"Bu... Besok sudah masuk sekolah ya?"
"Kok nggak ada info masuk sekolah, bu?"
"Bu guru, kita kangen sekolah!"
Kiranya begitulah yang saya terima melalui pesan whatsapp atau bahkan saat bertemu dengan murid bahkan orang tua murid. Rindu sekolah? Iya sama, saya juga!!
Saya rindu mengajar tatap muka langsung dengan anak-anak. Menyaksikan wajah polosnya yang menggemaskan tetapi kadang juga ngeselin. Melihat wajah-wajah kepo dan ingin tahu sampai wajah-wajah jumawa bisa mengerjakan satu soal matematika tentang kecepatan. Hahaha.. Hal-hal semacam ini tidak saya jumpai selama kurang lebih empat bulan ini.
Hebat banget kamu corona, seluruh dunia berubah semenjak kamu datang!!! Hush!!! Pergi sana jauh-jauh!
Sebagai guru, dengan ditetapkannya kebijakan sekolah dari rumah sejak Maret lalu tentu memiliki tantangan sendiri bagi saya. Lingkup mengajar di pinggiran kota dengan kondisi ekonomi keluarga yang sangat beragam. Ada yang dari kecil dengan neneknya sementara ibunya merantau jadi TKI. Ada yang memang dengan orang tua tetapi gaptek teknologi, bahkan yang dari kecil memang sudah pisah dengan bapak ibu dan tinggal bersama budhe atau pakdhenya juga ada.
Kondisi siswa yang beragam inilah yang membuat pembelajaran daring tidak bisa berjalan dengan mulus. Jadi, jika selama ini mas menteri mengatakan bahwa penerapan pembelajar dari rumah itu sukses, hmmm... Rumah siapa dulu mas? 😁😂
Tuntutan keadaan saat ini memang semua siswa, guru dan orang tua dituntut untuk serba online. Dunia maya memang menyajikan segalanya, tetapi bagaimana jika ada anak yang tidak memiliki akses handphone hingga internet? Saya menjumpai sendiri salah seorang murid yang dengan malu tunjuk jari karena tidak masuk grup whatsapp, tetapi tidak etis jika saya memaksa si anak untuk meminta handphone kepada orang tuanya.
Akhirnya saya mengambil langkah supaya pembelajaran bisa tetap berjalan, anak-anak bisa menerima semua materi yang saya share di grup, dan mereka bisa mendapatkan pengetahuan baru meski sekolah di rumah saja. Tentunya masa saat ini peran guru kreatif sangat perlu, tetapi saya yakin semua guru punya cara tersendiri untuk menakhlukan tantangan sekolah dari rumah ini.
Win-win solution yang saya ambil agar pembelajaran tetap berjalan sebagaimana mestinya, diantaranya :
1. Membuat kelompok kecil
Kok begitu bu? Ya, langkah ini saya ambil supaya anak-anak bisa merata mendapatkan pembelajaran. Artinya dengan membuat kelompok kecil model tutor sebaya, bisa membantu anak yang tidak memiliki akses internet bisa mendapatkan materi pembelajaran. Disamping itu dengan model kelompok kecil ini, anak bisa belajar kelompok dan meminimalisir keluhan orang tua yang ketika di rumah anak-anak hanya sibuk bermain game.
Tidak taku corona, bu? Hmm.. saya terpaksa juga mengambil solusi ini. Selama tetap memberikan pengertian kepada anak-anak untuk menjalankan protokol kesehatan yang berlaku, bismillah insyaallah aman.
2. Belajar bersama TVRI
Meski ada grup whatsapp, saya tetap meminta anak untuk menyimak pembelajaran di TVRI setiap Senin-Jumat jam 9 pagi. Alasan saya karena setiap rumah memang sudah ada televisi dan saluran TVRI ini juga pasti ada, jadi menjadi solusi anak bisa tetap belajar.
3. Tatap Muka di Sekolah seminggu satu kali
Takut juga sebenarnya untuk mengadakan tatap muka. Namun, saya merasa hal ini perlu dilakukan untuk memberikan pengarahan kepada anak-anak sekaligus mengumpulkan rekap hasil menyimak TVRI dan video pembelajaran yang saya berikan di grup. Jadi bisa menjadi satu kesempatan untuk merefleksi pembelajaran sebelumnya.
4. Mencari atau membuat video pembelajaran
Tidak bijak jika saya hanya menyuruh mereka untuk menyelesaikan tugas-tugas di buku tema dan LKS. Demi memberikan pembelajaran, saya mencari video melalui youtube yang relevan dengan materi ajar tiap harinya.
Kok tidak membuat sendiri bu? Iya, sedang saya upayakan ya. Tapi pelan-pelan karena kondisi saya juga sedang teler. xixixixi. Tak ada rotan akarpun jadi, asal pembelajaran tetap sampai ke anak-anak.
Nah, itulah win-win solution yang saya ambil untuk menyikapi kendala yang ada di lapangan terkait sekolah dari rumah. Sekali lagi, kendali sekolah dari rumah itu ada pada orang tua masing-masing. Jadi keberhasilannya juga harus dilihat juga bagaimana koordinasi antara guru, siswa dan orang tua. Semoga kita semua bisa melewati masa sulit ini dan kembali ke sekolah.
0 comments
Silahkan tinggalkan jejak di blog guru kecil ya. Mohon untuk tidak memberikan LINK HIDUP dalam kolom komentar. Jika memang ada,komen akan di hapus. Terimakasih;)