Pembelajaran Jarak Jauh Jilid 2, Siapkah?

By Chela Ribut Firmawati - January 04, 2021

Pembelajaran Jarak Jauh Jilid 2, Siapkah? ~Harusnya, hari ini saya menggunakan seragam dinas yang sedari semalam sudah saya persiapkan dan setrika dengan rapi. Begitupun sepatu yang biasanya beberapa hari sebelumnya sudah saya cuci dan angin-anginkan, ditambah balutan semir sepatu cair supaya semakin mengkilap. Rutinitas yang sama juga biasa dilakukan papa demi menyambut semester genap di tahun ajaran 2020/2021. Bertepatan hari ini, namun rutinitas itu sudah lama tidak kami lakukan untuk menyambut anak-anak di sekolah.

 


Semenjak bulan Maret 2020, dunia pendidikan ikut merasakan dampak dari adanya pandemi Covid 19. Sebagai guru, saya juga lelah menanggapi pertanyaan kapan sekolah masuk kembali dengan normal. Selentingan komen para wali murid yang menunjukkan protes “tempat piknik wae intuk buka, mosok sekolahan gak intuk buka!!!” (Tempat wisata saja boleh dibuka, masa sekolah masih belum boleh buka!!!) sering saya terima.

 

Dan realitanya hingga hari ini 4 Januari 2021 dimana wacana sekolah kembali di buka, lagi dan lagi kami harus kecele dengan keluarnya surat edaran dari Pak Gubernur yang menghimbau untuk menunda kegiatan tatap muka. Disusul dengan adanya surat edaran dari dinas Pendidikan Kabupaten Grobogan yang juga sepaham dengan menunda kegiatan tatap muka dan pembelajaran kembali dilanjutkan dengan system PJJ alias Pembelajaran Jarak Jauh.


 Baca : 5 Aplikasi/Website Penunjang School From Home 


Pembelajaran Jarak Jauh Jilid 2, Siapkah?

Sejak beralih menjadi BDR dengan system online, jujur saja sebagai guru saya juga ingin menuruti apa yang dihimbaukan pemerintah. Belajar dengan zoom metting, google meet, atau apalah itu yang mendukung untuk bisa melakukan tatap muka melalui rumah masing-masing dengan gawai.

 

Tetapi, realita tidak seindah kenyataan bund.

 

Ada banyak temuan fakta yang ternyata tidak semua siswa difasilitasi gawai oleh para orang tua. Handphone hanya satu dan dibawa orang tua kerja ketika pagi dan siang sementara malam baru bisa dipakai oleh anak. Banyak juga orang tua yang gaptek dengan teknologi, sehingga terkadang ada yang masa bodoh dengan apa itu sekolah online. Bahkan latar belakang keluarga yang ditinggal merantau menjadi TKI dan harus tinggal bersama dengan nenek kakeknya.

 

Jika pemerintah mau turun lapangan, fakta miris lainnya juga bisa lebih banyak. Maka dari itu, hampir satu tahun berjalan dengan diberlakukan sekolah online, tetap saja saya merasa pembelajaran sangat tidak maksimal. Meski dengan dalih teori parenting yang menyebutkan bahwa pendidikan pertama anak berasal dari keluarga, tetap saja kok banyak sekali keluhan yang ada selama pelaksanaan pendidikan di masa pandemi ini.

 


Solusi Menghadapi Tantangan Pendidikan Di Masa Pandemi

Kesulitan dan keterbatasan memang tidak elok jika terus dikeluhkan. Iya, guru mengeluh karena tidak bisa menyampaikan materi secara mendetail ke siswa. Guru mengeluhkan banyak siswa yang delay mengirim tugas bahkan ada yang sama sekali tidak mengirim tugas. Guru mengeluhkan adanya protes orang tua yang merasa sudah tidak sanggup mendampingi anaknya sendiri belajar di rumah.


Baca : Alternatif Belajar Tambahan Selama School From Home


Dari segi orang tua ada bahkan banyak yang mengeluhkan dimana siswa hanya diberi tugas.. tugas… dan tugas tanpa ada penjelasan materi apapun. Orang tua merasa gaptek dengan adanya kemajuan system belajar online dan merasa kurang perlu dengan model sekolah seperti ini. Bahkan ada orang tua yang mencari “jalan ninja” dengan mencari jawaban melalui google lalu disalin ke buku tugas anak dan dikumpulkan ke gurunya.

 


Menyiasati beberapa kejadian yang seperti saya sebutkan di atas, solusi yang saya lakukan selama ini antara lain :


1.    Membuat Video Pembelajaran

Memang butuh waktu panjang untuk menyiapkan sebuah video pembelajaran. Membuat layout di power point, kemudian isi suara dengan penjelasan yang sesuai materi. Begitu sudah menjadi dalam format video, langkah berikutnya adalah upload ke channel youtube dan menyebarkan link untuk bisa disimak oleh anak-anak. 



Point plusnya adalah jika ingin mengembangkan diri di youtube, langkah seperti ini terbilang sangat tepat karena mau tidak mau anak juga pasti akan membuka youtube untuk mencari penjelasan materi. Tetapi untuk ibu guru yang sedang hamil ini, butuh tenaga ekstra membuat sebuah video pembelajaran. Jadi yak arena harus berkompromi dengan kondisi, video pembelajaran di channel saya masih sedikit. Oiya, boleh donk di subscribe. Hahaha teteup ya promo!





2. Membuat materi pembelajaran melalui canva

Daya tarik belajar anak biasanya memang ada pada desain yang lucu dan menyenangkan. Canva menjadi pilihan untuk membuat desain yang biasanya saya share di grup. Baik info mengenai pemberitahuan dinas atau tugas sampai materi belajar. 



3. Menyajikan Pembelajaran yang relevan dengan kondisi saat ini

Mengejar materi untuk bisa tuntas terlebih kurikulum 2013 di masa pandemic ini tuh seperti dikejar-kejar sama tukang kredit panci. Jalan satu-satunya supaya anak tidak jenuh dengan kondisi belajar di rumah seperti ini adalah dengan memberikan tantangan tugas yang relevan dengan kondisi sehari-hari. 



Contoh, membuat poster bagaimana cara mencegah penularan virus corona, membuat video tutorial membuat minuman herbal, atau dengan mengirim video kreasi mereka mengenai ucapan hari besar atau peringatan hari tertentu. Sebisa mungkin tugas saya buat dengan model menyenangkan agar mereka bisa enjoy mengikuti sekolah online. 



4. Tatap muka satu jam adalah jalan ninjaku

Iya, saya nekat memang melakukan kegiatan tatap muka barang satu jam dua jam. Dan, tahu nggak teman-teman ketika kegiatan tatap muka berlangsung. Saya merasakan sekolah seolah “hidup”dengan adanya suasana anak-anak. Teriakan mereka, suara kaki berkejaran dengan teman-teman lainnya. Deru bola sepak di lapangan, serta celotehan khas mereka yang selama 10 bulan ini tidak pernah kami temui. 




Bahkan kegiatan tatap muka juga mengobati kerinduan saya untuk tampil di depan kelas. Menerangkan materi dan mengulang sampai mereka paham konsepnya, bercandan dengan para siswa sampai memarahi mereka kalau ada yang bolos. Hahaha. Sumpah, saya rindu kegiatan tatap muka. 


Tidak takut mengadakan kegiatan tatap muka? Bagaimana dengan para orang tua? Kondisi lingkungan apakah zona merah, orange atau hijau?



Pergumulan kegalauan itu juga saya rasakan kok, bund. Lebih-lebih saya masuk dalam orang beresiko tinggi tertular covid 19 karena sedang dalam masa kehamilan. Penerapan protocol kesehatan di sekolah JELAS sudah dilakukan. Pembatasan jumlah siswa yang masuk dalam kelas juga sudah sangat saya perhatikan, sampai-sampai fasilitas kebersihan sekolah juga sudah dibenahi. Dalam pelaksanaan tatap muka juga sebelumnya saya berkonsultasi dengan kepsek terkait izin, zona lingkup sekolah dan pembatasan durasi hingga jumlah siswa. Jadi tidak asal masuk sekolah saja sebenarnya. 

 


Baca : Tips Menggunakan Masker yang Benar di Era New Normal Life dari Dr. Reisa Broto Asmoro



Sekolah sudah siap dengan penerapan protocol kesehatan, tetapi lagi dan lagi meski orang tua di lingkup sekolah kami yang meminta untuk segera diadakan tatap muka, pemerintah seperti masih takut untuk menyanggupi kembali sekolah offline. Iya, khusus di lingkup sekolah saya memang orang tua tidak keberatan jika anak-anaknya sekolah lagi. Tetapi saya sendiri galau karena tracing anak-anak yang tidak saya ketahui. Ibaratnya seperti memakan buah simalakama, bukan?.

 

Harapan Seorang Guru untuk Pendidikan di Masa Pandemi


Ini adalah sejarah bagi saya dimana sepanjang hidup dan karier saya mengajar, baru kali ini merasakan adanya pandemi yang nggak selesai-selesai. Berharap boleh kan? Apalagi untuk pemerintah setempat sampai pusat tentang bagaimana menyiasati tantangan ini. Jangan dinilai Belajar dari rumah selama awal pandemic berhasil dilaksanakan. Survey yg dilakukan dimana dulu? Apakah di komplek ibu kota saja? Bagaimana dengan daerah pedalaman?



Apalagi saat ini para tenaga pendidik dan siswa akan / bahkan sudah melaksanakan Pembelajaran Jarak Jauh jilid 2. Meski sudah terbiasa tetapi tetap saja yang namanya siswa apalagi tingkat TK dan SD, butuh pendampingan langsung dari guru. Harapan saya cuma satu dan sederhana sekali, ayo donk sekolah di buka lagi kegiatan belajar mengajarnya. Udah gitu saja harapan saya. Bener deh, sekolah seolah bagai kehilangan tulang rusuknya jika tidak ada siswanya.

 


Semoga covid cepat berlalu, pemberian vaksin lancar dan kehidupan benar-benar kembali normal.Dan kenyataannya mau tidak mau saya harus siap menghadapi PJJ jilid 2 deh. 😊

  • Share:

You Might Also Like

0 comments

Silahkan tinggalkan jejak di blog guru kecil ya. Mohon untuk tidak memberikan LINK HIDUP dalam kolom komentar. Jika memang ada,komen akan di hapus. Terimakasih;)