Mewujudkan Program Langit Biru adalah Tugas Kita Bersama
Teman-teman,
jika kalian melihat foto di atas apa sih yang ada terbersit di pikiran kalian?
Asri, pemandangan khas desa, langit tampak biru, dan jauh dari polusi udara.
Mungkin seperti itu yang terlintas di pikiran teman-teman. Yup memang benar,
saya mengabadikan foto ini saat berangkat sekolah. Meski setiap hari melalui
jalanan ini, ada yang membuat bahagia yaitu langit tampak biru sehingga saya
bisa menghirup sejuknya udara pagi tanpa takut polusi udara.
Ya,
polusi udara memang menjadi masalah pelik untuk saat ini. Dalam sebuah portal
berita online juga disebutkan bahwa di kota besar seperti Jakarta ternyata
masuk dalam penyumbang polusi udara terbesar nomor dua di dunia setelah New
Delhi India. WOW!! Lantas saya berfikir, kapan masyarakat Jakarta bisa
menikmati langit biru dan udara bersih seperti foto saya diatas?
Momentum
pandemic COVID 19 menjadi momen dimana warga Jakarta dapat menikmati suasana
langit biru dan udara bersih. Berkurangnya mobilitas manusia menjadi bukti
bahwa tercemarnya udara di Jakarta merupakan hal nyata yang dipicu oleh asap
kendaraan bermotor. Bahkan kasus pencemaran udara juga berdampak sangat besar
bagi kesehatan, begitu juga dampak global dimana sangat berpengaruh dalam
perubahan iklim global. Maka dari itu, Program Langit Biru kembali digaungkan.
Dialog
Publik Tentang Program Langit Biru
Istilah
Program Langit Biru saya dapat ketika mengikuti Webinar yang diadakan oleh KBR
dan YLKI. Mengusung tema “Penggunaan BBM Ramah Lingkungan Guna Mewujudkan
Program Langit Biru”.
Program Langit Biru adalah
program pengendalian pencemaran udara yang dilakukan pemerintah secara
nasional. Program ini memang sudah dicanangkan 25 tahun silam oleh Kementrian
Lingkungan Hidup melalui Peraturan Pemerintah Lingkungan Hidup Nomor 15 Tahun
1996. Dengan tujuan mengantisipasi krisis yang disebabkan oleh polusi, khususnya
udara yang dicetuskan oleh barang tidak bergerak dan barang bergerak.
Penyumbang
polusi udara terbesar adalah dari sektor transportasi darat. Permasalahan bukan
ada pada kendaraannya, melainkan pada pemilihan dan pemakaian Bahan Bakar Minyak. Beberapa negara
maju sudah menerapkan pajak khusus untuk BBM dan energi fosil lain karena
dinilai berperan dalam pencemaran lingkungan. Indonesia? Indonesia masuk dalam
7 negara yang masih menggunakan BBM RON
<90 dengan 6 varian yang diperjualbelikan. BBM RON rendah memiliki
kandungan sulfur di atas 500 ppm. Sehingga gas buang mengandung zat yang
berbahaya seperti SO2 dan hidrokarbon yang jika kita hirup terus menerus dapat
membahayakan kesehatan. Namun sebaliknya, BBM RON tinggi pembakaran pada mesin
sempurna sehingga gas buang sangat minim dan lebih ramah lingkungan.
Padahal kita tahu sendiri bahwa saat ini yang terpenting adalah bagaimana kita bisa ikut andil bersama pemerintah dan lembaga lainya untuk menjaga lingkungan agar bisa dinikmati oleh anak cucu kita.
Dari
pihak YLKI dimana pak Tulus Abadi mendesak pemerintah untuk menerapkan Program
Langit Biru. Disebutkan juga bahwa pada November 2015 Presiden Jokowi ikut
menghadiri Program Paris Protocol on Climate
Change di Paris dan Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk mengurangi emisi
gas karbon antara 20-40 persen hingga 2050Program ini akan sulit terwujud jika
kualitas BBM yang digunakan di negara kita belum memenuhi Standar Euro, dan
PLTU masih marak.
Sementara, Program Langit Biru punya 3 misi besar, yaitu :
- Kualitas Emisi : meningkatkan kualitas emisi gas bunga kendaraan bermotor, inspection dan maintenance kendaraan bermotor., penetapan standard emisi gas buang untuk kendaraan yang sudah berjalan.
- Teknologi otomotif : teknologi otomotif akan diubah atau ditingkatkan lebih ramah lingkungan melalui penyempurnaan desain maupun perlengkapan treatment emisi gas buang. Pengembangan teknologi hibrida bensin-listrik atau eco car dan fuel cell, teknologi yang tidak akan menghasilkan gas beracun.
- Manajemen Lalu Lintas : Menata manajemen lalu lintas untuk menghindari kemacetan yang berandil signifikan terhadap meningkatnya emisi gas buang kendaraan bermotor.
Tentunya
dalam mewujudkan keberhasilan Program Langit Biru ini dibutuhkan sinergi yang
baik antara pemerintah dan stake holder. Dalam Diskusi Program Langit Biru tidak hanya diisi oleh pak
Tulus Abadi (YLKI) saja, ada Faby Tumiwa (Institute for Essential Service
Reform), Muhammad Nafi (Redaktur Katadata), Dasrul Chaniago (Direktur
Pengendalian Pencemaran Lingkungan) dan perwakilan dari Dinas Kesehatan, Dinas
Lingkungan Hidup, Dinas Perhubungan, Bappeda, Dinas PUPR, Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata, Disperindag, Dinas ESDM. Turut hadir juga dari perwakilan
influencer dimana diwakili oleh Nadine Candrawinata.
Implementasi
Program Langit Biru di Masyarakat
Logikanya
begini deh, jika di SPBU tersedia BBM dengan harga murah pasti kita memilih
dengan harga murah donk meski tahu
dampaknya juga buruk. Seperti itulah kebanyakan masyarakat kita yang maunya
berhemat tetapi tidak memikirkan dampak kedepannya. Maka dari itu saya sepakat
dengan apa yang diucapkan oleh mbak Nadine Candra Winata untuk mengedukasi
masyarakat secara massif mengenai penggunaan Pertalite bahkan BBM kualitas
bagus seperti Pertamax.
Edukasi
secara masif dipercaya akan membawa perubahan pola pikir terhadap masyarakat
dimana dengan penggunaan BBM RON rendah juga sangat berpengaruh terhadap daya
tahan kendaraan bermotor. Bahkan diharapkan juga melalui sosok Nadine Candra
Winata bisa menginfluence follower dan penggemarnya untuk lebih memperhatikan
lingkungan dengan bijak memilih bahan bakar minyak.
Ya, semua kembali lagi kepada pemerintah. Jika kita dipaksa untuk beralih ke energi yang lebih ramah lingkungam, sudah seharusnya pemerintah tegas untuk tidak mengimpor lagi BBM dengan oktan rendah.
Meski
tetap ada tantangan sendiri ya dimana setiap kenaikan BBM pasti ada demo dan
diikuti dengan kenaikan bahan pangan. Tetapi saya tetap yakin jika pemerintah
konsisten dan tegas, masyarakat akan tetap bisa menerima demi keberlangsungan
hidup anak cucu kita nantinya. Ditambah, kenapa enggak kita sebagai negara yang
memiliki kilang minyak tidak mencoba untuk memproduksi BBM sendiri dengan
mengerahkan anak-anak muda dan melatih supaya kita tidak lagi impor dari luar
negeri. Berdayakan negeri kita untuk rakyat lah ya.
Lalu,
cara saya mendukung program langit biru adalah tidak menggunakan premium dan
beralih ke Pertalite hingga Pertamax. Selain untuk lingkungan saya juga ingin
berhemat dengan menjaga kualitas mesin motor saya. Bahkan saya memilih untuk
bersepeda atau jalan kaki jika harus pergi untuk jarak yang tidak terlalu jauh.
Selain menyehatkan juga irit bahan bakar gitu.
Diskon dari
Pertamina dalam Program Langit Biru
Sudah
saatnya kita beralih ke Pertamax RON 92. Namun sekali lagi untuk mengajak
perpindahan sangat tidak mudah. Nah, Pertamina mulai 7 November 2020 lalu
memberikan diskon pembelian pertalite secara bertahap di area Jamali. Diskon
ini diberikan selama 6 bulan dan bertahap dengan rincian :
- Diskon Rp 1.200,00 per liter selama 2 bulan sehingga harganya setara dengan premium
- Diskon Rp 800,00 per liter selama 2
bulan
- Diskon Rp 400,00 per liter selama 2
bulan.
Diskon
ini dilakukan secara bertahap mulai dari Denpasar, Tangsel, Gianyar Palembang
dan wilayah lainnya. Edukasi market secara langsung dengan memberikan harga
Pertalite setara harga Premium diharapkan masyarakat akan terbiasa memakai
Pertalite. Harga beli sama namun kualitas BBM nya berbeda.
Saat inilah momentum yang pas untuk kita ikut berperan dalam Program Langit Biru. Membeli kendaraan bermotor sekarang memang lebih mudah hanya dengan uang muka 0 rupiah, tetapi alangkah lebih bijak jika kita juga memperhatikan bahan bakar minyak yang kita gunakan. Jangan sampai anak cucu kita tidak bisa menikmati udara bersih dan langit biru karena polusi udara. Setiap perubahan tentu membutuhkan adaptasi yang cukup sulit, maka dari itu pemerintah harus lebih tegas lagi mengimplementasikan program ini. Saya siap menyukseskan Porgram Langit Biru, loh. Kalau kalian?
Sumber pendukung :
https://dishub.pemkomedan.go.id/berita-40-dampak-emisi-kendaraan-bermotor-dan-lainnya.html
https://www.youtube.com/watch?v=gAJDrtyL97A
18 comments
makasih sharingnya, memang kebersamaan di sini penting ya, tanpa itu semua program bakal gagal
ReplyDeleteBetul bu. Tapi kembali lagi bagaimana tegasnya pemerintah dan tidak mementingkan kepentingan golongan saja
DeleteAlhamdulillah masih sangat asri mas.. Salam kenal juga yaaa
ReplyDeleteSemoga dengan adanya program ini lingkungan kita lebih baik lagi dan pencemaran jadi berkurang ya.. harus ada kesadaran warga untuk menjaga lingkungan..
ReplyDeleteBetul mbak. Kembali lagi kepada kesadaran individu
DeleteAndaikan pemandangan langit biru itu bisa kita nikmati srtiap hari di seluruh Indonesia ga cuma di pedesaan. Semoga lebih banyak orang sadar utk beralih ke BBM ramah lingkungan ya
ReplyDeleteWah baru tahu ada program Langit Biru dari Pertamina ini. Terima kasih infonya, Bu Guru..
ReplyDeleteLangit birunya bikin salfok.
ReplyDeleteJadi bikin pengen di luar rumah seharian dan anti rebah..
Asli mbak tanpa editing itu. Cuma kubuat square aja fotonya
DeleteMbak Chela, fotonya mengingatkanku sama kampung halaman, dulu tiap berangkat kerja lewatin sawah2 dan pemandangan hijau yang segar.
ReplyDeleteKeren juga nih inovasi bahan bakar yang ramah lingkungan ����
Alhamdulillah udah lama pindah ke Pertalite sih, biar langit tetap biru. Kalau lagi antre panjang malah biasanya ke pertamax biar cepet, malas ngantre wkwk.
ReplyDeleteBener sih. Pemilihan bbm kebanyakan orang memang seperti itu. Carinya yang paling murah. Tapi, ada juga yang lebih milih pake yang mahal. Barangkali kalau diedukasi secara masif mungkin akan berbeda ceritanya.
ReplyDeleteBukannya premium sudah nggak ada di pasaran ya mba? Soalnya aku sudah ganti pakai Pertalite sih, memang lebih mahal tapi ikut apa kata pemerintah aja dan ternyata pemakaian pertalite maupun pertamax punya pengaruh ya dalam menjaga kebersihan lingkungan terutama udara jadi lebih bebas polusi. Alhamdulillah, sudah pakai pertalite. Semoga masyarakat Indonesia dimampukan ya.
ReplyDeleteAq pernah mendapati di spbu di daerah Pati cha, disitu msh dijual premium. Trus kemarin pas ikut webinar, ternyata premium msh di jual tp diuar jawa
DeleteAku udah lama banget nggak pakai premium. Dan nampaknya juga premium udah jarang ada di SPBU, nggak tahu kalo di tempat lain masih ada ya.
ReplyDeleteAku setuju aja misal harga BBM dinaikkan daripada dapat subsidi tapi tak tepat sasaran ya. Kalo memang ini bisa menyumbang peran kita membuat langit biru kota kita, alhamdulilah
Begitu pertalite muncul aku langsung pakai. Selain lebih ramah lingkungan juga lebih irit dibanding dengan pemakaian premium. Mesin juga lebih bersih keknya
ReplyDeleteMbak aku suka sama judulnya hehee, btw ini emang banyak yg nggak sadar kalo bahan bakar yg kita pakai juga berdampak pada keindahan langit ya mbak
ReplyDeleteMas suami selalu pilih pertalite bugurcik eheheh jadi aku udah termasuk mengkampanyekan langit biru dong ya
ReplyDeleteSilahkan tinggalkan jejak di blog guru kecil ya. Mohon untuk tidak memberikan LINK HIDUP dalam kolom komentar. Jika memang ada,komen akan di hapus. Terimakasih;)