Menyusui itu adalah momen yang penuh dengan perjuangan. Saya masih ingat betul saat resmi menjadi seorang ibu, belum juga hilang suntikan bius pasca melahirkan Intan, saya harus merasakan perut nyeri saat Intan menyusu untuk pertama kali. Mengupayakan bayi saya dapat mengenyot puting dengan benar meski yang ternyata ketika praktek tak semudah teori. Lalu ada saat dimana harus merasakan demam dan payudara membengkak. Orang Jawa mengatakan nawoni, sementara istilah medis dikatakan mastitis.
Duh… menyusui sedrama ini kah? Padahal saya
berkomitmen bahwa akan memberikan air kehidupan bagi anak-anak saya. Meskipun saya
bekerja dan harus menerima konsekuensi kerepotannya. Penuh drama, melelahkan,
repot dan belum lagi komentar ini itu terkait bayi yang cuma diberi ASI yang
tidak bisa segendut anak lainnya. Kenyang bund sama suara sumbang saat menyusui
Intan. Makanya saya semakin keras kepala ketika menyusui Tiara saat ini. Karena
saya menyadari bahwa menjadi ibu menyusui harus bahagia. Dan nggak mau drama
ini itu lagi karena yang merasakan capeknya ya saya, ngantuk ya saya. Hihihihi.
Memang saat ini saya lebih bodo amat dengan
komentar ini itu terkait menyusui. Saya lebih memilih memberdayakan diri dengan
ilmu yang jauh lebih masuk akal daripada “katanya begini begitu…lalalalalal”.
Alhamdulillah, 5 bulan menyusui Tiara justru menjadi momen sacral meski drama
tetap ada. Meski kesulitan juga ada, karena memang menyusui tidak semudah itu
ya, bund. Apalagi saat pandemic seperti ini, harus di rumah saja. Capek dan
bosan berkumpul jadi satu. Hasilnya? Kadang bisa merasa bahagia, kadang juga
stress, bund. Ingin menyerah saja gitu.
Menyusui Di Tengah Pandemi yang Penuh Dengan Tantangan
Bertahan sekuat ini di tengah pandemic menjadi
rasa syukur saya terhadap Tuhan. Iya, kehidupan yang jauh lebih ribet dan
terasa berat ini memang mengajarkan saya untuk kuat dan tidak hanya
mementingkan diri sendiri. Masa pandemic saat ini terlebih masih menyusui,
harus benar-benar memastikan kondisi tubuh fit dan mengkonsumsi makanan bergizi
agar nutrisi bisa diterima oleh Tiara. Apalagi keluarga kami juga dihantam badai
covid kok bulan Juni lalu. Saat itu, yang terfikirkan oleh saya adalah
bagaimana anak-anak saya bisa aman dan tidak terserang si virus.
Dalam rangka World Breastfeeding Week (1-7 Agustus 2021), Philips Avent bersama Shopee Moms mengadakan sharing session dengan topic "New Parents Amidst the Covid-19 Pandemic" bersama Dr. S.T. Andreas, M.Ked (Ped), Sp.A sebagai narasumber dan dipandu oleh MC Cherisha Lidia. Obrolan yang seru dan bermanfaat tentang menyusui bagi ibu baru dan bagi saya juga yang bukan lagi ibu baru. Hahah.
Dalam kasus covid-19 yang terjadi pada anak,
Indonesia termasuk juara dalam prestasi yang kurang bagus. Data covid-19 pada
anak di Indonesia saat ini (sumber : @klinikkecil) adalah :
-
12,5% Covid-19
terjadi pada anak usia 0-18 tahun.
-
1 dari 8 kasus
adalah anak terkena Covid-19.
-
Tingkat kematian
atau case fatality rate pada anak kena Covid-19 tergolong tinggi yaitu 3-5%.
-
Tingkat kematian
paling banyak di dunia.
-
50% dari kematian
anak adalah usia balita.
Tingginya kasus Covid-19 pada anak di
Indonesia ini karena memang kendornya penerapan protocol kesehatan. Apalagi
kemarin covid Nampak mereda, namun akhirnya melonjak lagi bukan? Tentunya saya
ada kekhawatiran tersendiri apalagi harus mengurus bapak yang isolasi mandiri
selama 14 hari di rumah belakang. Apalagi masih harus menyusui, setiap kontak
dengan Tiara yang ada dzikir dan doa minta dijauhkan sama si covid. Huhuhu.
FYI,
gejala Covid-19 pada anak menurut dokter Andreas diantaranya demam, ruam-ruam
hingga diare. Biasanya ciri-ciri gejala ini dianggap sebagai gejala demam
berdarah, namun setelah dilakukan swab hasilnya positif Covid-19. Potek hati
ibu kalau sudah seperti ini, apalagi gejalanya memang terbilang random seperti
yang dialami oleh bayinya mbak Cherisa Lidia dimana muncul ruam merah di
kepala.
Ibu yang terpapar Covid-19 apakah masih bisa
menyusui bayi? Tenang bu, masih bisa kok dengan catatan kita wajib menerapkan protocol
kesehatan dan gejala yang dialami adalah gejala ringan atau tidak bergejala. Jika
menyusui secara langsung si ibu wajib menggunakan masker dan sebelum atau setelah
melakukan kontak dengan bayi harus mencuci tangan dengan sabun di air mengalir.
Tetapi bagi ibu yang mengalami gejala berat,
bisa tetap menyusui dengan cara memberikan ASI perah kepada bayi. Berat ya bu,
melakukan pumping disaat kondisi tubuh tidak fit. Perhatikan juga bahwa saat
melakukan pumping, peralatan pumping yang kita gunakan harus benar-benar
steril. Dan tetap menjalankan protocol kesehatan tentunya. Jangan khawatir akan
menularkan melalui ASI yang kita berikan. ASI bukan sekadar nutrisi yang baik, namun memberikan
antibodi yang bisa melawan bakteri atau virus. Tenang ya Bu, Covid-19 tidak
ditularkan dari ASI tapi dari droplet.
Dokter Andreas juga memberikan tips untuk ibu menyusui agar ASI nya melimpah. Kebetulan selama sebulan ini produksi ASI saya agak berkurang, nah saya tidak ingin menyimpan tips ini sendirian. Yuk simak yuk, tipsnya adalah :
- Semakin sering mengosongkan ASI makan payudara akan semakin banyak menghasilkan ASI. Saat menyusui bayi di satu payudara, sebaiknya payudara sebelahnya bisa dipompa. Jadi bisa kosong secara bersamaan. Bayi kenyang dan stok ASI perah juga aman, selain itu payudara cepat kosong dan cepat juga terisi.
- Seorang ibu menyusui harus happy atau bahagia baik menyusui langsung ataupun memerah ASI. Ingat, salah satu faktornya adalah memilih pompa ASI yang nyaman bagi payudara.
- Perhatikan kondisi tubuh. Karena saat ibu sedang sakit juga berpengaruh pada produksi ASI. Usahakan untuk istirahat dengan cukup, ya. Ajaklah suami untuk berperan saat memberikan ASI perah. Usahakan medianya jangan dot ya, karena bisa memicu bingung putting. Dengan berkolaborasi bersama suami, ibu bisa gunakan waktunya untuk istirahat.
- Asupan nutrisi yang dikonsumsi ibu menyusui harus baik agar mencukupi kebutuhan bayi dan juga ibunya. Jangan diet dan sebisa mungkin hindari makanan instan.
Membahas tentang pompa ASI, kebetulan sekali
saya menggunakan Philips Avent
comfort manual sejak menyusui Intan. Philips
Avent memiliki berbagai jenis pompa yang sesuai dengan kebutuhan ibu. Ada 3 jenis pompa ASI yakni Comfort Double
Elektrik, Single Comfort Elektrik dan Manual Comfort.
Jika
membutuhkan pompa asi yang bisa memompa pada 2 payudara sekaligus dan lebih
efisien waktu dan produksi ASI lebih banyak bisa menggunakan Pompa ASI Double Comfort Elektrik. Pompa
Single Comfort Elektrik bisa digunakan saat satu payudara sedang menyusui
dan payudara satunya lagi dipompa. Ini bermanfaat banget jika sedang let down reflect (ASI mengucur). Sedangkan Pompa Comfort Manual bisa digunakan
saat bepergian. Kalau payudara mulai terasa bengkak bisa deh langsung pompa ASI
nya.
Yang
menarik di sini adalah semua jenis pompa ASI terdapat bantalan pijat yang
lembut sehingga payudara terasa nyaman. Memang sejauh menggunakan pompa ASI dari
Philips Avent yang manual saya merasakan payudara seperti dipijat lembut,
meskipun untuk pumping membutuhkan waktu lumayan lama. Xixixixi. Philips Avent
juga punya aplikasi yang bisa memantau kehamilan ibu dan tumbuh kembang bayi, lho.
Namanya Pregnancy + dan Baby +. Keduanya dapat diunduh gratis di google playstore atau app store.
Mengingat bahwa menyusui adalah momen sacral, maka
dari itu saya berupaya untuk bisa menyusui Tiara hingga 2 tahun. Tentunya
dukungan keluarga sangat penting dan sangat saya butuhkan agar saya bisa
menjalani masa menyusui ini dengan bahagia. Terlebih di masa pandemic yang mana
kita harus saling menjaga orang-orang tercinta. Sehat selalu teman-teman, dan
yang sedang berjuang di masa menyusui, yok semangat yok!
1 comments
karena kasih adalah segalanya :')
ReplyDeleteSilahkan tinggalkan jejak di blog guru kecil ya. Mohon untuk tidak memberikan LINK HIDUP dalam kolom komentar. Jika memang ada,komen akan di hapus. Terimakasih;)