Luka Performa Bahagia, Untuk buat Sesama Bahagia

By Chela Ribut Firmawati - August 08, 2022

Ada "luka" dalam setiap postingan yang saya share di facebook. Beberapa kali saya seperti flashback tentang memori masa kecil, meski sebenarnya maksud hati hanya ingin mencurahkan kenangan yang pernah saya alami. Bahkan masih terekam hingga saat ini. 


"Aku melihat ada luka batin ,dek. Tapi kalau kamu belum bersedia juga tidak apa-apa"


Dan akhirnya saya ingin menelisik apakah benar diri saya ini masih menyimpan luka batin. 


Dalam perjalanannya bersama buku Luka Performa Bahagia, memang saya diajak untuk ngubeg-ngubeg trauma masa kecil. Yaaaa, jangan ditanya lagi bagaimana mata ini sembab mengingat kenangan masa kecil yang sering dibandingkan dengan mbak dan tetangga yang seumuran. Lebam bekas sabetan stik drum mendarat di paha kanan kiri juga lengan tangan, kuping merah karena jeweran, bahkan yang paling menyakitkan adalah tubuh kecil itu pernah terikat di tiang rumah belakang. 


Emosi datang, namun menariknya adalah olahan kalimat dari Mbak Intan dan juga Mas Adi Prayuda ini semacam mengajak diri kita berdialog dengan anak kecil di dalam diri dan menyentuhnya dengan cinta. 


Lalu mengekspresikan segala bentuk emosi yang muncul dalam sebuah kotak yang bisa kita tulisi dengan perasaan yang sedang kita alami selepas menyelesaikan setiap Bab dari buku Luka Performa Bahagia. 


Tidak cukup sampai di situ saja. Kita diajak untuk mengekspresikan diri kita yang baru dengan mewarnai mandala art therapy yang sudah tersedia. Bahwa setiap mandala juga memiliki arti yang berbeda-beda. 



Saya jatuh cinta dengan mandala ini. Dimana mandala inilah yang menjadi jalan terang bagi saya untuk mulih (mengutip dari yang mas Adi Prayuda sering sebutkan baik di webinar maupun di bukunya). Lalu bahagia seperti yang mbak Intan selipkan di Bab yang beliau tulis. 


Sungguh, kisah mereka sangat inspiratif bagi saya dan menjadikan saya memiliki keberanian sedikit demi sedikit untuk mengorek luka lama dalam diri. Ya gapapa jika teman saya mengatakan bahwa saya kurang kerjaan, tetapi nyatanya Luka Performa Bahagia memberikan efek yang luar biasa bagi diri saya saat ini. 



Menjadi lebih legowo dengan melepas ibu seutuhnya. Bahagia dengan mengenang semua yang sudah ibu korbankan semasa hidupnya untuk keluarga. Memeluk semua emosi ketika kenangan menyakitkan muncul dan memastikan bahwa diri ini juga butuh saat untuk tidak baik-baik saja. Tanpa harus berpura-pura kuat, mengambil jeda dan yaaaa.... menangis untuk membuatnya lebih lega. 


Martabak Telur dan Bubur Kacang Ijo Terakhir dari Ibu

Ah... Lagi, saya menangis jika harus mengingat ini. Sebungkus martabak telur bertuliskan Giant Marta. Salah satu martabak kesukaan ibu. Bersanding dengan bubur kacang ijo dingin yang ibu berikan malam itu. 


Padahal, perut sudah terasa penuh dengan makan malam yang sudah saya santap dengan papa. Namun, ibu memang begitu. Setiap kali ibu jajan, selalu dia belikan juga untuk anak-anaknya. 


"Dimaem... Dihabiske!" 


Pesan beliau sebelum menutup pintu belakang dan kembali bersama bapak. Tak seperti biasa, ibu menanyakan bagaimana nasib martabak dan bubur kacang ijo pemberiannya. Saat martabak sudah lenyap masuk ke lambung sementara bubur kajang ijo harus saya bagikan kepada Jiyas, anak tetangga belakang rumah. Dalih yang saya berikan ke ibu "adek mpun wareg!" 


Ibu cemberut dan beliau berkali-kali mengatakan "kan ibu tumbas kanggo anake ibu!" Seperti anak kecil, ibu terus nggremeng dan berkali-kali juga saya menyampaikan maaf kepada ibu. Tetap saja, raut kecewa nampak meskipun ibu mengatakan "ya wes sing penting ora dibuang". 


Andai kalau saya tahu itu adalah pemberian ibu yang terakhir sebelum beliau sakit dan berpulang, tentu akan saya habiskan. Tetapi, semua sudah terjadi dan menyesal pun tidak ada arti. Hanya saja setiap kali saya mengingat itu, rasanya memang bingung saja mengapa harus saya beri ke orang lain buburnya. 


Ah... Tapi ya sudah... Saya sangat paham bagaimana ibu. Surganya maaf pokoknya. Dan saya bersyukur dengan semua kenangan yang sudah ibu tinggalkan kepada saya. 


"Kekuatan energi positif dan cinta yang kita berikan pada dunia akan menyembuhkan luka bersama" ~ IMH 

(Bab 12~ Melatih, Mengembangkan Diri dan Memimpin Dengan Cinta)




Pelan-pelan saya mengurai setiap lapisan inner child meski harus up and down prosesnya. Berkali-kali menjadi tidak berdaya karena harus menangis sesenggukan dan terlelap dalam lelah. Namun, saya menjadi lebih mencintai diri dan mengupayakan agar menjadi lebih bahagia. Tentunya bersama dengan suami yang turut membantu dalam perjalanan saya "mulih" . Tidak meminta, tapi semesta seolah menggerakkan diri suami saya untuk terus terkoneksi dan menjadi lebih dekat. 


Terakhir, kepada Mbak Intan Maria Lie dan Mas Adi Prayuda. Beribu terimakasih saya haturkan karena semesta sudah mempertemukan kita meski secara tatap maya. Mengenal inner child, menyembuhkan lukanya ternyata adalah hal baru yang sampai saat ini terus saya berdayakan agar mampu menjadi seorang ibu yang bahagia. Ibu yang memotong pola pengasuhan lama agar anak-anak saya tumbuh menjadi anak yang bahagia. Seorang istri yang terus berupaya agar bisa sejalan dan tidak lagi mengutamakan ego ketika bersama suami. 


Terimakasih... Luka Performa Bahagia benar-benar membawa saya dalam sebuah perjalanan hidup yang baru dan membantu saya menemukan sebuah tujuan hidup yakni... menjalani hari-hari lebih bahagia dan bermanfaat kepada sesama. 



  • Share:

You Might Also Like

0 comments

Silahkan tinggalkan jejak di blog guru kecil ya. Mohon untuk tidak memberikan LINK HIDUP dalam kolom komentar. Jika memang ada,komen akan di hapus. Terimakasih;)