#LebaranTutupPintu Saat Pandemi Covid-19 ~ Menyangka nggak kalau pada akhirnya berjauhan itu sebagai wujud sayang kita untuk keluarga dan kerabat? Baru di tahun ini loh 2020, berpisah jarak itu justru menyelamatkan keluarga. Anjuran untuk tidak mudik juga dijalankan oleh warga masyarakat meski tetap saja ada oknum yang nekat.
Semua berubah semenjak ada corona...
Iya, termasuk gegap gempita menyambut lebaran bahkan hari H lebaran. Yang biasanya disibukkan dengan kegiatan takbiran keliling juga nampak sepi-sepi saja. Bahkan ketika adzan magrib berkumandang dilanjut gema takbir, yang ada hati rasanya pilu. Sungguh berbeda, sangat berbeda.
Takbir yang BERKUMANDANG bersahutan dari pengeras mushola dan masjid memang terdengar hingga tengah malam. Bahkan papa pulang dari mushola sekitar jam 2 dini hari. Disaat saya sedang terlelap dan berniat bangun pagi keesokan harinya untuk melakukan salat eid. Tapi, malam sebelumnya memang sudah gencar himbauan untuk #SolatDiRumahAja.
Demi kebaikan bersama meski masjid menyelenggarakan solat eid berjamaah, saya dan keluarga memilih solat di rumah. Memaknai kondisi saat ini sebagai satu pembelajaran bahwa dalam keadaan sulit kita harus tetap kuat dan banyak bersyukur.
Bersyukur karena saya tidak jauh dari orang tua dan mertua.
Bersyukur karena hanya beda kecamatan, kami bisa mengunjungi mertua dan melihat keadaan bapak ibu juga adek-adek dari papa.
Bersyukur bahwa yang kala itu sempat saya keluhkan ingin merasakan merantau dan pulang kampung, mendengar cerita para perangau hati ikut miris karena harus berlebaran di perantauan.
Bersyukur bahwasannya tanpa video call bisa memastikan semua dalam keadaan sehat bahagia.
Memang benar, lebaran disaat pandemi ini memaksa kita untuk banyak-banyak bersyukur.
Walaupun kami dan warga sepakat untuk tutup pintu. Gerakan #LebaranTutupPintu mau tidak mau membuat suasana yang tadinya penuh canda tawa lepas rindu berubah menjadi sepi. Open house harus sepakat dibatalkan demi menghambat penyebaran covid-19. Baju lebaran pun tetap dengan daster meski sempat mengambil beberapa foto untuk dokumentasi. Hahahaha.
Semua merasakan hal yang sama. #LebaranTutupPintu terasa membosankan bagi para keponakan yang biasanya panen salam tempel. Rindu yang hanya bisa diobati dengan video call, sungkeman virtual dengan sanak saudara di belahan daerah manapun.
Tapi tetap kita harus mensyukuri ini semua, bukan?
Maka dari itu saya, buguru kecil mohon maaf yang sebesar-besarnya jika ada salah kata dan tingkah laku. Minal aidzin wal faidzin, mohon maaf lahir dan batin.
1 comments
Mohon maaf lahir batin juga mba Cela, di tengah pandemi kayak gini semanat nulis masih ON kan? haha
ReplyDeleteSilahkan tinggalkan jejak di blog guru kecil ya. Mohon untuk tidak memberikan LINK HIDUP dalam kolom komentar. Jika memang ada,komen akan di hapus. Terimakasih;)