Drama Gigi Copot Bagian 1

By Chela Ribut Firmawati - April 27, 2023

Intan : "Mama... gigiku belum dicabut sama bu dokter!" 

Papa : "Dia nangis, Ma! Baru dikasih yang dingin-dingin udah nangis kejer. trus dokternya bilang ya jangan dipaksa takutnya trauma." 

Intania



Saya yang sedang di dapur kemudian bergegas meletakkan pisau dan menuju ke Intan yang merajuk. Sudah menduga sih sebenarnya kalau akan berakhir dengan nggak jadi di cabut giginya. Worry sih saya, karena gigi permanen sudah tumbuh di belakang gigi susu yang goyang itu. Takut saja kalau giginya tidak rapi dan mempengaruhi tampilan dia nantinya. Alih-alih terulang lagi trauma masa kecil saya dimana kondisi gigi depan yang kurang rapi malah menjadi objek bully. 


Memang sih kalau dengan papanya, Intan cenderung lebih manja. Sementara jika bersama saya, manja tetap ada akan tetapi dia bisa terlihat lebih mandiri dan berani. Agak kecewa sih petang itu karena giginya belum tercabut. Dan naluri seorang ibu tentu akan ngomel setiap waktu. 


Ayo donk mbaaaa giginya di goyang-goyangke biar lepas. Bahkan kalau saya gemeessssss banget, saya agak memaksa untuk dapat memegang giginya itu. Ujung-ujungnya ya nangisssss dan saya jadi bulan-bulanan omelan papa. 


Akhirnya Mama Mengalah...

Iya, akhirnya saya mengalah dan mengupayakan untuk sounding ke Intan supaya mau menggoyangkan giginya biar bisa lepas. Bujukan agar ke dokter gigi masih dia tolak karena ada rasa takut dengan anestesi yang sempat dia rasakan saat itu. 


"Mama nggak tahu sih, paiiiiiitttt banget rasanya yoooook!" Alasan yang selalu dia ulang-ulang sambil sibuk berkaca dan menggoyangkan giginya sendiri. 


Tidak mau kehilangan akal, saya berupaya memberikan pengertian ke Intan dengan jalan nonton youtube yang temanya nggak jauh seputar copot gigi dan gigi yang tumbuhnya tidak rapi. Cara ini saya lakukan agar dia memiliki gambaran yang nyata bahwa gigi juga harus dirawat. Contoh paling nyata ya mamanya sendiri. "Intan mau giginya jelek kayak mama?" Hiks. 


Dan  Gigi Mungil Itu Copot

Dia berlari di ruang tengah dimana saya dan papanya sedang asyik berdiskusi tentang dapodik. "Mama...gigiku copot!". Yes, 31 Mei 2022 adalah momen pertama gigi Intan copot. Uh... Leganya hati mamaaaaa! Hahahaha. 


Dia berhasil melakukannya sendiri. Minim darah karena sudah keluar sedikit demi sedikit di saat proses menggoyang-goyangkan giginya itu. Sementara untuk gigi permanen yang tumbuh, kami menyarankan untuk "di pedeli" dengan lidahnya. Duh... Istilah Bahasa Indonesianya apa ya, semacam ditekan-tekan dengan lidah agar bisa ke posisi semestinya. *Kalaupun tidak bisa yaaaaa akhirnya nanti ketika dia besar kita berencana memakai kawat gigi. Hhuhuhu. 


Nih... Lucu kan 🤗😄😆


Ternyata gigi susu semungil itu ya, bund. Hahahaha. Lepas begitu kok rasanya gemessssss banget pengen langsung cabut. Wkwkwk. 


Yang Kami Pelajari Sebagai Orang Tua

Sebaik-baiknya guru kehidupan adalah pengalaman (katanya) dan gurukecil kami di rumah adalah anak-anak. Yaitu Intania dan Mutiara (doakan kami sedang promil ya...). Apalagi di kasus ini, Intan adalah tipe anak yang tidak bisa dipaksa. Dia akan tantrum dan yaa begitulah daripada mamanya ikut tantrum mending harus belajar mengalah dengan anak. 


Yang kami lakukan dalam menghadapi ketakutan dia dengan kondisi gigi yang akan lepas itu adalah : 

1. Selalu mengecek kondisi giginya. Seberapa level goyangnya sehingga bisa segera untuk dilakukan tindakan. Seberapa besar gigi yang sudah menyundul. 


2. Tetap tenang dan berusaha sounding ke Intan agar berani menggoyang-goyangkan giginya. Kami menyadari bahwa rasa sakit pasti ada. 


3. Menawarkan bantuan ke dia, entah bantu menggoyangkan giginya, memberikan dia tisyu, atau bahkan es agar dia bisa lebih nyaman dan mengurangi rasa sakit. 


4. Ngasih pengertian juga, bund. Yaaa lewat cerita pengalaman masa kecil saya dan papanya waktu copot gigi juga. Gapapa kalau kelihatan ompong karena gigi juga butuh proses untuk tumbuh. 


5. Menawarkan dia untuk ke dokter. Memberikan beberapa alternatif pilihan mau ke puskesmas, dokter BPJS nya, atau ke klinik dokter gigi mandiri yang kebetulan Intan udah nemu yang sreg. 


6. Memberinya reward berupaaaa dipeluk, dicium dan diberi es krim wals. 


Hehe.. kalau dipikir-pikir sesimple itu. Tetapi ya begitulah bahwasanya sebagai orang tua juga ikut berproses lah ya. Ini baru bagian pertama drama copot giginya. Lanjut nanti ya dan lebih seru lagi. 


Salam!

  • Share:

You Might Also Like

0 comments

Silahkan tinggalkan jejak di blog guru kecil ya. Mohon untuk tidak memberikan LINK HIDUP dalam kolom komentar. Jika memang ada,komen akan di hapus. Terimakasih;)