Dari Viralnya Lato-Lato Kita Belajar....

By Chela Ribut Firmawati - January 14, 2023

Rengekan siang itu sepulang sekolah adalah Intan meminta sebuah mainan yang saat itu dia sebut "tek-tek-an". Tentunya saya membayangkan yang agak jauh karena sepemahaman saya mainan tek-tek-an adalah mainan dari tanaman pletekan yang tumbuh liar di lahan kosong sebelah rumah. Tapi ternyata maksud Intan justru berbeda. 


"Itu lho maaa yang dilempar-lempar. Ada bunder-bundernya dua dan bunyinya tek tek tek!" 


Oke, saya penasaran tapi nggak yang langsung cari di google. Tapi saya tidak sengaja menemukan di twit @ikramarki yang memposting mainan yang saya mainkan di zaman SD dulu. Yaaa... Tahun 90an gitu lah ya. 



Owalaahhh.... Mainan ituuuuuuu toooooo 🤣😂


Saya menyebutnya mainan tek-tek-an yang kala itu nggak tau rimbanya ketika sudah mulai redup. Eh lhaaa... Kok sekarang muncul lagi bahkan selama seminggu lebih Intan merengek minta dibeliin. Dia juga survey harga sama penjual mainan di sekolahan yang katanya mainan itu harganya dua belas ribu rupiah. 


Beruntung di warung Mas Parnyo ada mainan yang disebut Intan dengan Lato-Lato. "Di tiktok tuh nyebutnya lato-lato, mah!" Okelah terserah!! Yang jelas rengekan berakhir setelah saya membayar senilai sembilan ribu rupiah dan mendapatkan lato-lato berwarna pink.



Dan setelah ada lato-lato di rumah, berisiknya jangan ditanyaaaaaaa 😩😣 karena nggak cuma Intan saja yang memainkan tetapi saya juga. Hahaha .. Karena mainan ini semacam nostalgia dan banyak orang juga sependapat dengan saya kalau dulu pernah memainkan mainan tek-tek-an atau lato-lato ini. 


Saking viralnya lato-lato, dimana-mana serasa dihantui dengan suara tek tek tek tek tek tek yang nggak ada habisnya. Mau di rumah, lagi di luar rumah bahkan di sekolah juga ada yang jual atau murid-murid sengaja membawa dari rumah. Astagaaaa 😌😩



Hadirnya kembali si mainan jadul ini semacam bukan tanpa ada pesan tersirat yang bisa kita tangkap. Mainan ini semacam challenging gimana kita harus bisa menghasilkan suara tek tek tek beberapa waktu. 


Dari Lato-lato kita belajar...

1. Merengeklah selagi mainan itu masih ada di warung-warung atau toko mainan 😌

Udah sana kapan lagi bisa merengek ke bapak ibu untuk beli mainan baru dan viral. Hahaha. Ngalamin sendiri anak merengek itu berisiknya minta ampun dan seteguh apapun pendirian seorang mama pelit kayak saya ini akhirnya nggak tega juga. Ya sudah demi meramaikan yang viral kali ini diturutin dengan koneskuensi jatah jajan dipotong. 


2. Jangan mudah menyerah

Lato-lato yang saya beli untuk Intan memang jenis yang sangat menantang untuk bisa menghasilkan suara tek tek tek. Nggak bisa sekali langsung bisa melainkan saya harus mengatur panjang talinya kemudian mencoba melemparkan sampai bisa berbunyi. Bahkan harus menemukan bagaimana trik memegang yang enak sehingga mengayunnya bisa lancar. Begitupun mengajarkannya ke Intan. Gimana biar dia mengerti dengan pemahaman yang mudah bagi dia. Ya kalau nyerah sih cuma bisa diayun-ayun biasa saja. 


3. Tahan banting dengan rasa sakit 

Untungnya lato-lato ini nggak terbuat dari cor-coran semen  ya, bund. Dari atom gini aja kalau kena tangan berasa sakit banget. Dan hati-hati loh ya takut ya biji bolanya terlepas dari tali dan bisa mengenai anggota tubuh yang lain. 

Pesan saya ya harus hati-hati dan kalau sakit istirahat aja dulu. Hypenya masih lama kok. Hahaha..


4. Sabar

Inti dari kemunculan si lato-lato ini apa sih, bund? Ya SABAR lah!!! Sabar menghadapi rengekan anak, sabar lihat murid-murid pada mainan itu di sekolah, sabar liat anak-anak pada antre jajan di warung sambil mainin lato-lato, sabar dengan suara tek tek tek yang bikin gatal di kuping, sabar menghadapi anak berantem karena rebutan lato-lato. Ya pokoknya sabar deh, bund. Sambil berdoa semoga fenomena lato-lato ini segera berakhir. 


Dan ada pertanda dibalik munculnya lato-lato ini... 

Bahwa sebentar lagi akan ada pertikaian atau orang Jawa bilang benthikan diantara orang-orang nduwuran.  


Cenayang ya, bu? Eh engga!! Ini kata simbah-simbah yang juga flasback dengan kemunculan lato-lato. Bahkan dua hari lalu bapak juga bilang kok. 


"Titeni wae nduk, ngene iki jenenge pratandha yen arep ono benthikan. Yo wong nduwuran kui!" 


Sampai saat ini juga saya tidak sepenuhnya mengiyakan apa yang bapak katakan siang itu. Yaaaa... Perkara nanti orang nduwuran mau pada benthikan atau berseteru ya cukup ditunggu saja. Yang jelas kehadiran lato-lato menjadi perantara untuk nostalgia masa kecil saya dan memang ampuh mengurangi intensitas bermain gadget. Yaaaa... Meskipun berisik tapi sabar aja ya bundaaaa.


Oiya bunda, sebelum saya mengakhiri tulisan ini ada pesan yang ingin sampaikan bahwa lato-lato ini kan keras yaaa. Nah, awasi anak-anak saat bermain yaa dan jangan sampai membahayakan hingga makan korban. Okheeeyyyy. 




  • Share:

You Might Also Like

0 comments

Silahkan tinggalkan jejak di blog guru kecil ya. Mohon untuk tidak memberikan LINK HIDUP dalam kolom komentar. Jika memang ada,komen akan di hapus. Terimakasih;)