“Chel, sebenarnya
hidup itu simple. Kamu fokus aja sama hal-hal yang bisa kamu kendalikan. Nah,
hal-hal yang ada di luar kendalimu itu ya udah. Let it flow, aja!”
Kalimat yang cukup membuat saya termenung dengan semakin banyaknya pertanyaan di otak. Kekhawatiran dan kegalauan yang ada hingga membuat saya gampang cemas dan overthinking belakangan ini memang terasa banyak sekali. Bahkan segarnya es kopi siang itu terasa biasa saja meski mengobati tenggorokan saya yang kering dan memberikan semacam efek menenangkan untuk kondisi psikis saya.
“Udah.. coba aja baca
bukunya Henry Manampiring. Judulnya Filosofi Teras. Buku bagus tuh sekalian
kamu belajar tentang teori Stoisisme dan siapa tahu setelah baca itu mentalmu
jadi lebih tangguh!”
Cukup lama saya
meyakinkan diri apakah benar saya membutuhkan buku bacaan yang sebelumnya
tentang ilmu filsafat saja saya nggak melirik sama sekali. Apalagi ini, Stoisisme
atau Stoa yang benar-benar asing di telinga saya. Padahal filsafat Yunani Kuno
ini sudah ada sejak 2300 tahun yang lalu. Sampai akhirnya saya meyakinkan diri
dan check out buku Filosofi Teras yang sebenarnya sudah ada sekitar 3 bulanan
saya masukkan keranjang oren. Xixixi
Menyelami Stoisisme Filsafat Yunani Kuno Melalui Buku Filosofi Teras
Sebelum membahas
bukunya, saya akan sedikit mengulas mengenai apa itu Stoisisme atau lebih
mudahnya disebut Stoa. Stoisisme adalah ilmu filsafat yang dicetus oleh seorang
filsuf bernama Zeno di awal abad ke-3 SM. Stoisisme sendiri berasal dari bahasa
yunani yaitu Stoikos yang berarti beranda, hal ini karena ajaran Zeno sering
dilakukan di beranda berlukis. Ajaran Zeno sendiri banyak dipengaruhi oleh
Socrates dan filsafat Sinisme hingga dia memulai ajaran filsafatnya sendiri.
sumber : dreamstime.com |
Sementara untuk tokoh terkenal yang menganut filsafat stoisisme ini
adalah Kaisar Marcus Aurelius, Epictetus, dan Seneca. Wait, ada yang kenal salah satu diantara mereka? Hahaha… Aslii.. saya
aja sampai googling lho, bund. Mereka adalah sosok-sosok yang terkenal karena
mempraktikkan dan menyebarkan ilmu filsafat ini. Inti dari filsafat ini adalah
sebuah cara hidup untuk menerima keadaannya di dunia yang mencerminkan kemampuan
nalar manusia.
Then, kita bahas tentang Filosofi Teras.
Judul : Filosofi Teras
: Filsafat Yunani-Romawi Kuno Untuk Mental Tangguh Masa Kini
Penulis : Henry
Manampiring
Penerbit : Kompas
Tahun terbit : 2019
Tebal buku : 298
halaman
ISBN : 978-623-346-303-4
Buku ini ditulis oleh Henry Manampiring yang ternyata pernah didiagnoasa
Major Depressive
Disorder oleh psikiaternya. Pantas saja Mas Andi sempat berkomentar “Kamu baca
bukunya orang yang pernah mengalami gangguan mental lho, Chel!”
Major Depressive Disorder adalah suatu gangguan kesehatan mental yang ditandai dengan suasana hati yang terus tertekan atau kehilangan minat dalam beraktivitas, menyebabkan penurunan yang signifikan dalam kualitas hidup sehari-hari.
Jadi bisa dikatakan buku Filosofi Teras yang saya baca ini adalah
semacam pengalaman dan gambaran lebih sederhana dan mudah dipahami dari
penulis yang sudah menerapkan stoisisme dalam kehidupannya. Buku ini lahir di
tahun 2019 dan saya mendapati cetakan ke 25. See, ternyata banyak peminatnya karena memang sangat related untuk
bekal mental kita dalam menjalani kehidupan saat ini.
Juga dia
tidak ingin menyimpan pengetahuannya tentang stoisisme sendiri. Makanya, dia meng-Indonesia-kan stoisisme
menjadi filosofi teras, agar lebih akrab dengan lidah Indonesia. Dan
pastinya lebih dimengerti. Asli… baca buku filsafat itu memang effortnya lebih
ya untuk memahaminya. Tapi nggak masalah sih. Hahaha.
Terlebih kehidupan sekarang ini menurut saya terasa seperti kita diajak berlari sprint. Segala sesuatu terasa semakin cepat pergerakannya, apapun dapat kita share dengan mudah di media social sehingga berimbas batasan privacy yang tipis, atau karena banyaknya kesibukan sehingga membuat kita lelah, stress, overthinking dan lain-lain.
Melalui Filosofi Teras saya menemukan banyak hal dimana kita dapat menjalani kehidupan dengan lebih positif dan sederhana. Menggunakan nalar dan dikotomi kendali agar hidup terasa lebih tenang dengan tidak menghiraukan hal-hal di luar kendali kita. Bahkan menjadi lebih sadar untuk dapat juga mengendalikan persepsi yang ada di pikiran kita. Karena sadar nggak sih kita itu sering merasa takut sendiri dengan hal-hal yang belum tentu terjadi, gitu.
5 Pelajaran Penting Dari Buku Filosofi Teras
Maunya
kan kita menjalani kehidupan itu enak, damai, tenang gitu yekan. Nah, paham
stoisisme yang dituliskan melalui cerita pengalaman bahkan dengan bahasa yang
lebih mudah dipahami ini memiliki pelajaran penting yang bisa juga kita coba
untuk terapkan. Seperti :
- Hidup
Selaras Dengan Alam
Healing
bersama alam itu memang menyenangkan, bukan. Dalam sebuah webinar yang saya
ikuti, seorang narasumber mengatakan bahwa healing yang melegakan itu ketika
kita menyatu dan selaras dengan alam. Bahwa dalam kehidupan itu kita sadar
antara kita dengan alam itu ada keterkaitan.
Tapi disini
bukan berarti mengajarkan kita pasrah dengan keadaan gitu aja, loh. Artinya
kita tetap menerima keadaan dengan lebih lapang dada sehingga kita dapat
mengontrol emosi dan dapat bertindak dengan lebih nalar. Semacam solusi cerdas
kan bagi kalian yang sedang mengalami masalah.
- Dikotomi
Kendali
Ini
point yang saya baca berulang karena dari sinilah saya juga belajar untuk
mengendalikan diri. Para filsuf stoisisme membuat pembagian yang jelas antara hal
yang bisa kita kendalikan dan tidak bisa kita kendalikan. Hal-hal yang bisa
kita kendalikan adalah motivasi, tujuan hidup, usaha, dan opini. Sedangkan,
hal-hal yang tidak dapat kita kendalikan adalah kekayaan, opini/ perilaku orang
lain, kesehatan, dan lain-lain.
Sumber : @biropsikologidinamis
Stoisisme menggambarkan bahwa hal-hal yang tidak kita kendalikan itu
artinya tidak mempengaruhi kebahagiaan kita. Sementara untuk hal-hal yang dapat
kita kendalikan itulah yang menentukan kehidupan kita.
Jadi kalau kalian digosipin orang ya sudah… stay cool aja nggak usah
dipedulikan. Taaappppiiiiii… susah choy!!!!!!!!!!! Hahaha.
- Kendalikan Persepsi
Kita sadar nggak sih bahwa terkadang kekecewaan itu justru bersumber
dari persepsi kita sendiri. Si A nyetatus di story WA eh pas kita baca
dikiranya nyindir kita. Atau lagi valentine trus ngarep dapat kado dari suami,
eh yang ada malah zonk. Lalu sebel berlanjut drama berantem dan nggak saling
nyapa selama 3 hari. Yes… marah, sedih, kecewa itu memang dari persepsi kita
sendiri.
Stoisisme mengajarkan kita untuk melihat suatu hal secara tidak
berlebihan dan fokus pada saja pada kejadian serta situasi yang ada. Dengan
begitu kita bisa mengendalikan emosi dan sebaliknya membuat persepsi positif
yang membuat kita lebih bersemangat.
- Jangan Menyalahkan Diri Sendiri
Sering kan nyalahin diri sendiri? *nunjuk diri sendiri. Iya, stoisisme
itu kayak ngajak kita untuk sayangi diri kita yukk… Kan kalau lagi menyalahkan
diri sendiri biasanya ya gitu, khan. Padahal sesuatu yang terjadi itu di luar
kendali kita. Bukan
berarti untuk pasrah
dan menyalahkan orang lain, tetapi stoisisme mengajak kita untuk menerima kejadian yang ada dan tidak
bereaksi berlebihan terhadapnya. Dengan begitu kita bisa lebih percaya diri
untuk memperbaikinya atau mencoba lebih baik di kesempatan lain.
- Berkarya
Hakikat manusia adalah
makhluk social dan produktif, dan stoisisme mengajak kita untuk berkarya dan
bersosialisasi dengan orang lain. Mendengarkan panggilan alam dan menjalankan
peran kita untuk dapat memberikan manfaat bagi yang lainnya.
Kesimpulan :
Menurut saya buku ini
memang menjadi sarana healing dari stress dan kecemasan serta overthinking yang
sangat melalahkan. Meskipun saya sendiri belum sepenuhnya dapat menerapkan
stoisisme dalam kehidupan sehari-hari, Filosofi Teras sangat membantu untuk
dapat lebih melihat sesuatu dari perspektif yang sederhana namun tetap positif
dan lebih slow.
So, kalian berminat juga untuk menyelami tentang stoisisme melalui buku Filosofi Teras? Kuy… baca bukunya!
sumber pendukung :
https://www.gramedia.com/blog/review-buku-filosofi-teras-filsafat-kuno-panduan-hidup-zaman-now/
https://www.idntimes.com/science/discovery/deny-hung/5-pelajaran-penting-stoisisme-c1c2?page=all
https://kumparan.com/berita-update/pengertian-filsafat-stoisisme-dan-penerapannya-di-masa-kini-1vzQXxClhOD
https://www.dreamstime.com/epictetus-philosopher-vector-greek-line-art-portrait-image143168274
16 comments
Waaahhh udah lama aku pengen baca buku ini. Ehh nemu reviewnya Alhamdulillah 🙈 filosofinya sulit untuk diterapkan, tapi setidaknya bikin kita makin bersemangat yaa kak.
ReplyDeleteMemang bagus banget buku ini untuk dibaca. Banyak belajar sesuatu hal yang berat dan gak bisa diraih gak mesti dibuat sedih dan menderita tapi bawa saja senang dan coba lagi deh nanti.
ReplyDeleteBagusnya karena prinsip2 stoisisme sudah terpetakan dalam buku ini ya, jadinya orang tinggal ngikutin.
ReplyDeleteSaya pernah nonton video yang bahas ttg stoisime di podcast Deddi Corbuzier yang judulnya TONTON INI.. HIDUP LOE BERUBAH‼️SUMPAH! - Ferry Irwandi - Deddy Corbuzier Podcast
Iya mba..saya juga nonton podcast ituu
DeleteAku juga suka isi buku Filosofi Teras ini. Bahasanya lebih mudah dipahami dibanding buku filosofi lainnya.
ReplyDeleteSoal kendali diri ini penting banget ya. Kita nggak bisa mengontrol sesuatu di luar kendali kita, tapi bisa mengendalikan reaksi diri sendiri terhadap apa yang terjadi. Jadi, lebih baik slow aja menghadapi banyak hal yang sulit diprediksi dalam hidup.
Hwah senangnya dapat asupan segar tentang filsafat, jadi inget waktu dulu kuliah mata kuliah filsafat, seperti me-refresh diri setelah keluar ruang kuliah, pun ketika baca tulisan Kak Chela ini
ReplyDeleteYg nulis bukunya mengalami sakit mental jadi kyknya malah bisa menceritakan jelas gmn sebaiknya org kalau mau mentalnya kuat dan sehat terus hehe.
ReplyDeleteAku tu suka puyeng baca buku filsafat tapi kyknya buku ini menarik ya mbak, ngajarin hidup lebih damai lagi, yaaa supaya jauh2 dari sakit mental di tengah situasi yang kyknya buat org sedunia makin berat, ya isu resesi lha, sisa pandemi lha dll :D
TFS reviewnya
Buku ini sangat bagus untuk dibaca orang yang sering cemas akan sesuatu, karena banyak hal bercampur aduk. Setelah baca ini, aku juga menjadi makin simple minded. Setidaknya kalau ada yang di luar kendali aku bisa segera lepaskan tanpa sesal.
ReplyDeleteBagus banget ya ulasannya.
ReplyDeleteSemoga kita semua terhindar dari penyakit mental. Jangan lupa bahagia ya mak
Sudah lebih dari 20x cetak berarti buku ini mengena di hati, dan banyak hal yang bisa kita petik pasca membacanya
ReplyDeleteSalah satu dari sekian banyak buku yang masuk dalam daftar wishlist nih..Baru tahu ternyata yang menulisnya mengalami gangguan mental dan kurang berminat dengan aktivitas yang dilakukan. Tapi walau begitu bukunya tetap mencerahkan banyak orang. Itu aja dengan keadaan beliau mengalami gangguan mental, gimana kalau enggak..
ReplyDeletekeren memang
Buku filosofi teras termasuk buku self improvement dan motivasi ya. Lagi banyak orang ya jaman sekarang orang yang cari ilmu dan inspirasi dari buku sejenis ini. Wah penulisnya juga ternyata mengalami gangguan mental ya, menginspirasi sekali.
ReplyDeleteAku baru pertama kali dengar tentang stoisisme ini. Kalau dipetakan dalam hidup sepertinya bisa membuat hidup lebih adem ya mba
ReplyDeletePelajaran penting untuk kita sebagai penduduk bumi era digital. Karena mau gak mau, hidup masa kini diwarnai dengan persaingan dan kita tumbuh di tengah-tengah hal yang serba cepat.
ReplyDeleteJadi aku tau bahwa hidup adalah apa yang bisa kita lakukan, maka lakukanlah dengan sebaik-baiknya. Masalah hasil.. semoga sesuai dengan effort yang kita keluarkan.
Menyenangkan sekali ada buku filosofi yang begitu terkait dengan kehidupan saya dan mungkin banyak orang yang membaca artikel ini.
ReplyDeleteFokus pada apa yang bisa dikendalikan, Terima Kasih.
Stoick salah satu filosofi ketenangan hidup yang luar biasa, mengatur kalau pikiran kita bisa dialihkan kemana saat konfisi tertentu.
ReplyDeleteSilahkan tinggalkan jejak di blog guru kecil ya. Mohon untuk tidak memberikan LINK HIDUP dalam kolom komentar. Jika memang ada,komen akan di hapus. Terimakasih;)