Sudut Baca Kelas, Tempat Favorit Anak-anak ~ Tiga bulan sudah saya tidak beraktifitas di kelas bersama anak-anak. Kangen? Hmm.. Iya banget. Tapi kurva persebaran covid-19 belum melandai. Meski gaung new normal dimana-mana, rasanya kok ya belum siap juga untuk menerima anak-anak di kelas.
Resikonya itu lho...
Lalu, gimana keadaan kelas selama ditinggal? Jelas ya KOSONG, SEPI, HAMPA. Seperti ini lah gambarannya. Sengaja saya abadikan saat jadwal piket di sekolah.
Meja nampak berdebu, begitu juga jendela dan sudut ruangan manapun. Biasanya kelas ini penuh dengan anak-anak dan segala canda tawanya. Memang ya, nyawa dari sebuah kelas itu adalah murid. Begitu juga kondisi sudut baca yang ada di sisi belakang. Buku yang saya sediakan untuk anak-anak nampak berdebu meski tertata rapi.
Jauh sebelum pengawas sekolah memberi himbauan diberi sudut baca di setiap kelas, saya sudah mencuri start sejak beberapa tahun lalu saat masih mengajar di kelas 3. Walaupun buku yang terpampang di sudut baca masih sekedar buku pelajaran. Belum memiliki koleksi bacaan yang beragam, padahal melihat minat baca anak-anak itu sebenarnya tinggi.
Kok bisa saya mengatakan bahwa minat baca anak ternyata tinggi? Jadi ceritanya saat saya sedang latihan pesta siaga di ruang kelas satu, ada tumpukan buku cerita anak di almari dekat papan tulis. Sebelum saya datang dan masuk kelas, saya memperhatikan anak-anak asik di pojokan membaca dan mencari buku cerita. Ternyata mereka asyik membaca buku lama koleksi SDN 3 Ngembak.
Sekolah kami di regruping yang mana koleksi buku lawas dari tahun 90an masih tersisa. Sayangnya memang peran perpustakaan belum berjalan maksimal. Gedung perpustakaan ada akan tetapi buku bacaan belum tersedia. Jadi wajar saja jika anak-anak seperti menemukan harta karun di lemari kelas satu.
Dari situ saya pernah mencurahkan isi hati saya kepada ibu pengawas dimana ingin sekali memberikan fasilitas buku bacaan yang beragam di sekolah. Baik cerita bergambar, komik, cerpen, ilmu komputer, antariksa, parenting, atau teenlit. Dan, dapatlah solusi yang selama dua tahun ini kami lakukan saat kenaikan kelas. Yaitu :
- Hadiah Buku Bacaan Saat Naik Kelas
Ini adalah ide dari ibu pengawas yang kami jalankan. Jadi, saat kenaikan kelas anak-anak diminta mengumpulkan satu buku bacaan untuk ditinggal di kelas masing-masing. Tujuannya adalah agar penghuni kelas baru bisa membaca bacaan yang ditinggalkan oleh kakak kelas.
Tahun pertama kami sangat takjub karena anak-anak sangat semangat mengumpulkan buku cerita. Baik bekas bahkan banyak buku baru. Mereka ternyata menyisihkan uang saku lebaran untuk membeli satu buku bacaan. Semenjak saat itu, sudut baca menjadi tempat asyik anak-anak untuk saling berbagi cerita dari buku yang sudah mereka baca.
Seru kan?!?
- Mengajukan bantuan buku bacaan
Menanti bantuan dinas untuk buku bacaan memang tidak mudah. Tetapi jalan rejeki Allah memang selalu, terbuka. Melalui salah seorang teman saya mendapatkan rejeki pengajuan buku bacaan dan ternyata diterima.
Begitupun pak kepala sekolah yang juga mendukung usaha yg saya usulkan untuk mendapatkan bantuan buku bacaan. Jadi, ketika buku sudah datang ternyata anak-anak makin antusias membaca karena bukunya bagus sekali. Termasuk dari kelas lain yang berebut ikut membaca dan meminjam secara bergantian.
Jadi, bisa dikatakan sudut baca di kelas saya terbilang ramai dan buku berantakan karena banyaknya tangan kecil yang bergantian meminjan buku. Bahkan hal yang membuat saya bahagia adalah karena banyaknya buku bacaan yang saya dapatkan dari salah satu penerbit, saya bisa memberikan kepada beberapa sekolah lain baik TK maupun SD.
Tapi, pandemi ini inginnya segera berlalu supaya kelas kembali berwarna dan sudut baca tetap menjadi tempat favorit bagi anak-anak untuk mendapatkan cerita baru.
.png)
0 comments
Silahkan tinggalkan jejak di blog guru kecil ya. Mohon untuk tidak memberikan LINK HIDUP dalam kolom komentar. Jika memang ada,komen akan di hapus. Terimakasih;)