Pengalaman
Melahirkan Cesar dengan BPJS Kesehatan ~ Sengaja merencanakan untuk re-SC di persalinan kedua
ini? Sebenarnya tidak. Sedari awal tahu jika saya positif hamil, niat hati bisa
menjalani kehamilan dengan nyaman dan bisa melahirkan secara spontan atau normal.
Pengalaman kelahiran Intan dulu memang harus SC karena kasus ketuban pecah dini
dan posisi bayi sungsang. Dan yang bikin agak bagaimana gitu karena biaya
melahirkan saat itu saya tidak memiliki jaminan kesehatan maupun asuransi
kesehatan. Jadi berasa banget keluar budgetnya. 11 juta lebih cint.
Beruntungnya
papa sudah menyiapkan BPJS kesehatan dengan bernaung dibawah instansi sekolah.
Proses pembuatan BPJS itu juga sesaat sesudah lahiran Intan, sebagai jaminan jika
sewaktu-waktu dibutuhkan. Tapi tetap lah ya, doanya sehat terus meski tiap
bulan papa potong gaji untuk bayar BPJS. Dan itu juga yang membuat papa
bersikukuh untuk menggunakan BPJS saat melahirkan nantinya.
Ya... siapa sangka
kalau keinginan melahirkan secara normal harus dikorbankan karena di usia 37
minggu dokter menyarankan untuk re-SC. Riwayat kehamilan ketiga ini adalah dua
bulan sebelum saya positif hamil sempat mengalami keguguran. Dan saat itu
kepala bayi masih belum mau masuk panggul. Sudah di sounding tuh biar mau masuk panggul, tetapi di usia kehamilan 38
minggu sampai jadwal untuk tindakan SC, eh malah posisi janin naik lagi. Jadi
kondisi perut atas lebih kenceng sementara perut bawah santuy abisss.
"Deal SC saja ya bu... saya takut ibu nggak kuat ngeden malah sakitnya double. Lagipula berat janin diperkirakan keluar 3.4 sampai 3.5 kg. Agak besar lho!"
Dengan rayuan papa juga yang menginginkan ibu serta bayinya selamat. Akhirnya saya
menerima untuk SC di tanggal 6 Maret 2021. Tetapi sebelum perutnya disayat, foto dulu donk! hahaha....
Ikuti Prosedurnya, Insyaallah Nggak Ribet
Iya loh, banyak
yang mengatakan jika menggunakan BPJS itu ribet lah, dipersulit minta
rujukannya lah, pelayanan jelas dibedakan dengan pasien umum lah, obatnya beda
lah. Haduhhh… suara-suara seperti itu sempat membuat saya lumayan parno dan
merayu papa untuk menyimpan BPJS nya dan memilih ke pasien umum saja. Takut
sakit. Hahaha. Padahal sama saja sih, teteup sakit.
Memang benar
bahwa menggunakan BPJS itu jauh lebih baik jika kita mempersiapkan semua berkasnya
terlebih dahulu. Supaya apa? Yaaaaa, supaya nggak wara-wiri gitu loh. Memang
tidak semua bisa di cover oleh BPJS. Di kasus persalinan ini juga dengan diagnosa
Delivery by emergency caesarean section (O82.1)
yang artinya entah apalah itu. Hahaha…. Padahal seminggu sebelum diberi surat
rekomendasi rujukan ke faskes 1, sempat loh di tolak. Dari itulah saya
menyimpulkan dengan bahasa saya jika
kehamilanmu baik-baik saja atau tidak ada hal emergency ,ya tidak bisa
menggunakan BPJS. Atau mungkin bisa dikoreksi ya jika kesimpulan saya ini
salah.
Surat rujukan dari faskes 1 |
Tentunya untuk
bisa menggunakan BPJS kesehatan, kita harus sudah terdaftar dulu donk ya. Dan
pastikan untuk rutin membayar tiap
bulannya, karena jika BPJS tidak dibayar juga tidak bisa diproses dan
digunakan. Seperti calon pasien lain yang mendaftar bersamaan dengan saya, ditegur
petugas pendaftaran di RS Panti Rahayu untuk membayar dulu BPJS nya baru bisa
diproses. Untungnya saat tiba giliran saya, Alhamdulillah atas kuasa Allah
semua dimudahkan. Selain kartu BPJS, siapkan juga ya berkas lainnya seperti fotocopy kartu keluarga, fotocopy BPJS, fotocopy
KTP dan surat rujukan dari faskes 1. Usahakan untuk meyiapkan copy-an lebih
dari selembar, ya. Tetapi untuk surat rujukan, saat itu saya tidak diminta
untuk menggandakan. Jadi sampai rangkaian pemeriksaan selesai surat rujukan
masih menggunakan yang asli.
Pelayanan Pasien BPJS Ternyata....
Saya memang
cenderung memilih RS ini karena “klik” dengan pelayanan dan kenyamanan. Meski tetap
kenyamanan paling utama ya di rumah sendiri. Nah, kesalahpahaman saya dengan
petugas pendaftaran adalah karena BPJS saya kelas 2 dan memutuskan untuk tidak
naik kelas, nantinya satu kamar hanya ada 2 pasien. Tapi ternyata saya dan papa
SALAH!!!! Satu kamar untuk pasien kelas 2 adalah 3 orang. Wkwkwkwk. Kebayang
lah bebs bagaimana rasanya. Kayak di prank, tetapi mau ngeyel ke suster juga
nggak enak. Yaasudahlah…. Dinikmati saja.
Lagi dan lagi
semua atas kuasa Allah. Jumat malam sekamar ramai dengan tangisan bayi di sisi
kanan dan kiri. Ndilalah pasca operasi di hari Sabtu, saya merakan kelas 2 rasa
VVIP. Sekamar sendiri dengan 3 bed kosong. Ahahaha. Jadi, ada drama saya
menangis semalam selepas bius habis juga nggak ada yang lihatin kecuali papa
dan bapak mertua yang gantiaan nungguin. Xixixixi.
Sepengalaman
saya untuk pelayanan dari mulai pemeriksaan di poli obgyn, pendaftaran kamar
pasien, prosedur check in, operasi sampai pulang semua terasa nyaman dan tidak
ada hal yang membuat gimanaaa gitu. Kebetulan untuk prokes di RS ini terbilang
sangat ketat. Jadi, setelah pemeriksaan kehamilan di poli obgyn dan deal untuk
tindakan SC, saya harus menandatangani berkas persetujuan calon pasien. Setelah
itu, ke bagian pendaftaran untuk booking kamar sesuai dengan kelasnya. Bahkan
untuk datang ke RS jelang operasi juga harus menunggu telepon dari pihat RS.
Nah, begitu
menerima telepon untuk segera check in. Prosedur calon pasiennya juga lebih
banyak bun. Sampai engap rasanya jalan kesana kemari. Wkwkwkwk. Pasien wajib
melakukan tes antigen terlebih dahulu di laboraturium. Alhamdulillah hasil
bagus non reaktif sehingga saya tidak berada di kamar isolasi. Setelah itu, ke
ruang pemeriksaan pasien rawat inap untuk cek up semuanya. Rekam jantung,
tensi, bahkan diambil darahnya. Persis seperti di ruang IGD. Dan barulah pasien
bisa menuju ke kamar inap.
Tentunya ada printilan lain yang tidak masuk dalam BPJS
seperti diapers, pembalut nifas, jasa tindik bayi, bahkan perban anti air yang
dipasang sesaat sebelum pulang. Saat itu juga setelah bayi lahir, pihak RS
memberikan surat keterangan lahir si bayi dan memerintahkan papa untuk didaftarkan
BPJS saat itu juga. Hanya saja untuk nama bayi masih menggunakan nama “Bayi
Ny.Chela”.
Pasca lahiran, saya harus kontrol sekali untuk memeriksa kondisi jahitan cesar di RS. Dan itu juga tidak dikenakan biaya sama sekali alias gratis. Selang waktu
seminggu nantinya perban akan dibuka dan dilihat kondisi jahitannya. Apakah sudah
bagus atau harus di sulam lagi.wkwkwkwk. Untuk kontrol juga harus menyiapkan
fotocopy kartu BPJS, fotocopy KK dan fotocopy KTP. Sertakan juga surat kontrol
yang diberikan perawat sebelum pulang waktu rawat inap. Setelah rangkaian
pemeriksaan selesai, dokter akan memberikan surat rujukan balik ke faskes 1.
Dan selesai deh!
Biaya yang saya keluarkan untuk melahirkan
cesar dengan kartu BPJS kelas 2 dan tidak naik kelas ini adalah GRATIS.
Gratis tis tis untuk tindakan selama di RS, kecuali untuk printilan lainnya.
Saya sempat menanda tangani berkas sebelum pulang dan ada billing perawatan
bayi senilai 1.500.000 an gitu lah. Saya mikir saat itu papa sedang antre di
kasir, pasti akan bayar billing yang saya tanda tangani. Eh ternyata…. “nambah
buat biaya jasa tindik bayi itu tok,ma. Sama printilan yang dibeli sama perawat
itu. Lainnya gratis!!!!” Alhamdulillah….
Saran saya sih
kepada ibu hamil, hendaknya memiliki kartu BPJS. Karena sangat membantu sekali, bund. Selain itu, untuk lain-lainnya mending kita banyak bertanya kepada pihak
yang lebih berwenang terkait bagaimana prosedurnya, berapa % biaya yang di cover
BPJS jika naik kelas. Intinya sebagai calon pasien BPJS kita juga harus aktif
mencari informasi daripada sekedar mendengar komen sana sini. Ya kalau benar,
lha kalau salah? Rugi di kita sendiri, kan.
Terkait alur yang lama dan ribet, pokoknya kita nikmati saja deh yaa… Karena buah dari kesabaran itu memang indah, meski tak seindah rasanya bius habis dan menangis semalam. Hahaha. So, bagi buibu yang hendak lahiran..semangat ya!!!! Semoga pengalaman saya ini bermanfaat.
5 comments
Menjadi peserta BPJS Kesehatan itu menyenangkan jika niatnya memang ingin meringankan biaya untuk membayar sakit.
ReplyDeleteBanyak untungnya kan punya BPJS. akupun pakai BPJS lahiran di bidan. Cuma bayar 700 ribu, jadi fifti-fifti lah sama bidannya. Kalau non BPJS 1,7 jutaan.
ReplyDeletesaya juga pemakai BPJS...
ReplyDeleteMasyaAllah makasih sharinfnha BugurCil. Sangat memberikan wawasan banget. Ceritain dong pemeriksaan pelepasan jahitan hehehehe
ReplyDeleteKa kalo rujukan buat USG sama SC beda apah sama
ReplyDeleteSilahkan tinggalkan jejak di blog guru kecil ya. Mohon untuk tidak memberikan LINK HIDUP dalam kolom komentar. Jika memang ada,komen akan di hapus. Terimakasih;)