Oh... Ternyata Begini Rasanya Operasi SC ERACS! ~ Holaaaa bunda-bundaaaaa.... Finally, saya kembali di blog ini yang memang tidak terurus beberapa waktu lalu. Selain karena kesibukan mengikuti kegiatan Pendidikan Guru Penggerak, saya juga harus menikmati kembali masa kehamilan keempat yang ternyata luar biasa juga. Ya guru penggerak... Ya hamil... Suka heran dengan kuasa Allah yang memberikan diri ini kekuatan untuk bisa menjalaninya. Meskipun.... Sangat tidak mudah.
Hampir satu bulan yang lalu saya kembali berhadapan dengan ruang operasi, suara alat medis, dan geretakan alat steril di ruang operasi. Sectio Caesar menjadi pilihan kami (saya dan papa) untuk melahirkan bayi imut itu. Riwayat melahirkan sebelumnya memang membuat dokter semenjak bulan keempat kehamilan mengatakan "nanti SC saja ya... Mengingat ini kehamilan keempat dan riwayat sebelumnya! " Dan disambut papa "iya dok! " Sementara saya masih terkejut dengan penjelasan dokter Sp. Og sebelumnya.
Jadi, saya akan bercerita pengalaman melahirkan dengan metode ERACS. Disclaimer dulu deh... Kalau ceritanya loncat-loncat ya harap dimaklumin deh ya. Karena memang mengumpulkan kenangan itu tuh antara susah-susah gampang * halah.
Kehamilan yang tidak direncanakan
Semua berawal dari part ini, dimana saya sedang menikmati masa-masa "lulus" mengasihi Mutiara anak kedua kami. Bulan April 2023 saya ingat betul bahwa di bulan itu saya tidak lagi menyusui Tiara. Sounding beberapa bulan sebelumnya menghasilkan sapihan tanpa drama. Asli... Terharu banget menyapih Tiara karena anaknya sekalem dan sepengertian itu.
Saya mempercayai bahwa menyusui menjadi salah satu cara KB alami. Tentunya dibarengi dengan KB mandiri dan kami menyepakati untuk KB kalender. Tetapi di bulan Agustus saya mendapati terlambat haid dan mengira bahwa hanya terlambat biasa. Ditunggu semingguan di tamu belum datang juga dan iseng tespack jam 5 sore saya mendapati garis dua sangat jelas.
"Pah... Aku hamil! "
Sore itu di teras rumah kami berdua sama-sama spechless dan saya jauh lebih gampang baperan. Bahkan saat menjalani kehamilan ini, perasaan jauh lebih sensitif dan ada rasa bersalah kepada anak kedua kami. Mutiara.
Searching Informasi Terkait ERACS
Iya sedini mungkin saya mencari tahu apa itu SC dengan metode ERACS yang hype banget belakangan ini. Padahal usia kandungan masih di trimester 1 dan sudah geger gembor nyari info sana-sini. Terutama mencari rumah sakit yang juga menggunakan metode ERACS dan bisa dicover BPJS. 😄😀
Saya tidak akan menjelaskan apa itu ERACS ya bunda-bunda. Bisa mencari sendiri lah di google 😆😆. Tapi memang di kehamilan ini saya kembali memilih Dokter Anita Ratna D, Sp. Og untuk membersamai masa kehamilan hingga melahirkan. Ditambah lagi faskes yang saya pilih juga sedari melahirkan anak pertama, semacam ada kemantapan tersendiri gitu sih.
Nah, testimoni saya mengenai melahirkan ketiga di kehamilan keempat ini dengan metode ERACS itu rasanya... SAKITNYA MASYAALLAAAAAAAAHHHHHHHH. Jadi heeeyyy bunda-bunda yang bilang SC ERACS itu santai dan nggak sakit siapa heeeeyyyyyy. Saya nih jujur saja yaaaaa... Dua malam menangis kesakitan sampai papa bener-bener mendampingi dan bobok satu bed dengan pasien. Ini part yang bikin saya tambah nangis kejerrrr dimana papa terus ngelus-elus perut tapi ga tega lihat saya merintih kesakitan.
Jadi yang saya rasakan saat itu semenjak keluar dari ruang OP adalah kondisi memang terpantau stabil. Hanya saja ketika selesai di anestesi saya sempet muntah. Berselang dua jam pasca OP saya merasakan kaki sudah mulai kesemutan. Sebelum perawat meninggalkan saya di ruang perawatan, saya diberi pesan kalau kaki sudah mulai kesemutan bisa dicoba untuk gerak dan latihan miring. Lalu jelang magrib harus sudah bisa duduk.
In reallity... Boro-boro duduk... Buat miring kanan kiri saja rasanyaaaaa hmmmmm.... ISTIMEWA!!!! Dan saya memilih tiduran terlentang saja gitu. Hahaha. Kenapa? LHA KARENA SAKIT WOYY!!! 😆😆😆 Asli deh, hati saya mengatakan bahwa saya harus bisa melawan sakit ini. Tetapi tubuh seakan-akan menolak karena memang yang saya rasakan itu sakit banget. Papa sempat bertanya kepada perawat karena saya terus merintih kesakitan dan jawabannya begini :
"Jika dilihat kondisi pasien ini kan karena SC untuk ketiga kali jadi sayatan lama dibuka kembali dan ditambah dengan steril. Jadi sakit karena nyeri itu memang resikonya."
Padahal sudah ada infus anti nyeri tetapi tetap saja merapat istiqfarpun seolah-olah nyerinya semakin bertambah. Huhuhuhu.
Kesimpulan saya memang untuk luka di sayatan SC kala itu terkalahkan dengan nyeri yang kayaknya datang dari perut bagian dalam. Entahlah bagaimana harus menggambarkannya, yang jelas banyak orang mengatakan ERACS itu nggak sakit bagi saya jauh lebih sakit.
Bahkan disaat masa nifas belum selesaipun juga harus tetap menjalani tugas domestik terutama urusan perbayian dan toodler. Kalian bisa membayangkan bagaimana capeknya. Belakangan ini memang saya sering mood swing karena saking capeknya ini badan. Huhuhu.. Sabar ya aku.
Udah ah... Intinya memang ada faktor lain yang membuat testimoni orang-orang itu berbeda terkait melahirkan SC dengan metode ERACS. Bisa jadi sakit di saya tapi tidak bagi bunda lainnya. It's OK, kenali kondisi diri dan pastikan mau melahirkan dengan normal ataupun SC, kita adalah wanita yang sama-sama berjuang dan sudah memenuhi salah satu kodrat wanita.
Terakhir... Doakan saya di masa pemulihan ini untuk segera sehat dan tetap strong, ye. Xixixi.
0 comments
Silahkan tinggalkan jejak di blog guru kecil ya. Mohon untuk tidak memberikan LINK HIDUP dalam kolom komentar. Jika memang ada,komen akan di hapus. Terimakasih;)