Peran Kita Untuk Menjaga Laut Indonesia

By Chela Ribut Firmawati - July 05, 2020

"Ini Dit pantainya?" Tanya saya selesai menutup pintu mobil yang memang sengaja di parkir di pinggiran jalan menuju pantai. 

"Iya.. Tapi kita ke sana dulu!" Jawab Adit sambil menunjuk ke arah Utara. 

Entahlah, saya hanya melihat garis pantai yang tampak lebih tinggi dari daratan tempat saya berdiri. Di pinggiran Pantai Bandengan, saya merasakan angin Laut Utara dan sengatan matahari sedang terik-teriknya. 

Langkah kami menuju ke dermaga dimana perahu bermesin sedari tadi menunggu para pengunjung untuk menuju ke sebuah pulau. Yang kata Adit di sepanjang jalan tadi... 

'Pulaunya bagus... Pasir putih, airnya hijau kebiruan dan kalau pas nasib kalian mujur bisa lihat ikan berenang kesana kemari. Kalau mau lebih asyik lagi, agak sorean dikit lihat aja kelomang pada jalan di antara tumbuhan bakau yang sengaja ditanam. Asli.. Kalian nggak akan nyesel kok!" Jelasnya. 

Sayapun memendam sebuah rasa penasaran. Kurang lebih tiga puluh menit terombang-ambing di atas perahu mesin dan menerjang gelombang Laut Utara, perahu kamipun bersandar di sebuah dermaga. Dan bertuliskan "Dermaga Pulau Panjang"
Pulau Panjang, 2014

Diam sambil menikmati suasana tenang dan alami di Pulau Panjang hari itu di tahun 2014. Saya membuktikan apa yang Adit katakan selama di perjalanan tadi. Disaat teman-teman asyik berfoto ria, mata saya jauh menerawang dimana batas lautan yang sangat luas itu. Sambil sesekali melihat kelomang berjalan kesusahan karena terpaan ombak kecil di pinggiran pulau panjang. Pasir putih yang masih terasa panas karena matahari masih terik tak kami hiraukan. 

Dan tiba-tiba... 

"Dit... Kok gini???" Ucap saya kepada Adit yang duduk sambil bermain air pantai. 

"Apa?" Tanya dia kebingungan. 

Lalu, saya memungut sampah plastik bekas bungkus makanan di dekat kaki dia. Dan mendekatkan di depan wajahnya sembari memasang wajah serius. Adit, hanya membalas dengan senyuman nyengir. 
Adit. Tampak juga beberapa sampah di dekat kaki dan di sisi belakang dia. 

"Tuh belakangmu... Katanya bersih?? Tapi kok gini??? Mana tadi ada ikan aqua sama ikan bimoli pas kapal kita masih di tengah laut! " Tegas saya kepada Adit. 

Sayapun pulang dengan ada rasa sedikit kecewa bahkan sedih. Pulau seindah ini mengapa banyak sampah yang harus dinikmati wisatawan. Padahal saat itu masih dibilang sedikit pengunjung kecuali para peziarah yang memang sengaja nyekar di Pulau Panjang. 

Bagaimana dengan kondisi laut saat ini? Disaat Pulau Panjang menjadi tujuan wisata favorit di Jepara. Rasa penasaran saya setelah empat tahun berlalu dari kesan pertama kunjungan ke Pulau Panjang terjawab melalui artikel ini.
 

Lha kok justru ada kegiatan bersih pantai? Temuan sampahnya di Pulau Panjang juga segitu banyaknya. Apa iya sampah yang dari darat terbawa arus sampai ke muara bahkan menuju ke laut? Kalau seperti ini sangat bahaya donk kondisi laut kita. 

Laut kita sedang tidak baik-baik saja, kawan! 

Terlepas dari kesan pertama yang seperti di prank Adit saat mengunjungi pantai di Pulau Panjang, beberapa kali saya mendapati sebuah berita yang memang topiknya hangat sekali diperbincangkan dimana-mana. 

Didengungkan bahwa kondisi laut kita sedang darurat. Darurat sampah tepatnya!. Sebenarnya saya sudah sangat menduga hal ini akan menjadi isu hangat di masyarakat. Tetapi yang lebih mengagetkan saya adalah memang banyak sekali sampah laut di lautan Indonesia. Belum lagi limbah dari hasil pembuangan industri turut juga dibuang ke laut. Kebayang nggak sih gimana kehidupan di bawah laut? Kalau bisa teriak juga pasti mereka teriak minta tolong. 

Please, selamatkan kami!! Begitulah kiranya. 

FYI, Menurut Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2018 tentang Penangan Sampah Laut, Sampah laut adalah sampah yang berasal dari daratan, badan air, dan pesisir yang mengalir ke laut atau sampah yang berasal dari kegiatan di laut. Sedangkan sampah plastik adalah sampah yang mengandung senyawa polimer. Sampah plastik ini sudah menjadi komponen terbesar sampah laut (marine debris).

Sampah laut terdapat di semua habitat laut, mulai dari kawasan-kawasan padat penduduk hingga lokasi-lokasi terpencil yang tak terjamah manusia; dari pesisir dan kawasan air dangkal hingga palung-palung laut dalam. Kepadatan sampah laut beragam dari satu lokasi ke lokasi lain, dipengaruhi oleh kegiatan-kegiatan manusia, kondisi perairan atau cuaca, struktur dan perilaku permukaan bumi, titik masuk, dan karakteristik fisik dari materi sampah.

Adapun jenis-jenis dari sampah laut ini diantaranya adalah plastik, logam, gelas, kayu olahan, kertas dan kardus, karet, juga pakaian dan tekstil. 

Dalam berita yang saya baca dari sebuah portal berita online, Indonesia masuk dalam menyumbang sampah plastik nomor dua setelah Tiongkok. 
Grafik sampah di indonesia
Sumber : cnbc Indonesia

Akibat dari banyaknya sampah yang ada di laut Indonesia salah satunya adalah adanya berita ditemukan seekor paus yang tewas di perairan Wakatobi pada tahun 2018. Kondisi sudah membusuk dan ditemukan sebanyak 5.9 kilogram sampah yang didominasi sampah plastik di perut paus. 

Berita dari CNN Indonesia

Sumber: liputan6.com

Bahkan saat menyimak siaran KBR di channel Youtube KBR seminggu yang lalu, Prof. Muhammad Zainuri,  Guru Besar Kelautan Universitas Diponegoro, Semarang. Tak hanya persoalan sampah yang memenuhi lautan Indonesia, ada permasalahan lain yang mengancam laut kita bahkan dampak kerusakan laut sudah terasa saat ini. Seperti : 
1. Limbah pabrik yang dibuang ke laut tanpa diolah terlebih dulu. 

2. Buangan sampah anorganik yang menuju muara berasal dari rumah tangga. 

3. Konservasi hutan mangrove yang agak terganggu karena banyaknya pengunjung sehingga tidak tumbuh dengan maksimal. 

4. Naiknya permukaan air laut sehingga banyak daerah yang mengalami genangan/rob.

5. Aktifitas industri yang mengeksplore air tanah secara berlebihan sehingga mengakibatkan air laut masuk ke dalam tanah dan air tanah menjadi asin dan dapat memicu berubahnya struktur tanah. Penurunan tanah di wilayah pesisir. 

6.Menjoroknya garis pantai dari laut menuju ke daratan mengalami kemajuan yang signifikan. Di daerah Brebes pantai bergeser sejauh 800meter  Pekalongan 900 meter dan di Semarang 2.3km. Data ini dihitung sejak 30 tahun yang lalu, lho. 

Peran Laut untuk Iklim di Bumi
Jangan dikira sungai, muara bahkan laut berperan sebagai tempat sampah gratis dan terbesar di bumi ini. Salah!!! Kalian salah!!! 

71% permukaan bumi adalah berupa lautan, sehingga peran laut sangat penting terhadap kondisi di dalamnya. Selain sebagai sumber kehidupan di bumi, laut juga berperan dalam menentukan iklim dan siklus karbon di bumi. 

Peran laut untuk bumi diantaranya : 

1.Tingkat penguapan dan suhu permukaan laut berpengaruh dalam pembentukan awan hujan. 

2. Perbedaan suhu permukaan laut juga memengaruhi kecepatan angin berhembus. Kita juga familiar dengan fenomena angin darat dan angin laut, bukan? Yang mana angin tersebut dimanfaatkan nelayan untuk melaut. 

3. Arus laut berperan dalam menyalurkan panas dari daerah ekuator (katulistiwa) ke daerah lintang dan kutub. 

4. Berperan dalam menjaga siklus karbon di bumi melalui interaksi langsung dengan atmosfer. 
Siklus karbon di bumi
Siklus karbon di laut (sumber: IAEA.org)

Kebayang kan betapa pentingnya bagi kita untuk menjaga laut yang kita miliki. Ditambah lagi sektor pariwisata laut memang sangat menarik minat para wisatawan baik domestik maupun mancanegara. 

Saya dan teman-teman memang lebih memilih pergi ke pantai atau laut untuk berwisata. Hanya saja karena adanya pandemi covid-19 selama kurang lebih 3 bulan lalu, segala sektor di Indonesia merasakan dampaknya termasuk pariwisata. 

Sumpah, rindu pantai itu rasanya berat banget!! 

Pandemi yang Membawa Berkah Bagi Kehidupan Laut di Indonesia
Ya, kita sadar betul dengan adanya pandemi ini semua terasa berat. Pendidikan, wisata, industri semua harus menyesuaikan keadaan dimana kebijakan work from home diberlakukan. Orang-orang dihimbau untuk melakukan Self Quarranty untuk memutus penyebaran Covid-19. Otomatis beberapa tempat wisata memang harus tutup donk, ya. 

Sumber: kompas.com

Begitu juga dengan pemaparan Githa Anastasia, Pengelola Kampung Wisata Arborek dan CEO Arborek Dive Shop Raja Ampat dalam talk show KBR Menjaga Laut Di Tengah Pandemi. Dikatakan bahwa laut di daerah Raja Ampat mengalami perubahan yang cukup signifikan meski mau tidak mau kehidupan perekonomian warga juga berdampak. Yakni : 

1. Terumbu karang dapat tumbuh dengan baik dan maksimal. 

2. Berkurangnya limbah dari speed boat dan sampah yang dihasilkan oleh pengunjung. 

3. Munculnya jenis ikan-ikan baru yang sebelumnya tidak di temukan di perairan sekitar seperti munculnya ikan tuna kecil. 

4. Kondisi air yang semakin bersih sehingga dapat menjumpai ikan-ikan hiu di perairan pantai. 

5. Hasil pancingan ikan yang didapatkan lebih  melimpah. 

6. Dampak bagi masyarakat sekitar adalah kembali menjadi nelayan, berkebun, dan mencoba membuat inovasi kerajinan tangan yang lainnya. 

7. Kondisi sosial masyarakat yang membaik dan lebih banyak waktu untuk keluarga. 

Berkurangnya aktifitas manusia selama pandemi ini memang semacam waktu yang tepat bagi laut untuk pulih. Kita sadar betul ya ramainya pengunjung yang ingin menikmati panorama laut, aktifitas industri juga sangat berpengaruh pada kondisi laut itu sendiri. 

Karena laut saat ini sedang berproses untuk pulih, wajib bagi kita untuk tetap #JagaLaut kita. Meski kita sendiri merasakan jenuh yang berlipat-lipat karena hanya di rumah saja. Tetapi melihat aneka macam ikan-ikan jenis baru mulai muncul, hutan mangrove yang juga ikut pulih, kondisi air laut yang minim dengan limbah indutri dan kapal-kapal wisata. Siapa yang tidak senang? 


Peran kita untuk Menjaga Laut Indonesia

Rasanya sangat sayang jika new normal life akan berdampak mengembalikan laut kita ke kondisi tidak baik-baik saja. Harus kita jaga dan pertahankan kondisi laut yang sangat baik saat ini. Maka dari itu, peran kecil dari kita sangat dibutuhkan. 

Saya tidak mau lagi mendapati ikan aqua dan ikan bimoli di pantai yang saya kunjungi. Atau berita ada paus mati karena makan sampah, atau penyu yang tersangkut sampah bekas botol minuman, atau banjir rob di daerah Pantura. 

Butuh peran kita supaya bisa menyelamatkan laut Indonesia. Dan menurut saya, yang bisa kita lakukan adalah : 

1. Mengurangi produksi sampah rumah tangga. Gunakan tas kain untuk meminimalisir penggunaan plastik. Dan tidak membuang sampah di sungai, ya. 

2. Bawa tumbler atau botol minum daripada membeli air minum kemasan. 

3. Ikut pelatihan ecobrick sebagai solusi mengurangi sampah anorganik di sekitar kita. 

4. Edukasi kepada masyarakat di berbagai daerah dan lapisan mengenai pentingnya membuang sampah yang tepat. Serta memberikan edukasi tentang kelautan Indonesia yang memang berpengaruh juga untuk iklim di bumi. 

5. Pengadaan industri di daerah pesisir pantai harus memiliki izin resmi dan pengawasan yang ketat. Terutama dalam masalah pembuangan limbah pengolahan pabrik. 

6. Sanksi yang tepat untuk industri-industri yang mengekploklitasi daerah pesisir untuk kepentingan industri. 

7. Dalam sektor wisata, berikan jeda satu atau dua hari untuk tidak diadakannya kunjungan agar eksositem laut dapat beristirahat dari aktifitas manusia. 

8. Penegakan dan pelaksanaan aturan hukum yang berlaku untuk wilayah laut Indonesia

9. Menetapkan daerah pesisir sebagai pusat konservasi mangrove. 

Saya sangat yakin dengan ikut berperannya kita dalam menjaga laut Indonesia akan menyelamatkan laut kita dari bahaya. Bahaya sampah, eksploitasi hasil laut, rusaknya mangrove, naiknya permukaan air laut, hingga tidak akan lagi terjadi daratan yang ambles dan berubah menjadi lautan jika kita sama-sama sadar bahwa laut memiliki peranan penting bagi kita semua. 

Jangan sampai anak cucu kita hanya mendapati lautan sampah yang mana birunya air laut tidak lagi nampak. Jangan sampai mereka hanya mendengar  cerita ada spesies ikan paus biru yang dimiliki Indonesia. 

Laut adalah harta karun berharga negeri ini, kekuatan maritim Indonesia sejak dulu juga menjadi alasan mengapa Indonesia begitu disegani oleh bangsa lain. Kekayaan yang ada di laut kita adalah tugas dan tanggung jawab kita untuk menjaganya. Karena nantinya anak cucu kita akan dengan bangganya menceritakan bahwa negeri bahari itu bernama Indonesia. Yuk, kita sama-sama jaga laut Indonesia ya! 

Saya sudah berbagi pengalaman soal perubahan iklim. Anda juga bisa berbagi dengan mengikuti lomba blog "Perubahan Iklim" yang diselenggarakan KBR (Kantor Berita Radio) dan Ibu-Ibu Doyan Nulis (IIDN). Syaratnya, bisa Anda lihat di sini




Sumber : 
https://m.cnnindonesia.com/nasional/20181120120416-20-347861/paus-mati-di-wakatobi-makan-sampah-59-kilogram

https://m.liputan6.com/news/read/3772521/headline-sampah-plastik-indonesia-juara-2-dunia-bagaimana-mengatasinya

https://www.google.com/amp/s/amp.kompas.com/travel/read/2017/02/04/080500827/jepara.tak.hanya.karimunjawa.mari.wisata.ke.pulau.panjang.

https://www.cnbcindonesia.com/lifestyle/20190721140139-33-86420/sebegini-parah-ternyata-masalah-sampah-plastik-di-indonesia

https://kkp.go.id/djprl/p4k/page/1994-sampah-laut-marine-debris

https://radarkudus.jawapos.com/read/2018/07/06/85908/kumpulkan-11-ton-sampah-70-persen-berupa-plastik

https://www.google.com/amp/s/amp.kompas.com/travel/read/2020/03/25/060100627/raja-ampat-tutup-seluruh-tempat-wisata-cegah-penyebaran-virus-corona

https://oceanpulse.id/peran-laut-terhadap-bumi/#:~:text=Peran%20Laut%20Terhadap%20Bumi%20pada%20Iklim%20dan%20Cuaca&text=Tingkat%20evaporasi%20(penguapan)%20dan%20suhu,berpengaruh%20dalam%20pembentukan%20awan%20hujan.&text=Siklus%20THC%20ini%20berperan%20dalam,daerah%20lintang%20kecil%20(ekuator).

PERAN MASYARAKAT DALAM PELESTARIAN 
TERUMBU KARANG DAN DAMPAKNYA 
TERHADAP PENINGKATAN KESEJAHTERAAN ,Widayatun ,Pusat Penelitian Kependudukan-LIPI, 2016
 

  • Share:

You Might Also Like

6 comments

  1. Pernah ke Pantai Pulau Panjang nih, asli pasir putihnya bikin ngangenin.

    Cuman sayang pas kesana ada banyak sampah berserakan tersapu ombak.

    Yuk jaga pantai kita tetap asri dengan tidak membuang sampah di pantai/laut

    ReplyDelete
  2. kebanyakan di pantai jarang ada fasilitas tempat buang sampah. memang sih walau ada , ada saja yang buang sembarangan tp paling tidak kalau ada tong sampah bagi yang mau buang sampah akan dipermudah

    ReplyDelete
  3. Alhamdulillah aku sudah membiasakan diri untuk bawa tas belanja sendiri dan tumbler sendiri.. semoga langkah ini bisa membantu

    ReplyDelete
  4. Peran yang bisa kita maksimalin ya itu kesadaran diri masing-masing dengan membiasakan diri mengurangi pemakaian plastik dalam keseharian kita sendiri. Betul juga menjadi berkah bagi alam selama masa pandemi ini. Polusi pun agaknya nggak setebal keadaan normal.

    ReplyDelete
  5. Ada positif dan negativ ya bugurcil.
    Aku setuju selama pandemi laut istirahat. Kasihan beroperasi terus dan tersakiti dengan adanya sampah

    ReplyDelete
  6. Aku ngerti sih bahwa kita harus menjaga laut, tapi aku masih belum paham tentang gimana laut mempengaruhi iklim, dan mohon maaf penerangannya Chela tentang ketiga manfaat laut ini masih belum jelas. Belum tersambung gitu konsepnya.

    ReplyDelete

Silahkan tinggalkan jejak di blog guru kecil ya. Mohon untuk tidak memberikan LINK HIDUP dalam kolom komentar. Jika memang ada,komen akan di hapus. Terimakasih;)