Pengalaman Melahirkan Cesar dengan BPJS Kesehatan

By Chela Ribut Firmawati - April 08, 2021

Pengalaman Melahirkan Cesar dengan BPJS Kesehatan ~ Sengaja merencanakan untuk re-SC di persalinan kedua ini? Sebenarnya tidak. Sedari awal tahu jika saya positif hamil, niat hati bisa menjalani kehamilan dengan nyaman dan bisa melahirkan secara spontan atau normal. Pengalaman kelahiran Intan dulu memang harus SC karena kasus ketuban pecah dini dan posisi bayi sungsang. Dan yang bikin agak bagaimana gitu karena biaya melahirkan saat itu saya tidak memiliki jaminan kesehatan maupun asuransi kesehatan. Jadi berasa banget keluar budgetnya. 11 juta lebih cint. 




Beruntungnya papa sudah menyiapkan BPJS kesehatan dengan bernaung dibawah instansi sekolah. Proses pembuatan BPJS itu juga sesaat sesudah lahiran Intan, sebagai jaminan jika sewaktu-waktu dibutuhkan. Tapi tetap lah ya, doanya sehat terus meski tiap bulan papa potong gaji untuk bayar BPJS. Dan itu juga yang membuat papa bersikukuh untuk menggunakan BPJS saat melahirkan nantinya.


Ya... siapa sangka kalau keinginan melahirkan secara normal harus dikorbankan karena di usia 37 minggu dokter menyarankan untuk re-SC. Riwayat kehamilan ketiga ini adalah dua bulan sebelum saya positif hamil sempat mengalami keguguran. Dan saat itu kepala bayi masih belum mau masuk panggul. Sudah di sounding tuh biar  mau masuk panggul, tetapi di usia kehamilan 38 minggu sampai jadwal untuk tindakan SC, eh malah posisi janin naik lagi. Jadi kondisi perut atas lebih kenceng sementara perut bawah santuy abisss.


"Deal SC saja ya bu... saya takut ibu nggak kuat ngeden malah sakitnya double. Lagipula berat janin diperkirakan keluar 3.4 sampai 3.5 kg. Agak besar lho!"


Dengan rayuan papa juga yang menginginkan ibu serta bayinya selamat. Akhirnya saya menerima untuk SC di tanggal 6 Maret 2021. Tetapi sebelum perutnya disayat, foto dulu donk! hahaha....



Ikuti Prosedurnya, Insyaallah Nggak Ribet


Iya loh, banyak yang mengatakan jika menggunakan BPJS itu ribet lah, dipersulit minta rujukannya lah, pelayanan jelas dibedakan dengan pasien umum lah, obatnya beda lah. Haduhhh… suara-suara seperti itu sempat membuat saya lumayan parno dan merayu papa untuk menyimpan BPJS nya dan memilih ke pasien umum saja. Takut sakit. Hahaha. Padahal sama saja sih, teteup sakit.


Memang benar bahwa menggunakan BPJS itu jauh lebih baik jika kita mempersiapkan semua berkasnya terlebih dahulu. Supaya apa? Yaaaaa, supaya nggak wara-wiri gitu loh. Memang tidak semua bisa di cover oleh BPJS. Di kasus persalinan ini juga dengan diagnosa Delivery by emergency caesarean section (O82.1) yang artinya entah apalah itu. Hahaha…. Padahal seminggu sebelum diberi surat rekomendasi rujukan ke faskes 1, sempat loh di tolak. Dari itulah saya menyimpulkan dengan bahasa saya jika kehamilanmu baik-baik saja atau tidak ada hal emergency ,ya tidak bisa menggunakan BPJS. Atau mungkin bisa dikoreksi ya jika kesimpulan saya ini salah.

Surat rujukan dari faskes 1


Tentunya untuk bisa menggunakan BPJS kesehatan, kita harus sudah terdaftar dulu donk ya. Dan pastikan untuk rutin membayar tiap bulannya, karena jika BPJS tidak dibayar juga tidak bisa diproses dan digunakan. Seperti calon pasien lain yang mendaftar bersamaan dengan saya, ditegur petugas pendaftaran di RS Panti Rahayu untuk membayar dulu BPJS nya baru bisa diproses. Untungnya saat tiba giliran saya, Alhamdulillah atas kuasa Allah semua dimudahkan. Selain kartu BPJS, siapkan juga ya berkas lainnya seperti fotocopy kartu keluarga, fotocopy BPJS, fotocopy KTP dan surat rujukan dari faskes 1. Usahakan untuk meyiapkan copy-an lebih dari selembar, ya. Tetapi untuk surat rujukan, saat itu saya tidak diminta untuk menggandakan. Jadi sampai rangkaian pemeriksaan selesai surat rujukan masih menggunakan yang asli.


Pelayanan Pasien BPJS Ternyata....

Saya memang cenderung memilih RS ini karena “klik” dengan pelayanan dan kenyamanan. Meski tetap kenyamanan paling utama ya di rumah sendiri. Nah, kesalahpahaman saya dengan petugas pendaftaran adalah karena BPJS saya kelas 2 dan memutuskan untuk tidak naik kelas, nantinya satu kamar hanya ada 2 pasien. Tapi ternyata saya dan papa SALAH!!!! Satu kamar untuk pasien kelas 2 adalah 3 orang. Wkwkwkwk. Kebayang lah bebs bagaimana rasanya. Kayak di prank, tetapi mau ngeyel ke suster juga nggak enak. Yaasudahlah…. Dinikmati saja.


Lagi dan lagi semua atas kuasa Allah. Jumat malam sekamar ramai dengan tangisan bayi di sisi kanan dan kiri. Ndilalah pasca operasi di hari Sabtu, saya merakan kelas 2 rasa VVIP. Sekamar sendiri dengan 3 bed kosong. Ahahaha. Jadi, ada drama saya menangis semalam selepas bius habis juga nggak ada yang lihatin kecuali papa dan bapak mertua yang gantiaan nungguin. Xixixixi.


Sepengalaman saya untuk pelayanan dari mulai pemeriksaan di poli obgyn, pendaftaran kamar pasien, prosedur check in, operasi sampai pulang semua terasa nyaman dan tidak ada hal yang membuat gimanaaa gitu. Kebetulan untuk prokes di RS ini terbilang sangat ketat. Jadi, setelah pemeriksaan kehamilan di poli obgyn dan deal untuk tindakan SC, saya harus menandatangani berkas persetujuan calon pasien. Setelah itu, ke bagian pendaftaran untuk booking kamar sesuai dengan kelasnya. Bahkan untuk datang ke RS jelang operasi juga harus menunggu telepon dari pihat RS.


Nah, begitu menerima telepon untuk segera check in. Prosedur calon pasiennya juga lebih banyak bun. Sampai engap rasanya jalan kesana kemari. Wkwkwkwk. Pasien wajib melakukan tes antigen terlebih dahulu di laboraturium. Alhamdulillah hasil bagus non reaktif sehingga saya tidak berada di kamar isolasi. Setelah itu, ke ruang pemeriksaan pasien rawat inap untuk cek up semuanya. Rekam jantung, tensi, bahkan diambil darahnya. Persis seperti di ruang IGD. Dan barulah pasien bisa menuju ke kamar inap.


Tentunya  ada printilan lain yang tidak masuk dalam BPJS seperti diapers, pembalut nifas, jasa tindik bayi, bahkan perban anti air yang dipasang sesaat sebelum pulang. Saat itu juga setelah bayi lahir, pihak RS memberikan surat keterangan lahir si bayi dan memerintahkan papa untuk didaftarkan BPJS saat itu juga. Hanya saja untuk nama bayi masih menggunakan nama “Bayi Ny.Chela”.


Pasca lahiran, saya harus kontrol sekali untuk memeriksa kondisi jahitan cesar di RS. Dan itu juga tidak dikenakan biaya sama sekali alias gratis.  Selang waktu seminggu nantinya perban akan dibuka dan dilihat kondisi jahitannya. Apakah sudah bagus atau harus di sulam lagi.wkwkwkwk. Untuk kontrol juga harus menyiapkan fotocopy kartu BPJS, fotocopy KK dan fotocopy KTP. Sertakan juga surat kontrol yang diberikan perawat sebelum pulang waktu rawat inap. Setelah rangkaian pemeriksaan selesai, dokter akan memberikan surat rujukan balik ke faskes 1. Dan selesai deh!

 

Biaya yang saya keluarkan untuk melahirkan cesar dengan kartu BPJS kelas 2 dan tidak naik kelas ini adalah GRATIS. Gratis tis tis untuk tindakan selama di RS, kecuali untuk printilan lainnya. Saya sempat menanda tangani berkas sebelum pulang dan ada billing perawatan bayi senilai 1.500.000 an gitu lah. Saya mikir saat itu papa sedang antre di kasir, pasti akan bayar billing yang saya tanda tangani. Eh ternyata…. “nambah buat biaya jasa tindik bayi itu tok,ma. Sama printilan yang dibeli sama perawat itu. Lainnya gratis!!!!”  Alhamdulillah….


Saran saya sih kepada ibu hamil, hendaknya memiliki kartu BPJS. Karena sangat membantu sekali, bund. Selain itu, untuk lain-lainnya mending kita banyak bertanya kepada pihak yang lebih berwenang terkait bagaimana prosedurnya, berapa % biaya yang di cover BPJS jika naik kelas. Intinya sebagai calon pasien BPJS kita juga harus aktif mencari informasi daripada sekedar mendengar komen sana sini. Ya kalau benar, lha kalau salah? Rugi di kita sendiri, kan.


Terkait alur yang lama dan ribet, pokoknya kita nikmati saja deh yaa… Karena buah dari kesabaran itu memang indah, meski tak seindah rasanya bius habis dan menangis semalam. Hahaha. So, bagi buibu yang hendak lahiran..semangat ya!!!! Semoga pengalaman saya ini bermanfaat.

  • Share:

You Might Also Like

5 comments

  1. Menjadi peserta BPJS Kesehatan itu menyenangkan jika niatnya memang ingin meringankan biaya untuk membayar sakit.

    ReplyDelete
  2. Banyak untungnya kan punya BPJS. akupun pakai BPJS lahiran di bidan. Cuma bayar 700 ribu, jadi fifti-fifti lah sama bidannya. Kalau non BPJS 1,7 jutaan.

    ReplyDelete
  3. MasyaAllah makasih sharinfnha BugurCil. Sangat memberikan wawasan banget. Ceritain dong pemeriksaan pelepasan jahitan hehehehe

    ReplyDelete
  4. Ka kalo rujukan buat USG sama SC beda apah sama

    ReplyDelete

Silahkan tinggalkan jejak di blog guru kecil ya. Mohon untuk tidak memberikan LINK HIDUP dalam kolom komentar. Jika memang ada,komen akan di hapus. Terimakasih;)