekali mengeluarkan isi perut. Jadinya ya pindah ke kursi depan sendiri sebelahnya pak sopir sementara Miss Retno asyik bermimpi sambil merangkul tas Elizabethnya yang baru. Cairan sertifikasi boskuuuuu. hahaha.
Ajang Kopi Darat Dengan Teman PPG
Jadi, begitu bus sampai di Stadion Manahan Solo, aku berdecak kagum. Yang dulunya ketika main ke Solo cuma lewat saja di depannya tapi hari itu saya benar-benar menginjakkan kaki di sekitaran Manahan bahkan di dalam stadionnya. Asli, aku norak dan menjadi orang paling gumunan sih ya. Hahaha. Karena stadion ini beneran megah dan luas bangeeetttt. Begitu turun bus, nggak lupa untuk berpose dulu. Misi... numpang pose dulu.
Setelah pembagian makan siang, aku bersama rombongan (Miss Dwi dan Bu Lenny) sepakat memasuki area stadion sementara kaum bapack-bapack melaksanakan solat Jumat. Sambil menunggu, kami menikmati stan pameran hasil belajar yang diikuti oleh perwakilan dari setiap kabupaten di Jawa Tengah. Kabupaten mana yang jadi favoriiiiiiiiiitttttttttt? Oh... jelas Kabupaten Grobogan donk!
Bonusnyaaaa.... di Stan Kabupaten Kendal dan Blora aku bertemu teman seangkatan PPG Daljab tahun 2021, lho! Bertemu Bu Inggit dan Pak Firdaus, rasanya ada insekyur tersendiri karena mereka itu adalah orang-orang keren dan berprestasiiiiii. Lha aku? hahaha... cuma remahan doank iniii.
Pokoknya aku salut banget sama mereka yang keren-keren banget lah!
Seminar dan Puncak Festival Transformasi Pendidikan
Belum juga jam 3 sore tapi kami sudah diminta untuk memasuki Gate IX dimana disitu lokasinya Kabupaten Grobogan, Purworejo dan mana lagi gitu. Agak ragu karena ya panas banget pasti. Tapi penasaran kayak gimana Stadion Manahan itu. Akhirnya ya sudah masuk saja ke gate IX dan nyantai dulu kawan karena punggung minta direbahin sebentar sambil melihat para rombongan lainnya masuk. Sekaligus mengabsen temen sekelompok CGP lengkap atau enggak. Hiyaaa.
Karena dirasa sudah cukup ramai akhirnya aku bersama papa memutuskan masuk ke stadion. Mencari posisi duduk yang enak meski dapet jatag di belakang sound check. Gapapa wes berhadapan dengan layar gedheeeeeee karena ya panggungnya jauh banget. Wkwkwkw. Mayan nunggu agak lama sih, dan jam tiga lebih tiba-tiba openingnya pagiboeta band. Langsung donk jingkrak-jingkrak sambil nyanyi. Teriak sana sini, heboh pokoknya.
Sementara papa? Cuma diliatin aja sih karena sudah pasti hapal aku kayak gimana kalau ada musik. Wkwkwkwk. Bersyukur diberi ruang untuk berekspresi atau mungkin dia menahan malu? Wkwkwkwk. Yang jelas openingnya seru dan dilanjut dengan acara seminar sampai sekitar jam 19:30 an gitu deh.
Sebelumnya memang ditampilkan para GTK hebat yang simposiumnya masuk dalam simposium terbaik. Keren nggak tuh! Saat ini mungkin aku masih duduk di bangku peserta, next aku akan berdiri di podium dan memaparkan hasil karyaku dan menjadi yang terbaik. Amin.
Nah seminarnya ini mendatangkan langsung nara sumber dari Australi yang membahas tentang pendidikan Inklusi. Pemateri langsung didatangkan dari Sidney Univercity yaitu Prof Davien Evans yang memang beliau ini top banget tentang pendidikan inklusi. Butuh effort untuk mencerna seminar ini karena beliau memaparkan dalam bahasa inggris.
Intinya... Pendidikan Inklusi membutuhkan membutuhkan dukungan semua komponen sementara guru adalah aktor utama dalam menciptakan aksesbilitas pendidikan dengan semua latar belakang siswa baik dengan disabilitas atau tanpa disabilitas. Peningkatan kompetensi adalah hal yang mutlak dilakukan melalui belajar dengan siswa, orang tua maupun komunitas.
Jadi mikir nggak tuh... Bisa nggak nih kita mengimplementasikan pendidikan inklusi di kelas atau sekolah kita?
Malam Puncak Festival Transformasi Pendidikan BBGP Jawa Tengah, Guru Hebat Wujudkan Generasi Emas
Sedari magrib aku dan Miss Dwi juga Pak Bambang dan Pak Budi memang tidak kemana-mana. Stay saja di tribun meskipun jenuh karena sinyal simpati tak bersahabat di dalam stadion. Otomatik eksistensiku di dunia maya meredup *halah... Tapi memang sih aku jarang bermain hp karena lebih memilih menikmati in real time dan buktinya bikin video estetik untuk makan sosial mediaku aja kagaaaaak. Malah foto dan video dari hp nya miss Dwi yang baru. Wkwkwkwk.
Nunggu jeda agak lama dan udah agak worry karena beberapa kali ibu update kondisi berli yang mulai ngereog mencari mamanya sementara acara juga belum mulai-mulaiiii. Sedangkan papa malah asyik jalan-jalan entah kemana naik grab. Sebel sih tapi mau bagaimana lagi, khaaaaannnn. Dia asyik sendiri malahan.
Sorot lampu pun mulai dinyalakan dan permainan lampunya membuat takjub dan pertanda bahwa acara akan segera dimulai. Opening check nya bikin mulut ternganga-nganga. Dan nggak notice sama sekali akan dibuka oleh Cokelat Band, makanya begitu opening selesai dan dilanjut lagu Bendera, aku histeriiiisssss. Aaaaaaa nostalgia bangeeetttt. Jiwa putih abu-abuku meronta-rontaaa. Aaaaaaaaaaaaa!!!!!
Dokumantasi pribadi |
Bahkan menulis inipun aku jiga sambil rewhatch di youtubenya BBGP, loh. Kurang greget gimana cobaaaaaaa 😌 ya karena sepanjang acara akutuh beneran ikutan nyanyi, joged-joged, triak-triak sampe aku nggak peduli bau kesyut dari keringatku. Hahaha.
Beneran nostalgia banget sama lagu-lagunya Cokelat Band yang katanya Miss Dwi menemani masa galaunya. Trus juga Mbak Kikan tuh wajahnya kek awet muda aja gitu dari dulu. Stylenya juga nggak berubah. Dahlah... Pokoknya👍👍👍👍 aku dibuai dengan konser malam itu. Haha.
Tapi.. Tapi... Tapiiii... Nggak cuma Cokelat Band aja kok. Ada lah ya sambutan dari pak Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, dari BBGP juga ada bahkan ada sesi talkshow nya juga yang mendatangkan guru inspiratif yang viral di media sosial yaitu Sir Nata.
Kalau sesi sambutan dan talkshow ini aku simpulkan kurang lebihnya begini :
✅ Mengurangi beban administrasi guru sehingga guru dapat fokus dalam reformasi pembelajaran di kelas.
✅ Peningkatat kesejahteraan guru
✅ Peningkatan kompetensi guru
Dari clossing statemen narasumber :
Pak Atip Latifulhayat : Di tangan guru, Indonesia Emas bukan hanya sekedar asa yang sebentar lagi akan menjadi nyata.
Pak Kasiman : Negara ditentukan dari SDM nya, SDM ditentukan oleh pendidikannya, dan pendidikan tidak akan berakhir jika kita GEMAR BELAJAR.
Sir Nata : mengajarlah dengan hati. Lakukan sepenuhnya dari hati karena yang dari hati semua akan kembali ke hati.
Ditampilkan juga para GTK hebat yang menerima penghargaan dari BBGP Jawa Tengah. Sumpah ini bikin envy karena bisa sekeren ituuuuuu. Dan yaaaaa.... Clossingnya adalah konser Cokelat Band, donk.
Oiya... Acara malam puncak ini semakin gayeng dengan MC yang dari pembukaan aja udah kocak banget. Hahaha. Ada Mas Alit Jabangbayi dan Mbak Putri Manjo yang main di serial Tilik.
In the end...
Malam itu aku merasa bangga dengan profesi yang aku pilih secara sadar semenjak di bangku kuliah. Dengan sadar bahwa di Indonesia ini permasalahan di dunia pendidikan itu kompleks namun jangan ditanya bagaimana ikhlasnya guru-guru di Indonesia.
Aku bangga dengan diriku yang memberanikan diri untuk keluar dari zona nyaman dan harus repot-repot ikut guru penggerak. Harus nekat meninggalkan Berli yang masih berusia 7 bulan. Dan memang harus berani mengakui bahwa apa yang kumiliki dari segi ilmu ini masih belum ada apa-apanya.
So, aku bangga.. Bersyukur dan nggak kapok lah terlibat di kegiatan yang pada akhirnya juga bermanfaat untuk diri sendiri dan anak-anak di kelas.
Akhir kata... Terimakasih Allah, papa, pak kepsek, teman sejawat dan juga murid-murid kesayangan bu Chela. Juga 3 malaikat kecil mama yang rela mama sibuk, dan tak lupa terimakasih BBGP Jawa Tengah atas suguhan acara akbar yang the best. Tahun depan ikut lagi deh yaaaaa. Hahaha.
0 comments
Silahkan tinggalkan jejak di blog guru kecil ya. Mohon untuk tidak memberikan LINK HIDUP dalam kolom komentar. Jika memang ada,komen akan di hapus. Terimakasih;)