Meskipun Berat, Aku Ingin Khatam Al Quran di Bulan Ramadhan
Meskipun Berat, Aku Ingin Khatam Al Quran di Bulan Ramadhan Ini ~ Lho, muslim? Begitulah kiranya saat menerima DM dari beberapa orang setelah saya membagikan postingan yang berbau kerohanian. Bahkan dengan lugas salah seorang teman PPG meminta saya memimpin berdoa dengan cara nasrani. Ya, tampilan memang seperti ini. Masih jauh dari kata wanita solehah bak bidadari turun dari langit.
Sudah kenyang juga diremehkan orang karena penampilan saya yang nggak islam banget. Makanya, saat saya menunjukkan kemampuan saya membaca al quran, salah satu saudara saya terkejut. "Lho...iso ngaji?" dan setelahnya saya nggak mau lagi ikut acara yg dia adakan. Karena ya saya mending menjaga jarak dari orang yang kurang bisa menghargai orang lain.
Makanya, ketika ditanya apa yang ingin saya lakukan di bulan puasa. Jawaban saya adalah ingin khatam Al Quran. Meski saya tahu itu berat dan ada saja godaan terutama mengalahkan rasa malas.
Bukan tanpa alasan saya ingin khatam al quran. Sedikit cerita tentang luka masa lalu. Dulu, saya ikut TPQ di desa dan bapak menjadi donatur utama. Setiap sore saya selalu pergi mengaji. Membolos pun ibu akan mendatangi saya bermain dengan membawa sabet kayu. Apapun yang terjadi, saya harus mengaji. Begitulah prinsip bapak dan ibu.
Uang SPP rutin dibayarkan setiap bulan, saat ada acara di masjid bapak selalu diminta sumbangan. Namun, selama tergabung sebagai santri di TPQ satu-satunya yang ada di desa saya itu, saya tidak pernah diikutkan dalam daftar santri yang wisuda. Sementara bapak selalu duduk di barisan tamu paling depan di setiap tahunnya tapi nama anak bungsunya tidak pernah dipanggil untuk naik ke panggung. Sementara saat sudah jus 6. ituAkhirnya, saya memutuskan keluar dari TPQ dan kenangan itu membekas terlebih di hati bapak. Sampai saat ini.
Berbekal ilmu dari TPQ tersebut, akhirnya saya memilih mengaji sendiri dengan mas ipar di setiap selesai solat magrib. Berbeda saat bulan puasa, semenjak RT saya ada mushola saya berusaha ikut tadarus secara bergilir. Namun, karena saya dinilai "plegak-pleguk" saat membaca Al-Quran saya sering tidak diberi giliran membaca. Diberipun hanya sedikit dan berujung bully. Entah dari teman, pemangku mushola dan istrinya.
Sakit, iya lah! Ngrasa seperti saya itu nggak pantas untuk melakukan hal baik di bulan puasa dengan kemampuan mengaji yang saya punya. Mirisnya lagi, bapak dan ibu sering banget diam-diam mengintip di mushola demi memastikan "apa anakku yang sedang mengaji dan diperdengarkan dengan toa mushola?"
Hancur rasanya... Asli!! Sampai ada semacam trauma dalam diri untuk tidak memasukkan anak-anak saya di TPQ yang ada di desa. Bahkan, saat nanti Intan enggan tadarus di musholapun saya akan sangat memaklumi karena saya merasakan tidak nyamannya ketika dipaksa tadarus al quran, tidak diterima dengan orang lain, pun dibully secara verbal oleh pemangku mushola dan istri.
Saya tidak menyalahkan agama yang saya yakini. Hanya saja lebih memilih untuk tidak memperlihatkan saja. Karena ibadahku ini adalah hubungan vertikal antara saya dan Tuhan. Dan dengan keyakinan dan keimanan ini, saya tetap melaksanakan kewajiban maupun sunahnya dengan lebih nyaman dan ikhlas.
Dan bulan puasa kali ini, saya ingin berusaha khatam al quran. Berat sih, tetapi saya akan berusaha untuk bisa menuntaskannya. Saya sadar banget tentang ilmu agama masih sangat kurang. Maka dari itu berbagai cara saya lakukan baik dari menyimak tausyiah yang ada di channel youtube juga saya lakukan. Mengaji setelah solat fardu, hingga melaksanakan sunah lainnya.
Mungkin cerita ini kurang berkenan untuk saya bagikan, namun saya ingin dengan luka masa lalu ini menjadi cambuk dan pembuktian bagi diri saya sendiri bahwa saya mampu. Saya bisa!
Doakan ya teman-teman saya bisa khatam al quran di ramadan tahun ini. Aamin!
0 comments
Silahkan tinggalkan jejak di blog guru kecil ya. Mohon untuk tidak memberikan LINK HIDUP dalam kolom komentar. Jika memang ada,komen akan di hapus. Terimakasih;)