Apa Susahnya Minta Maaf?

By Chela Ribut Firmawati - February 28, 2023

"Pokoknya saya menunggu permintaan maaf dari kalian!" 


Siang itu di kantor dalam suasana agak ramai, seorang wali murid tiba-tiba marah-marah dan membawa kaca. Kaget donk saya karena saya pergi jemput Intan di sekolah, eh sesampainya di kantor ada keramaian dan kebetulan yang duduk di depan wali murid (yang sering komplain itu) adalah anak-anak kelas lima. Anak didik saya huhuhu.





Bu Lita dan Miss Pitri sedang berusaha menyelesaikan kegaduhan itu meskipun dari intonasi bicaranya terdengar sangat jelas bahwa mereka juga menahan kekesalan dengan si ibu itu. Yang usut punya usut tahu-tahu datang di kelas lima, lalu marah-marah sambil meyodorkan kaca sambil berucap "Ngaca ini ngaca!!!!". Penjelasan itu saya dapatkan dari Zaki yang kebetulan juga menjadi sasaran kemarahan si ibu. 


Selepas si ibu pulang dan merasa menang sudah marah-marah di sekolah, sayapun langsung mencari tahu ada apa sihhhh kok si ibu marah-marah lagi. Momen menggali informasi seperti ini memang sangat menantang karena tidak dipungkiri "jejak Sambo" juga mereka ikuti yaitu berbohong demi menghindari kemarahan guru. 


Jadi ceritanya begini....

Di jam istirahat, Gilang, Zaki dan Andre sedang bermain voli di lapangan. Tiba-tiba datang si anak sebut saja si paling benar kemudian mengejek ketiga anak itu terlebih dahulu. Selain mengejek, si paling benar ini tiba-tiba memukul ketiga anak tersebut. Karena merasa terganggu, ketiga anak itu kemudian mengejar si paling benar. 


Analisa saya adalah si paling benar ini memang mengajak bercanda tapi kebablasan. Lalu datanglah si W kepada ketiga anak tadi dan memberi tahu bahwa ejekan ke si paling benar ini adalah lalalalalalala. Dan karena didiamkan semakin menjadi-jadi, akhirnya ketiga anak ini ikut mengejek dengan ejekan yang bersumber dari si W ini. 


Laporlah dia ke ibunya dan merasa tidak terima anaknya diejek seperti itu. Merasa dibully dan bahkan yang menjadikan kami merasa sangat tidak nyaman dengan si ibu itu adalah selalu memojokkan guru, kepsek dan sekolah dengan kalimat "tidak bisa mendidik anak-anak". 


Yang disayangkan adalah ketika ketiga anak itu terlibat kejar-kejaran dan saling ejek, mereka tidak ada permintaan maaf ke si paling benar. Sementara jika mendapati analisa dari keterangan ketiga anak itu memang awalnya mereka tidak memulai. Justru seharusnya si paling benar lah yang harusnya minta maaf. 


"harusnya mereka minta maaf sudah mengejek anak saya, kenapa tidak ada?" proteslah si ibu itu yang sebenarnya dia juga tidak meminta maaf kepada guru dan kepsek karena sudah menilai kami tidak mendidik anak-anak. 


Apa susahnya Minta Maaf?

Padahal maaf adalah salah satu kata paling sakti selain tolong dan terima kasih. Tapi meminta maaf memang dibutuhkan keberanian dan juga mengesampingkan ego dalam diri. Lalu, mengapa minta maaf itu sangat susah. 


Bahkan kadang minta maaf bisa menimbulkan emosi negatif jika dilakukan tidak dengan tulus. Namun ketika kita bisa memaafkan atau bahkan meminta maaf secara tulus memang dapat melepaskan beban yang ada di hati. Ngrasain gitu juga ngga sih?


Secara psikologis ternyata ada alasannya lho mengapa orang itu enggan atau susah banget untu minta maaf. Melansir Psychology Today yang dimuat dalam health kompas, alasannya adalah berikut ini :


  • Berkaitan dengan Harga Diri : Dibutuhkan sifat legawa atau menerima dengan iklhas dan lapang dada untuk meminta maaf. Jika tidak didasari dengan legawa, rasanya meminta maaf seperti mengancam harga diri kita. 


  • Malu : Iya malu, maluuu banget. Tapi saya lebih memilih minta maaf daripada harus berpura-pura tidak salah jika memang saya membuat kesalahan. Sanksi sosial memang tidak bisa dihindari dengan rasa malu ini, namun mau tidak mau harus dihadapi dan lambat laun semua akan kembali normal. Ini hanya menyoal waktu saja sih menurut saya. 


  • Takut "Boroknya" terungkap : Bagi orang overthinking memang kadang dengan minta maaf justru dirasa menjadi pintu gerbang munculnya keburukan-keburukan lain dalam diri. Dan hal itu menjadi salahs atu pemicu enggan meminta maaf. 


  • Takut petahanan psikologisnya jebol : biasanya orang lebih nyaman untuk meluapkan emosinya dengan marah, sensitif, bahkan jaga jarak karena enggan meminta maaf. Kondisi seperti itu menjadi salah satu tameng agar permisif dengan idealisme kebenarannya. Kembali lagi dibutuhkan sifat legawa dan mau mengakui kesalahan agar secara psikologi kita juga tetap waras. 



Kembali ke kasus siang itu, pada akhirnya anak-anak minta maaf ke si paling benar dan juga ibunya. Dan masalahpun selesai (entah bagi si ibu dan di si paling benar). Tetapiiii anak-anak merasa tidak lega hatinya karena mereka masih merasa tidak memulai keributan. Mereka merasa menjadi korban tetapi disalahkan. Dan kembali lagi, di sini harus belajar untuk legowo. 


Dari kejadian itu, apa yang bisa saya dan anak-anak pelajari?

  • Meminta maaf terlebih dahulu itu bukan suatu tindakan yang memalukan. Justru menjadi jembatan agar permasalahan bertemu dengan jalan tengah atau solusinya. 

  • Ngeyel mempertahankan harga diri tetapi merasa paling benar, sesungguhnya itu adalah manusia yang rugi. 

  • Belajar mendengar tanpa harus menghakimi sehingga saya mendapatkan benang merah dari permasalahan yang ada. 

  • Tetap berusaha sabar meski sebenarnya nggak terima juga anak-anak saya disalahkan sama si ibu. 

  • Memberi contoh penggunaan 3 kata ajaib yaitu maaf, tolong dan terimakasih. Ingat, monkey see monkey do. 



Yaaa.. semoga kedepannya nggak ada kejadian seperti ini lagi ya. Dan harapan saya bagi wali murid yang mungkin menemukan artikel ini, bisa yuk kooperatif dan komunikasi baik-baik tanpa harus melabrak di sekolah dan membuat anak-anak menjadi tidak nyaman. 


Sedikit dari saya dan semoga bermanfaat, ya!



"Artikel ini terpilih untuk diikutsertakan dalam "Teacher Creator Awards 2023/2024" dari penerbit bahan ajar pendidikan Twinkl."

  • Share:

You Might Also Like

4 comments

  1. Jika tidak terbiasa, meminta maaf itu memang bukan sekedar kok..tapi benar2syuliiiit...haha.. Itu sebabnya sebaiknya diajarkan dan dibiasakan sedari kecil ya..

    ReplyDelete
  2. Selalu merasa benar juga menjadi orang yang susah meminta maaf. Si paling benar terbiasa melihat ibunya tidak mau kalah, jadi dia tanpa sadar mengikuti jejak ibunya

    ReplyDelete
  3. makasih bugurcil, banyak hikmah yang bisa dipetik ya termasuk permintaan maaf. Semoga kita semua menjadi pribadi yang rendah hati selalu dan tidak gengsi meminta maaf

    ReplyDelete
  4. makasih bugurcil, banyak hikmah yang bisa dipetik ya termasuk permintaan maaf. Semoga kita semua menjadi pribadi yang rendah hati selalu dan tidak gengsi meminta maaf

    ReplyDelete

Silahkan tinggalkan jejak di blog guru kecil ya. Mohon untuk tidak memberikan LINK HIDUP dalam kolom komentar. Jika memang ada,komen akan di hapus. Terimakasih;)