Anak-Anak Dan Konten Pornografi, Orang Tua Wajib Perhatikan 5 Hal Ini!!!!
By Chela Ribut Firmawati - November 24, 2022
Jam pelajaran fisika siang itu tiba-tiba harus terhenti beberapa menit karena ada sidak. Semua kelas baik jenjang kelas X, XI, XII baik kelas IPA ataupun IPS secara bergantian didatangi oleh guru BK dan pembina OSIS. Si tampan pak Margi tiba-tiba mendekati saya yang meminta saya menyodorkan hp. Saat itu saya membawa hp si Ayuk dan masih bertipe polyponic. Yaaaa.. nokia yang sedang hype di jaman itu. Tetapiii belum ada fitur untuk menyimpan file 3gp.
Usut punya usut ternyata Tunggul teman di kelas IPS ketahuan nonton film porno di kelas saat jam pelajaran bahasa Indonesia. Omaigaaattt... Heboh sekaleeeeeeeeeeeee. 😌😂😌😌 Bahkan saya sendiri menjumpai teman sekelas yang secara beramai-ramai menonton blue film di sudut kelas menggunakan hp milik Niluh. Hp canggih di kelas dan yaaaa begitulah yaaa.. kenakalan anak SMA, sayapun ikut menonton tetapi tidak sampai selesai karena yaa gimanaa gitu. Hehe.
Hp nya kayak gini, nih. Nokia 3650 yang sultan di jamannya.
Cerita flasback itu membuat saya berfikir bahwa konten semacam kebaya merah memang sudah ada sejak lama. Tepatnya kapan yang jelas saya yang masih menggunakan seragam putih abu-abu saja sudah mendapati ada file 3gp di hp teman. Lalu hp saya? Hehehe... Sony Ericson J200, aman lah yaw dari konten 18+.
Dulu dan sekarang memang dunia seolah bisa kita kupas secara mudah, saat ini malah semakin mudah bisa kita telusuri hanya dengan menggerakkan jempol. Tidak bisa dipungkiri juga bahwa presentase pengguna telepon genggam di kalangan anak Indonesia mencapai 84% dari total penduduk. (Sumber: Rahmaniar dalam Jurnal Komunikasi Global)
Coba deh lihat jejeran smartphone di foto ini.
Hp buguru terasa hp kentang dibanding hp anak-anak. Wkwkwkwk. Ini adalah sebagian dari hp anak-anak yang kebetulan harus diamankan karena mereka gunakan mabar FF di kelas. Kok boleh bawa hp? Iyaa... Karena mereka saya ajak untuk menggunakan kahoot dalam pembelajaran di kelas.
Apakah anak-anak saya sudah terkontaminasi dengan konten negatif? Hmmm... Memastikan kebenarannya juga perlu bukti tetapi tidak dipungkiri dengan difasilitasinya mereka sebuah smartphone, memiliki akun sosial media seperti tiktok, instagram, juga bermain game-game online, rasanya juga sudah lah. Sesimple melihat iklan pembesar kelamin laki-laki atau iklan artikel pose terbaik bercinta lengkap dengan gambarnya.
Lalu, apa yang bisa saya lakukan untuk mereka agar keep on the right track? Padahal kita tahu ya bahwa rasa penasaran bin ingin tahu anak-anak itu apalagi anak zaman now lebih tinggi.
1. Keluarga adalah kunci utama
Yes!! Saya sangat setuju jika keluarga adalah kunci utama. Dimana semua berasal dari keluarga, sekolah adalah instansi yang membantu dalam pembentukan karakter anak. Dalam keluarga bagimana kita membekali anak dengan bermacam hal.
Bagi saya dan suami, menanyakan sex adalah bukan hal yang taboo. Saya tidak mau Intan menjadi seperti saya yang harus mencari tahu sendiri apa itu sex dan sebagainya. Saya dan papa berkomitmen untuk dapat menjadi tempat ternyaman Intan dan adek untuk bertanya atas suatu hal yang ingin mereka ketahui.
Saya tidak segan memberikan himbauan ke orang tua melalui grup WA untuk rutin mengecek hp anak. Yaaa.. siapa tahu yaa.. mencegah kan juga perlu ya, bund.
2. Komunikasi Secara Terbuka
Komunikasi adalah hal penting untuk diterapkan *tetapi susah. Seperti saat saya menguping cerita anak di jam istirahat yang kebetulan dia melihat orang tuanya sedang "berduaan".
Jika saya mengalami ke-gap oleh Intan ketika sedang berduaan sama papanya, saya berusaha untuk mengajaknya ngobrol atau sharing. Meskipun butuh waktu juga ya untuk mengerti, tetapi jika bisa dikomunikasikan dengan enak, ya kenapa tidak.
3. Edukasi Sex Sejak Dini
About sex itu bukan hal yang taboo. Secara umum sex itu berarti jenis kelamin, bukan? Edukasi soal sistem reproduksi juga sudah ada sejak SD. Jenjang kelas 6 sudah ada materinya, kan. Gunakan itu sebagai sarana anak-anak belajar tentang do and don't jika mereka sudah aktif secara reproduksi.
Atau sesederhana mengajarkan anak do and don't bagian tubuh yang dipegang. Sesimple menyebutkan alat kelamin dengan jelas dan benar tanpa diplesetin. I think bukan hal yang saru kalau kata orang Jawa.
4. Dampingi Anak saat Bermain Internet
Mendampingi anak adalah sebuah keharusan apalagi jika mereka sedang bermain hp. Setidaknya kita tidak terkesan mengawasi anak tetapi tetap memantau mereka. Cek history penelusuran ataupun isi galeri hp anak. Temukan alamat-alamat situs mencurigakan. Atau bisa juga membuat kesepakatan bersama anak mengenai penggunaan hp.
5. Peka Dengan Perilaku Anak
Sebagai orang tua tentu kita paham betul dengan perilaku anak. Apalagi jika anak sudah menunjukkan perilaku yang tidak biasanya. Sepantasnya orang tua peka dengan mencari tahu ada apa dengan anak saya. Dengan begitu kita bisa meminimalisir hal-hal yang dirasa negatif agar tidak dilakukan oleh anak kita.
***
Ya, kebaya merah memang menggegerkan. Bukan berarti konten-konten berbau pornografi baru ada sekarang ini. Sebenarnya sudah ada bahkan dari cerita yang sudah saya paparkan di awal. Hanya saja kendali ada di kita dan bagaimana kita membersamai anak-anak agar tetap aman bermain dengan gawainya.
Teman-teman ada tips lainnya, boleh sini ikutan sharing.
sumber pendukung :
https://www.halodoc.com/artikel/ini-yang-harus-dilakukan-ketika-pergoki-anak-melihat-konten-dewasa
https://www.kompas.com/wiken/read/2022/03/19/081100881/awasi-anak-dari-kecanduan-konten-pornografi-ini-cara-dan-mengatasinya?page=all
0 comments
Silahkan tinggalkan jejak di blog guru kecil ya. Mohon untuk tidak memberikan LINK HIDUP dalam kolom komentar. Jika memang ada,komen akan di hapus. Terimakasih;)