Hai Dek Ela,
Begitu ya dirimu akrab dipanggil oleh ibu,
bapak dan mbak sewaktu kecil. Apa kabarmu, dek? Sudahkah kamu lebih bahagia?
Atau kamu masih menggebu-gebu dengan tempramenmu yang sulit dikendalikan jika
sedang terpancing emosi? Ah, gapapa. Jika kata mereka itu adalah karena kamu
anak ragil yang suka dimanja. Dinikmati ya dek, sambil pelan-pelan yuk belajar
lebih kalem lagi.
Dek, gimana rasanya selama ini? Capek ya? Sedih?
Atau tidak terima dengan segala bentuk pemberontakan dalam dirimu itu sebagai
salah satu cara supaya kamu lebih di dengar? Istirahat dulu yuk, dek. Capek loh
marah-marah dan teriak terus-terusan meskipun sebenarnya kamu hanya ingin di
dengarkan barang sebentar saja.
Iya aku tahu, kok. Kamu tidak bermaksud menjadi
pembangkang dan anak durhaka yang sering membantah bapak ibu. Iya tahu, kamu
memang kurang diberi ruang untuk didengarkan. Semua penjelasanmu juga
dipatahkan karena kamu adalah anak kecil yang tidak tahu apa-apa. Gapapa, kita
belajar menerima itu yuk, dek.
Jika ada bekas memerah bahkan membiru di
beberapa bagian tubuhmu, ketahuilah bahwa ada kalanya bapak juga ibu lelah
menghadapimu. Aku tahu bahwa perlawananmu itu adalah wujud dari kamu tidak ingin
diabaikan. Tangisan-tangisanmu itu adalah ungkapan bahwa kamu takut dtinggal
sendirian. Sementara bagi mereka, tangisanmu itu berisik, caper dan ya…. Bekas cubitan
bahkan sabetan itu adalah salah satu bentuk wujud cinta mereka yang harus
bagaimana lagi mereka utarakan. Dan sadarilah bahwa bapak juga ibu teramat
sangat mencintai dan menyayangimu.
Bahkan cemoohan yang terlontar dari mulut ibu
juga bapak disaat kamu tidak menuruti arahan mereka adalah ungkapan kekhawatiran bahkan kekecewaan
mereka. Itu wajar kok, dek. Biasanya orang tua akan berharap banyak kepada
anaknya meski terkadang mereka lupa bahwa anak adalah pribadinya sendiri. Punya
jati diri dan pilihan untuk menentukan seperti apa dirinya nanti.
Nggak papa kalau kamu ingin menangis dan
merengek untuk minta diperhatikan. Tenang ya, dek. Aku tidak akan lagi
mengabaikanmu. Aku ada disini dan di titik ini juga kuat karenamu. Kuat karena
semua hal yang sudah kamu lalui. Aku yakin itu tidak mudah, tapi lihatlah kamu
bisa menjadi sehebat ini kan sekarang?
Jika sekarang aku mengajakmu untuk ikhlas
menerima semua yang sudah kamu lalui, aku percaya bahwa ada kasih yang akan
mengiringi kita untuk menjadi lebih baik lagi. Aku percaya bahwa kamu adalah
tempaan sebagaimana bapak dan ibu ingin mempersiapkan diriku di masa kini dan
masa depan. Nyatanya, cubitan, sabetan stik drum, tuntutan, tekanan dan tidak
dihargai bisa kamu lewati meski dengan air mata bahkan keinginan untuk
mengakhiri hidup. Coba, jika dalam sepi dulu kamu menuruti bisikan itu. Apakah
kamu akan melihat dirimu berproses menjadi sehebat ini?
Nyatanya sebelum ibu pergi, beliau sering bilang ke bapak kalau dek Ela udah nggak senakal dulu lagi. Sudah sangat pinter ngopeni ibu, sayang sama ibu dan ibu tidak pernah menaruh benci dan dendam sama kamu, dek. Bahkan, ibu teramat sangat menyayangimu. Buktinya setiap pulang sekolah, ibu selalu menunggu di teras rumah. Saat ibu pergi pun wajah ibu tampak sangat cantik dan tersenyum. Aku tahu kamu sangat sedih, tapi kita tidak bisa merubah takdir itu.
Tenang, aku akan terus bersamamu. Menggandengmu,
memelukmu dan mengajakmu untuk berproses menuju bahagia. Aku tidak menyesal
pernah sebegitu menyebalkan menjadi seorang anak dan adik satu-satunya. Namun,
dari perjalanan itulah justru aku menemukan dirimu yang sedang terdiam sepi di sudut
sisi hati tergelap. Yuk, kita sama-sama pulih meski proses itu harus naik dan
turun ritmenya. Gapapa, aku nggak akan memaksamu untuk berlari. Cukup berjalan
dan aku akan menggandengmu dengan kasih.
Untuk diriku saat ini, terimakasih karena sudah sekuat ini. Kamu hebat!
1 comments
Terharu bacanya mba, Krn sedikit banyak jadi inget masa2 kecil dulu yang juga sering membangkang ke ortu 😅.
ReplyDeleteTapi memang ortu zaman dulu kebanyakan ya begitu yaaa. Mereka terkadang bingung mau menyampaikan sayangnya, kuatirnya, selain dengan cara menyubit atau memukul pakai ikat pinggang dll. Aku juga pernah ngalamin. Tapi ntah kenapa di saat punya anak skr, ga pernah tega mau ngelakuin hal yg sama.
Aku belum bisa nahan diri utk ga membentak, itu masih harus banyak belajar . Tapi sedikit senang Krn aku ga kepikiran utk memukul anak2 atau mencubit. Janganlah.. Krn aku juga ga mau mereka jadi keingat trus hal ga enak begitu sampai dewasa
Silahkan tinggalkan jejak di blog guru kecil ya. Mohon untuk tidak memberikan LINK HIDUP dalam kolom komentar. Jika memang ada,komen akan di hapus. Terimakasih;)