Pengalaman Pertama Menjadi Pembina Upacara

By Chela Ribut Firmawati - August 08, 2023

Pengalaman Pertama Menjadi Pembina Upacara ~ "Siap ya non jadi pembina upacara hari ini!" bapak kepala sekolah memastikan ketersediaannya diri saya untuk menjadi pembina upacara. Namun saya selalu berkata "Nggak mau!" hahaha. Anak buah macam apa saya ini. Please jangan ditiru.  "halah.... udah siap itu, pak!" Bu guru kelas 6 berseru sambil tertawa melihat wajah saya yang tampak grogi. 


Benar saja, meski peserta upacara sudah siap di lapangan, saya harus berlari ke kamar mandi untuk buang air kecil. Respon ketika saya grogi ya seperti itu. Hingga akhirnya saya memantapkan langkah kaki saya melenggang menuju singgasana tempat pembina upacara bersiap. Lalu, sayup-sayup eh bukan sih, melainkan saya mendapati beberapa murid yang berkomentar begini.... 


"Wow, Bu Chela pembina upacaranya!!!!"

"Eh... Bu Chela, heeeee....."

"Amazing!!!"


Justru mereka membuat saya lebih salah tingkah dengan tugas pagi itu. Namun tetap donk harus menunjukkan profesionalitas. Tampak lebih dewasa, bijaksana dan tetap terlihat rupawan *halah*. Sampai akhirnya saya dipanggil oleh protokol menuju mimbar upacara. Diikuti Bagas yang bertugas sebagai pembawa naskah pancasila. Beginilah gambaran fotonya. 

upacara bendera
dokumentasi : Bu Yulita

Setelah 12 tahun...

Serius bu? iyaa.. terhitung semenjak pertama kali honorer, memang kemarin adalah pengalaman pertama saya menjadi seorang pembina upacara. Sebelumnya saya cukup berdiri di barisan peserta upacara atau berada dibalik petugas paduan suara. Dan momen kemarin itu sengaja saya abadikan di blog ini karena biar saja suatu saat nanti saya baca ulang. 

Bagaimana groginya, rasa deg deg an nya, dan ternyata berdiri tegak dengan durasi cukup lama membuat kaki pegel juga. Untung saya tidak menggunakan high heels dan lebih memilih sepatu flat. Nggak kebayang kalau saya memakai sepatu hak 5 cm itu, pasti berasa kenceng semua. Wkwkwkwk. 

Amanat Pembina Upacara 

Dalam amanat pembina upacara pagi itu, saya mengulas beberapa hal sepele yang ternyata banyak diabaikan oleh anak-anak. Tidak lupa saya korelasikan dengan momentum menjelang kemerdekaan. yaa... point-pointnya adalah seperti ini :

  1. Membahas tentang petugas upacara karena ini adalah kali ketiga mereka bertugas. Sedikit koreksi pada petugas paduan suara dan dirigentnya. 
  2. Kelengkapan atribut upacara yang dikenakan oleh peserta upacara. Cuma bedanya tidak ada barisan "khusus" bagi mereka yang atributnya tidak lengkap.
  3. Menganalisis nilai-nilai yang bisa kita pelajari dari peringatan upacara. Seperti rela berkorban, cinta tanah air, patriotisme dan semangat berjuang. 
  4. Pesan kepada peserta upacara agar dapat meniru apa yang para pahlawan berikan untuk negeri. 
Jadi sengaja saya tidak melulu berpidato, beberapa kali saya mengajak peserta upacara berkomunikasi supaya saya bisa mengalihkan grogi yang saya alami. Biasanya kalau grogi akan berimbas pada belibetnya saya ngomong. Namun dengan cara mengajak mereka tanya jawab ternyata cukup berhasil. Yaa... agak-agak memuji diri sendiri. hahaha. 


Terakhir sebelum menutup pidato, saya berpesan kepada mereka dan ternyata Rafael menyimak apa yang saya sampaikan "Jika dulu para pahlawan berperang melawan penjajah, maka sekarang kita juga harus berperang melawan kebodohan serta kemalasan dalam diri kita."


So, ini adalah cerita saya dan maafkan jika sedikit norak ya. 

  • Share:

You Might Also Like

0 comments

Silahkan tinggalkan jejak di blog guru kecil ya. Mohon untuk tidak memberikan LINK HIDUP dalam kolom komentar. Jika memang ada,komen akan di hapus. Terimakasih;)