Beginilah yang Saya Lakukan Ketika Mendapat Panggilan PPG Dalam Jabatan Tahun 2021
Malam ini niatnya adalah mengedit video pembelajaran PPL kasus 2. Tetapi setelah menidurkan Tiara dan memastikan dia lelap, entah mengapa laptop ngajak becanda dengan proses update windows yang lumayan lama. Sehingga saya rebahan saja sambil scroll gak penting gitu, sih. Sambil menunggu mood untuk melakukan editing video dan yang ada justru jemari asyik mengetik postingan ini.
keluarga baru saya ^_^ |
Eh,,, ada bisikan manja dari si anak (m)barep saya "Ayo mah, tidur!" hahaha. Sungguh, rasanya semesta memang memahami bahwa hari ini saya sebenarnya agak stress. Jadi secara tidak langsung, sinyal-sinyal yang ada itu ngajaknya ya buat santai saja dulu. Atau sayanya aja yang lagi malas? hahhaa.. embuhlah.
Begini, semenjak bulan April lalu memang saya resmi menyandang status sebagai mahasiswa PPG Dalam jabatan tahun 2021. Kesibukan saya otomatis bertambah dimana rempongnya mengurus bayi, rumah, sekolah, bahkan selama sebulan belakangan ini di rumah juga ada pak tukang. Jika saya ibaratkan seekor amoeba, pasti saya sudah bisa membelah diri agar semuanya bisa terselesaikan dengan sangat epic tanpa perlu ada drama menangis dan ngamuk ke suami.
Dan yang membuat guilty adalah saya merasa perhatian ke Intan saat ini amat sangat berkurang sehingga seringlah dia cranky. Ajakan main harus saya janjiin "sebentar ya mbak, adek rewel" bahkan "sebentar ya mbak, tugas kuliah mama belum selesai". Seriously, ada rasa bersalah apalagi saat memandangnya sedang terlelap. Mungkin, ini adalah salah satu cara dia belajar nrimo disaat mamanya sedang memperjuangkan cita-cita yang nantinya juga demi masa depan dia dan adek (adek) nya.
Lalu, inti dari postingan ini apa sih bu? hahaha. Mon maaf ya kalau bertele-tele. Jadi begini, selain untuk self healing postingan ini juga semacam rangkuman dari beberapa pertanyaan rekan sejawat yang mendapat panggilan PPG Daljab angkatan 3. Sebagai mahasiswa PPG di angkatan 1, saya kok menerima banyak pertanyaan lewat WA yang kadang kalau nggak di jawab juga nggak enak. Mending di tulis saja sih ya.
Based on true story *halah* beginilah yang saya lakukan ketika mendapat panggilan PPG Dalam Jabatan di Universitas Khairun Ternate.
💨 Mencoba tenang karena stress kampusnya jauh
Iya, Ternate gitu loh. Siapa yang nggak langsung "aduh nanti bagaimana kalau harus terbang ke sana?", "nanti Intan gimana?", "nanti LDR an ma suami gimana?", "mana sebentar lagi lahiran!". Kegalauan sehari itu akhirnya terbayarkan dengan kalimat "udah ma... ambil saja kesempatan itu!". Eh lha, begitu menyetujui panggilan PPG, kok ya ada aja jalannya. Mulai dari yang ketemu grup WA nya, ketemu temen sedaerah, dan begitu sudah nyemplung lha kok alhamdulillah pada welcome. Kan seneng toh busui. xixixi. Jadi, kunci utamanya adalah tenang.
💨 Rajinlah untuk update info melalui SIMPKB
Sebagai calon mahasiswa, kita memang jauh lebih baik untuk pro aktif mencari update informasi. Terutama melalui akun SIMPKB masing-masing. Karena memang informasinya ada disitu dan nggak usah ngoyak-ngoyak operator dinas (Mas Samsul terutama) ya karena kasihan aja gitu. hahahaha.
Pokoknya di akun SIMPKB kita nantinya ada tagihan-tagihan yang harus kita lengkapi. Bahkan untuk form lapor diri juga tersedia di akun kita. Sering-sering cek saja lah. Oiya hampir saja lupa, setelah menyetujui panggilan di LPTK penyelenggara, ada baiknya kalian cari-cari informasi kampusnya baik di sosial media atau melalui alumni ya.
💨 Untuk dokumen lapor diri, tunggu saja dari LPTK nya
"Mbak, ada SKCK nya nggak"
"Pakai SK Dinas, nggak?"
"Pakai surat NAPZA, nggak?"
daaaaaaaaaaaaaaannnnnn banyak lagi pertanyaan ini itu. Kalau saya menimpali "lha kampusnya menyuruh apa?" dan kalian jawab BELUM ADA INFO, otomatis jawaban saya adalah "tunggu aja surat resmi dari LPTK nya!".
Bukan berarti pelit informasi ya, sepengalaman saya memang antara kampus satu dengan yang lainnya berbeda untuk syarat lapor diri. Bahkan untuk mahasiswa PPG tahun 2020 tidak diminta untuk mengirimkan berkas ke dinas kabupaten (bagi yang masih honorer). Takutnya kalau saya menjawab "iya, pakai" eh malah LPTK nya tidak meminta. Kan sayang, bund. Apalagi untuk membuat surat NAPZA di RSUD Raden Soejati juga membutuhkan biaya yang cukup mahal. Saya mengeluarkan uang 360 ribu untuk pembuatan surat bebas NAPZA. hihihi. Buat jaga-jaga saja, mending tunggu informasi resmi dari LPTK nya ya. Pasti ada kok.
💨 Siapkan mental, fisik, jaringan internet, dan gawai atau laptop
Point ini untuk menjawab "apa saja yang harus saya siapkan untuk mengikuti PPG?" yang kapan hari masuk di WA saya. Nah, harap disimak baik-baik dan pastikan pasangan ataupun orang tua turut membacanya.
Siapkan mental : saya rasa ini sangat perlu karena mental kita akan diasah di momen ini. Saya merasakan ilmu yang saya dapat di bangku kuliah, ilmu yang saya terapkan di sekolah seperti "nggak ada apa-apanya" dalam artian PPG ini seperti kita dikoreksi habis-habisan. Benarkah yang sudah kita terapkan, atau sudah tepatkah cara yang kita gunakan untuk peserta didik selama ini.
Bahkan testimoni alumni PPG tahun 2020 yang sesama honorer juga mengatakan "Aku kayak digembleng tenan dadi guru!". Persiapan mental ini saya rasa memang PPG tidak sekedar mengejar serdik lalu tunjangan profesi guru cair, gitu. Tetapi kita seperti diolah lagi supaya kinerja kita menjadi lebih matang. Ini menurut opini saya pribadi lho ya, feel free buat kalian yang kurang setuju.
Siapkan fisik : Aduh bund, kalau disuruh memilih saya akan memilih kuliah tatap muka di kampus daripada harus daring. Entahlah, saya merasa capek yang dobel trouble karena selain kulian dan mengikuti sesi google meet, juga terdistraksi dengan kerjaan rumah lah, sekolah online anak-anak lah, momong Intan dan Tiara lah, belum lagi tagihan LMS yang harus centang biru sebelum jam 12 malam.
Bahkan untuk mengikuti perkuliahan karena kampus berada di Indonesia Timur, sesi google meet harus menyesuaikan waktu Ternate. Bangun lebih pagi dan menyelesaikan tugas domestik, jam 7 pagi sudah siap di depan laptop sementara di ternate sudah jam 9 pagi. Begitu juga LK yang harus di kerjakan. Pokoknya nikmat!!!!!!
Meski ada saat dimana saya menangis dan mengatakan untuk menyerah, sementara PPG sudah setengah jalan.
Supaya tidak terlalu capai, bisa donk meminta bantuan kepada pasangan atau orang tua. Terpenting adalah mintalah pengertian pasangan jika kita tidak sempat memasak karena sibuk dengan lembar kerja, cucian yang harus masuk laundry demi menghemat tenaga meski anggaran keluarga bertambah karena biaya laundry. Dan kepada para suami, jika istri sudah senewen karena dikejar tugas bisa lah diajak ke Janji Jiwa. Segelas kopi akan membuat mood istri jadi lebih baik dan rileks. Eh suami dapat bonus di ranjang bergelora. Kan sama-sama enyak, bund. hahaha.
Intinya sebelum memulai perkuliahan, komunikasikan dengan support sistem terdekat agar PPG bisa dilalui dengan penuh bahagia. Tapi kalau mau nangis juga gapapa sih ya. Terutama saat penyusunan perangkat. Hmmm,, rasakanlah kerepotannya. hahaha.
Siapkan jaringan internet yang stabil dan perangkatnya : Jangan heran jika nantinya akan boros kuota, kemana-mana yang di cari adalah sinyal stabil dan laptop seperti kekasih hati yang susah kita lepaskan. Selama 4 bulan kedepan kita serasa bercumbu dengan laptop. Kalau di rumah terfasilitasi jaringan indihome atau bisnet, tinggal bagaimana nyamannya kita menyetting tempat agar terasa lebih cozy layaknya google meet sambil nongkrong di cafe. haha.
💨 Ndak usah OVERTHINKING, Semua pasti bisa dilalui
Jangan yang dikit-dikit mengkhawatirkan nanti bagaimana teman-temannya, nanti bagaimana kerjasama atau individualis, nanti bagaimana dosen-dosennya. Sebel kalau menemui seperti itu. Karena memang saya dulu juga berada dalam fase "wedi ayang-ayang buto", sementara dalam kenyataannya tidak seperti pada yang kita takutkan. Bisa yang "ah... ternyata cuma begini saja!" atau bahkan lebih sulit dari yang kita bayangkan.
Berfikir tentu boleh, namun overthinking itu jangan! Rugi di kita sendiri. Jika kita menjalaninya dengan ikhlas dan fokus pada goal yang kita tentukan, sesulit apapun yang kita hadapi pasti akan ada solusinya. Tenang, kalem, dan kuasai!
Karena pada akhirnya yang belum kenal menjadi kenal dan akrab, yang hanya dalam dunia maya akan serasa menjadi saudara. Meski persaingan tetap ada untuk lolos di tahap UP, semua akan tertutupi dengan rasa kekeluargaan yang nikmat dan gayeng. Meski perkuliaan secara daring, saya merasakan bapak ibu dosen sangat kooperatif bahkan dosen saya yang bernama Pak Taslim baiknya super sekali. Beliau menyemangati saya yang sedang lelah-lelahnya dan ingin menyerah. huhuhuhu. Terimakasih ayahnda kelompok 1. huhuhuhuhu.
Semangat bagi rekan sejawat yang akan melaju di angkatan 3 PPG Daljab tahun 2021. Semoga lancar dan bagi kalian yang membaca ini, mohon doanya ya untuk ibu saya agar segera sembuh. Kasus covid di desa saya sedang ugal-ugalan, saya takut jika terjadi sesuatu yang tidak kami inginkan. Huhuhu. Galau, sedih dan stress ini. Mohon doanya ya teman-teman.
1 comments
Semangat mbak Chel...
ReplyDeleteSemoga ibunda lekas sembuh aamiin...
Semangat yakin kita bisa 💪☺
Silahkan tinggalkan jejak di blog guru kecil ya. Mohon untuk tidak memberikan LINK HIDUP dalam kolom komentar. Jika memang ada,komen akan di hapus. Terimakasih;)