3 Cara Mengatur Keuangan di Masa Pandemi Covid 19
3 Cara Mengatur Keuangan di Masa Pandemi Covid 19 ~ Sejujurnya untuk membahas mengenai tema keuangan keluarga, saya bisa dikatakan "ngeper" duluan. Karena, dompet keluarga guru honorer sampai sejauh mana, sih? Terlebih dalam kondisi pandemi saat ini, saya diberi rejeki hamil. Otomatis, keuangan keluarga sangat berpengaruh sekali apalagi kapasitas pengeluaran.
Jika boleh mengeluh.. Kami masih besar pasak daripada tiang.
Kok bisa? Pandemi Covid 19 memang berdampak sekali bagi kami yang selama ini mengandalkan dari honor mengajar. Terlebih side job les klasikal atau privat juga harus terpaksa berhenti mengingat keadaan yang mengharuskan kita untuk menerapkan social distancing. Banyak para orang tua murid les yang mengatakan "libur dulu ya bu/pak selama masih ada corona!". Ya kami bisa apa selain mencari haluan lain untuk tetap mendapatkan pemasukan tambahan.
Tetapi masih ada yang mempercayakan kepada kami barang dua atau tiga anak untuk les privat di rumah. Alhamdulillah rejeki adek baby 😊
Jadi bisa dikatakan keuangan kami tuh ngepres banget. Mengikuti beberapa akun financial planner dan saran untuk mengeposkan uang ternyata masih belum mampu saya lakukan sebagai bendahara keluarga. Hahaha. Payah, tapi kami beruntung tidak terkena pengurangan tenaga kerja sehingga honor mengajar masih kami dapatkan setiap bulan.
Lalu, bagaimana cara mengatur duit selama ini? Terlebih untuk budget tunjangan kesehatan yang mau tidak mau harus di prioritaskan. Nah, cara kami begini, simak ya :
1. Menabung di awal
Atau bisa dikatakan "nyelipin duit" Beberapa lembar setelah menerima gaji. Ini biasa saya lakukan juga ketika belum ada kejadian pandemi covid 19. Dengan maksud, ketika uang sudah habis saya masih memiliki simpanan yang bisa digunakan sewaktu-waktu.
Untuk menabung di bank, kami memang tidak terlalu ngoyo asal kebutuhan bulanan bisa tercover lebih dulu. Akan tetapi, kami mengusahakan bahkan saya memaksa untuk tetap menabung di bank ketika honor kabupaten cair 3 bulan sekali. 70% honor dari kabupaten langsung saya pindah rekening sementara 30% digunakan untuk simpanan darurat atau membayar hutang.
2. Tunjangan kesehatan menggunakan BPJS
Berkat pengalaman lahiran anak pertama yang harus menggunakan dana full tanpa menggunakan tunjangan kesehatan, di usia Intan yang saat itu 1 tahun saya memaksa papanya untuk mengikuti program BPJS. Nah, tunjangan kesehatan BPJS yang saya miliki adalah program instansi atas nama sekolah papa. Jadi kami masuk dalam kategori kelas 2 dengan biaya 80.000/bulan. Itupun sudah mengcover semua anggota keluarga dalam 1 KK.
Sejauh memiliki BPJS, alhamdulillah kami pernah mengalami Intam harus opname. Meski agak ribet, tetapi biaya perawatan bisa tercover dan kami hanya mendapati tagihan sejumlah 400 ribu. Sementara untuk budget periksa kehamilan, selama pandemi ini saya meminimalisir untuk pergi ke praktek dokter kandungan di rumah sakit. Saya periksa di klinik dokter dan itupun tidak selalu sebulan sekali, dan lebih memilih pemeriksaan ke bidan desa. Lumayan, keluarin dana nggak terlalu banyak juga. Haha.
3. Lebih memilih Cashless
Mengapa? Karena saya boros!! Jadi, saya memiliki 2 rekening utama yang biasa saya gunakan. BCA untuk menerima pembayaran job ngeblog maupun influencer via instagram, sementara Bank BKK saya gunakan sebagai rekening tabungan yang memang saya memilih tidak ada kartu atm nya.
Terlebih saat ini sudah ada dompet digital yang sangat membantu sekali ketika kita ingin menyimpan uang atau belanja secara online. Di waktu tertentu, saya memanfaatkan OVO atau Gopay untuk keperluan membeli pulsa atau bahkan berjualan pulsa untuk teman-teman kantor. Nah, urusan belanja online saya usahakan jika memang tidak terlalu penting, saya akan menundanya di lain waktu.
Keuntungan dari sistem cashless yang saya terapkan terlebih pandemi ini adalah saya bisa lebih hemat dan tidak sembarangan menggunakan uang. Saat butuh, saya baru melakukan penarikan uang lewat mesin ATM itupun nominalnya terbatas. Jadi sebisa mungkin tidak saya tarik sampai batas limit.
Selain dari tiga point diatas, saya lebih selektif lagi dalam membedakan antara keinginan dan kebutuhan. Biasanya saya akan menggunakan sistem 7 hari ketika melihat sesuatu. Misalkan, saya melihat ukulele di shopee dengan harga murah. Nah, disitu saya tunggu sampai 7 hari kedepan apakah masih membutuhkan atau sudah lupa di hari entah hari ke berapa. Biasanya jika hanya sekedar pengen, akan lupa di hari ke 4 atau 5. Hahaha. Beda jika memang barang itu benar-benar saya butuhkan, akan saya prioritaskan bagaimanapun caranya. Entah menabung dulu atau nunggu bayaran job ngeblog. Yang paling utama adalah meminimalisir hutang.
Itulah 3 cara mengatur uang a la keluarga guru yang masih honorer ini. Semoga bisa diambil hikmahnya bahwa kehidupan memang sawang sinawang, mensyukuri segala nikmat yang diberikan jauh lebih baik daripada terus membandingkan dengan kehidupan orang lain. Dan satu hal yang saya percayai dan yakini adalah Tuhan sudah menjamin rejeki setiap makhluknya, jadi lebih tawakal dan yakin bahwa kita sebagai hambanya pasti dimampukan.
Semangat ya teman-teman semuanya!! Meski pandemi covid 19 entah kapan berakhir, jangan putus asa ya!
21 comments
Jangan diambil sampai limit dong nanti jadi gak ada simpanan ya, sip..sio tips mengatur keuangannya. Cassless ini bisa jadi berguna & berbahaya juga nih apalagi kalau ada ebanking atau uang elektornik
ReplyDeleteMengatur uang dengan baik kadang gampang2 susah apalagi kalau ada godaan belanja online hehehe....tapi emang pandemi ini semua terdampak...penghasilan berkurang sementara harga kebutuhan makin naik. Dari sinilah akhirnya kita sadar akan pentingnya mengatur keuangan keluarga dengan baik. Intinya tergantung pada disiplin dan komitmen kita sendiri. Selama kita bisa menjalankan rencana atau niat untuk menabung dengan baik...insyaallah godaan belanja yang menggiurkan tak membuat kita gelap mata.
ReplyDeleteTips yg bagus Chel..bisa jadi perbandingan nih. Ya bgmnpun memang di masa ini kita harus banyak berhemat ya.. Terus semangat, bumil cantik..
ReplyDeleteThanks for the tips Chela.. aku juga pakai BPJS dan juga mostly cashless supaya banyak point dan rewards
ReplyDeleteiya mbak, aku sekarnag dari mulai bulan maret lalu sudah mulai cashless. semua dilakukan by transfer aja, lebih aman dan praktis.
ReplyDeletekalau saya sih puji Tuhan masih tercukupi walau harus menguras tabungan :( tapi seenggaknya masih bisa bertahan hehee
ReplyDeleteharus banyak strategi disaat pandemi seperti skg ini, apalagi soal mengatur keuangan. Karena hampir semuanya mengalami kesulitan, hmmm..semoga segera berakhir pandemi ini. Aaamin
ReplyDeletehuaaaa benerini. lg merasaa pandemik malah jadi borosssssss banget. tau2 mau nabung malah gajadi nabung. huhuhu..
ReplyDeletebaru tersadar akhir2 ini harusnya bisa lebih hemaattttt.
Aku juga suka cashless Chel. Hampir gak pernah pegang cash banyak. Kalau perlu apa2 transfer atau pakai ewallet. Soalnya kalau pegang cash suka diluar kendali. Apalagi kebanyakan di rumah, tiap ada penjual lewat bela beli mulu����
ReplyDeleteSehat-sehat ya Bumil, moga semua berjalan lancar ya.
ReplyDeleteSaya juga belakangan lebih senang cashlesss Mbak, bahkan malah sekarang udah jarang pegang duit saking nyamannya semua serba ditransfer atau bayar pakai aplikasi aja hihihih
Aku cashless berasa engga mengerluarkan uang Mba..keenakan kadang hehe... Tapinya aku memang ga sepenuhnya cash juga, fitty fifty lah...
ReplyDeleteSejak sebelum pandemi kami biasa cashless mbak, alasannya supaya memudahkan pengecekan ini duit larinya ke mana, kan biasanya ada report/history transaksinya.
ReplyDeleteYg pansti sih musim kek gini, gak akan beli2 kalau gak butuh banget yaa, apalagi tunjangan2 dipotong, kudu makin ketat pengeluaran #malahcurcol wkwkwk
aku juga kak, pemakaian cashless ku semakin sering saat pandemi karena menghindari kontak langsung.. dan biasanya lebih banyak promo hehe
ReplyDeleteAlhamdulillah dapet tips kece dari bugurcil, aku belum punya bpjs lagi mau bikin karena kan KK aku masih ikut keluarga hehehe. Pembelian cashless aku juga merasakan keuntungannya
ReplyDeleteDi masa seperti sekarang memang harus jeli ya mengatur keuangan biar ga boncos
ReplyDeleteItu dia, kadang keinginan datang jauh lebih sering dibandingkan dengan kebutuhan hehehe.. harus kuat-kuat mengontrol keinginan yaaa...
ReplyDeletewah boleh juga niih trik 7 hari sebelum kita mau membeli sesuatu, semoga bisa ngerem dorongan impulsif untuk belanja-belanja online terutama
ReplyDeleteAku juga prefer pakai cashless, kak..
ReplyDeleteTapi yang sedih kalau ada yang jualan di depan rumah nawarin keset atau lap..aku jadi gak punya uang sama sekali.
Hiiks~
Tipsnya oke dalam mengelola keuangan. Makasi sudah berbagi, Mbak. Oh ya, mau nambahin sedikit berdasarkan pengalaman nih, pecah tabungan dalam beberapa pos setiap menerima penghasilan, lalu ada satu dua pos dikelola dalam bentuk investasi supaya uang tak hanya diam, tapi tumbuh. Ini sangat membantu ketika menghadapi masa paceklik
ReplyDeleteTerimakasih banget mbak monica atas tambahannyaa.. Kapan2 aku japri langsung deh buat diajarin bikin pos2 keuangannya 🥰
DeleteSemoga kita semua sehat selalu
ReplyDeleteSilahkan tinggalkan jejak di blog guru kecil ya. Mohon untuk tidak memberikan LINK HIDUP dalam kolom komentar. Jika memang ada,komen akan di hapus. Terimakasih;)