Kisah Dibalik Selembar Sertifikat Pendidik

By Chela Ribut Firmawati - February 08, 2022

Kisah Dibalik Selembar Sertifikat PendidikKatanya, Tuhan akan memberikan semua tepat pada waktunya. Nyatanya, semua terasa benar adanya. Doa-doa yang dulu sering saya langitkan, Tuhan jawab di waktu yang bagiNya sangat tepat. Sayangnya, saya sering kurang slow dan sabar aja. Nah, malu sendiri kan sama Tuhan. Hihihi. 






Sama halnya dengan doa agar diberi momongan lagi, ada doa dimana saya juga ingin memiliki karier yang bagus. Ibu, sering berdoa agar saya menjadi seorang guru. Namun realitanya, menjadi guru honorer selama 10 tahun itu perjuangannya sangat luar biasanya. Ada saja banyak kurangnya jika saya mengukur dari honor yang diterima setiap bulan. Tapi, berlimpahnya juga lebih banyak. 


Gagal tes CPNS berkali-kali sebenarnya membuat saya malu. Saya tidak munafik bahwa menjadi PNS adalah impian saya selama menjadi guru. Budak negara dengan kemanjaan gaji bulanan dan tunjangan, siapa sih yang nggak tergiur. Ditambah lagi menyandang status PNS tentu menjadi kebanggan tersendiri bagi orang tua dan MUNGKIN JUGA BAGI MERTUA. Tapi, menyabet posisi menjadi CPNS memang tak semudah orang berkomentar enaknya jadi PNS. 


Dari kegagalan itulah, saya mengincar selembar kertas bertuliskan SERTIFIKAT PENDIDIK. Namun lagi dan lagi, tahun 2018 saya gagal di pretest dan persyaratan harus memiliki SK Dinas karena SK saya saat itu masih SK Kepala Sekolah. Tahun 2019 mencoba peruntungan lagi dan tetap dengan meminta doa ibu dan bapak sebelum berangkat test. 


Saya sempat melupakan pretest di tahun 2019 itu dan mendaftar PPG Prajabatan di kampus UKSW. Mungkin ini berkah pandemi sehingga pelaksanaan harus ditunda. Hanya mendaftar dan belum melaksanakan seleksi penerimaan calon mahasiswa PPG Prajabatan. Ya lumayan kehilangan biaya daftar, bund. Hahaha. 


Ternyata... Tuhan menghadiahkan saya sebuah kabar baik menjelang persalinan kehamilan kedua saya. Ditengah galaunya harus mempersiapkan diri dan mental di meja operasi, siang itu saya mendapati kabar dimana dalam akun simpkb saya dinyatakan lolos pretest PPG Dalam Jabatan tahun 2019. 


Gemetar, nangis dan ucap syukur tak henti-hentinya... Nyari ibu dan langsung cium tangan ibu.. Alhamdulillah... Lolos pretest dan berselang beberapa hari, ternyata status saya adalah peserta PPG Dalam Jabatan angkatan 1 di tahun 2021. Dan yang membuat saya sempat ragu adalah saya mendapati LPTK di Universitas Khairun Ternate. 

Gila!!! Jauh bener!!! Hahahaha. 

Meski awalnya ragu, saya akhirnya menyetujui undangan pelaksanaan PPG Dalam Jabatan Tahun 2021 yang dilaksanakan full secara daring. Dan sebelumnya melengkapi berkas persyaratan yang harus di upload. Dalam kondisi seminggu pasca melahirkan harus sibuk wara-wiri mengajukan SKCK dan surat sehat dan bebas narkoba. 


Antara PPG, Bayi dan Mengurus Orang Tua

Ya, semua terasa Tuhan berikan di waktu yang bersamaan. Mengurus newborn yang berusia 40 hari. Mengurus suami dan Intan, memberikan perhatian ke ibu yang kembali sakit-sakitan dan bapak sampai harus standby di depan laptop untuk mengikuti perkuliahan secara daring. 


Support system keluarga memang berperan banget selama kuliah daring, jadi saya berpesan kepada para suami-suami di luar sana. Disaat istrimu sedang menjalani perkuliahan PPG tolong ringankan beban istrimu. Karena PPG tuh seberat itu. 


Makanya, saya sering senewen dengan suami tetapi saya mendapat dukungan penuh dari bapak dan ibu. Setiap google meet, ada ibu atau bapak di samping saya untuk menjaga Tiara. Ada dosen-dosen maha baik yang mengerti saya karena jujur aja, saya terserang baby blues 😢. Memberikan waktu untuk bisa off cam di jam menyusui, memberikan kelonggaran saat uji kompre dimana jam-jam Tiara nenen. Ah.. Kalau harus mengingat dan menceritakan rasanya memang air mata ingin tertumpah-tumpah. 


Kehilangan Support System Paling berharga menjelang UKMPPG

Ibu, ibu meninggal
Rest In Peace ibu 😊


Saya pikir disaat Tuhan memberikan kebahagiaan, kesedihan akan ia berikan di lain waktu. Ternyata kebahagiaan dan kesedihan sangat cepat berganti. Ditengah gelombang covid varian delta merajalela, keluarga besar saya turut merasakan ganasnya si virus itu. 

Menjelang UKMPPG yang diundur terus dan terus, saya mendapati ibu dan bapak terkonfirmasi positif covid 19. Bedanya, bapak isoman sementara ibu harus dilarikan ke RS karena ada pelemahan fungsi tubuh di bagian kiri pasca jatuh. 

Oke wait... Saya atur nafas dulu.... ☺

Dan, semua berjalan seolah-olah Tuhan memberikan kekuatan kepada saya berkali-kali lipat. Ditambah dukungan suami, anak-anak yang sangat kooperatif dan juga saudara, tetangga hingga teman-teman PPG. 

Long story short, ibu berpulang. Sebagai salah satu support system penting bagi saya menjalani beratnya hari-hari selama PPG, ibu harus meninggalkan saya dan lainnya. Tanpa ada pesan sebelumnya. Tanpa ada pamitan sebelum ibu sakit. Dan saya ingin menyerah di UKMPPG karena benar-benar merasakan hancur. 


Tetapi, dukungan teman-teman membuat saya kembali berdiri tegak untuk mewujudkan doa ibu. Dan meski berat, saya mampu menyelesaikan Uji Kinerja tepat waktu dan Uji Pengetahuan tanpa harus retaker. Saya dinyatakan lulus dan saat ini selembar sertifikat pendidik sudah resmi berada di tangan saya. 



Bukan Hanya Sertifikasi, tetapi Untuk Pembuktian Diri

Wisuda, ppg, ppg daljab,


Ternyata, saya bisa menyelesaikan PPG meski perjalanannya sangat tidak mudah. Ada jam tidur yang sangat berkurang, ada lelah antara menyusui dan menyelesaikan tugas di LMS tepat waktu, ada emosi yang diluapkan tanpa peduli yang menjadi pelampiasan sakit hati atau engga. Ada tangis kehilangan dan penyesalan mengapa harus ditinggal sebegitu cepatnya. Entahlah... Semua rasa itu ada dan sampai detik saya menyelesaikan tulisan ini memang tidak tau harus diluapkan bagaimana. 


Bukan menyoal tunjangan sertifikasi ataupun privilege lainnya ketika memiliki sertifikat pendidik. Namun saya mampu membuktikan bahwa saya bisa dan pantas mendapatkan hadiah ini. Meski tetap saja orang-orang akan menyinggung nominal rupiah yang nantinya akan masuk rekening. 

Tapi hey..... Apakah kalian bisa menjalani seperti yang saya alami??? Saya yakin sih tidak! Cukup saya saja. 


Jadi, meski selembar kertas namun ada banyak air mata tertumpah untuk mendapatkannya. Ada doa dan harapan ibu di dalamnya. Bahkan saya meyakini ibu bangga melihat pencapaian saya hingga di titik ini. 


Selembar kertas bertuliskan sertifikat pendidik lengkap dengan gelar tambahan di belakang nama saya ini menjadi bukti bahwa memang doa ibulah yang Tuhan kabulkan agar saya tetap menjadi seorang guru. 


Untuk semua pihak yang membantu dan menyuport saya selama ini, Thank you! Semoga kebaikan kalian akan Tuhan balas dengan berlimpah berkah. 

  • Share:

You Might Also Like

2 comments

  1. Terharuu bacanya🥲🥲bnyk perjuangan yg harus dilalui...Bu Chela the best👍🏼 usaha tak akan mengkhianati hasilll👏👏🥺

    ReplyDelete

Silahkan tinggalkan jejak di blog guru kecil ya. Mohon untuk tidak memberikan LINK HIDUP dalam kolom komentar. Jika memang ada,komen akan di hapus. Terimakasih;)