Awet Muda dengan Hobi yang Menyenangkan dan Menghasilkan

By Chela Ribut Firmawati - April 09, 2020

Awet Muda dengan Hobi yang Menyenangkan dan Menghasilkan ~ Pekerjaan yang menyenangkan adalah hobi yang dibayar. Begitulah kiranya yang saya baca dari postingan seorang Ridwan Kamil. Sewaktu duduk di bangku sekolah dasar, saya selalu menuliskan "membaca" di kolom hobi. Padahal entah berapa buku yang bisa saya lahap dalam sebulan. Yang jelas, hal menyenangkan mengisi jam istirahat adalah dengan berlama-lama di perpustakaan sekolah.



Tapi di postingan ini, saya tidak akan menceritakan mengenai hobi saya. Melainkan saya ingin menceritakan hobi bapak. Jika bapak membaca ini, saya berharap beliau paham bahwa anak bontot yang sering ngajak berantem ini diam-diam bangga terhadapnya. 



Cerita itu bermula ketika bapak purna tugas di tahun 2013. 40 tahun hidupnya beliau dedikasikan terhadap negara terutama dalam bidang pendidikan. Melalui pekerjaannya sebagai guru yang saat itu gajinya sangat tidak seberapa meski sudah PNS, bapak bertanggungjawab penuh terhadap keluarga. Ada darah seni yang mengalir dalam diri bapak. Entah menurun dari siapa, yang jelas bapak waktu kecil sangat menyukai pertunjukan wayang dan mengidolakan sosok dhalang. Dan bisa saya katakan bahwa seni menjadi bagian dari hobinya. Hobi yang menghasilkan


Setiap ada pertunjukan wayang, bapak selalu duduk di dekat dhalang sampai pertunjukan selesai. Meski sering dimarahi simbok, bapak tetap nekat dengan tujuan "aku nonton sambil sinau ndhalang". Benar saja, darah seni tak pernah meleset. Meski bapak memang terkenal sebagai penari nomor satu di kota ini. Waktu itu sih. Sosok Werkudoro selalu beliau perankan saat ikut pertunjukan wayang orang. Bibit penari beliau cetak ditempat bapak mengajar. Dari situlah bapak dicintai murid-muridnya. Tak hanya itu, bapak juga melatih tetangga yang saat ini masih eksis sebagai cucuk lampah yaitu Mas Jo Nthuk. Tapi satu hal yang selalu bapak pelajari sampai saat ini adalah ndhalang dan pranatacara

Pranatacara (bahasa Inggrismaster of ceremony disingkat MC atau Host) adalah orang yang bertugas sebagai tuan rumah sekaligus pemimpin acara dalam panggung pertunjukanhiburanpernikahan, dan acara-acara sejenis. By: wikipedia.com
sesi siang (Bapak berbusana khas betawi dengan sorban di lehernya)


Sebelum purna tugas memang bapak sudah sering menerima job untuk pranatacara. Sebuah peran dimana beliau sebagai pengatur acara pernikahan atau sunatan dengan pengatar bahasa jawa. Berpakaian adat jawa lengkap dengan blangkon. Tutur bahasa yang bapak pakai adalah bahasa jawa kawi yang saya sendiri teramat pusing membaca bukunya. Entahlah, penilaian ini memang subjektif, tetapi bapak adalah pranatacara yang belum tertandingi. Pernah juga bapak mendapat teguran dari atasan karena meninggalkan jam kerja demi memenuhi job prantacara. Hahaha. 

Saya pernah protes begitupun mbak karena terkadang bapak pulang larut malam. Mengingat usia sudah semakin tua, mau tidak mau demi kesehatan bapak seharusnya mengurangi rutinitas ataupun kesibukannya. 

"Lha piye arep ninggalke, bapak seneng nglakoni kui" (Lha gimana mau ditinggalin, bapak suka menjalani itu : pranatacara).

Memang sih, bapak terlihat sangat menikmati, menyukai dan bahkan jiwanya bapak ada di situ. Darah seni memang tak pernah bohong, alunan gamelan, suluk dhalang, binar penari dan lengkingan sinden adalah jiwa bapak. Dari situ saya melihat bahwa ini adalah salah satu hobi bapak. Tepatnya hobi yang menghasilkan. Efek lain yang terlihat adalah bapak masih eksis dan nampak awet muda. Tak jarang saat bapak bertemu dengan muridnya dulu sering mendapat komentar "Pak Kusdi wajahnya masih sama seperti dulu waktu ngajar saya". Hiyaa... makin GR nih pastinya. hahaha.


Nggak main-main, sekali bapak manggung (pranatacara) memiliki harga pasaran 500.000 - 800.000. Jika bulan-bulan yang dipercaya baik untuk menggelar acara hajatan, kalender bapak penuh dengan lingkaran job lengkap dengan lokasi yang hendak di tuju. Begitupun telepon selalu berdering ditambah ibu yang selalu menjadi garda depan menyiapkan penampilan bapak berbusana. Tuh koleksi blangkon, keris, jarik, dan beskap tersusun rapi di lemari. Bahkan jarik yang bapak pakai juga mengandung nilai filosofis jawa lho. 

baca : CERITA TENTANG BATIKKU

Sesi malam (Bapak duduk dan memakai sweater)


Sungguh bahagia melihat bapak dengan hobinya. Saya sangat bersyukur, saat purna tugas tidak menjadikan beliau meratapi tugas dan jabatan yang pernah dimiliki. Melainkan lewat hobi yang menyenangkan inilah, bapak semakin bahagia dan memiliki banyak sekali hiburan. 


"Mbok melu sinau to, nduk. Kan durung ono pranotocoro wedok!" 


Pinta bapak sampai saat ini. Akan tetapi meski darah seni bapak nurun kepada saya, gairah untuk mengikuti jejak bapak sebagai pranatacara masih sangat kecil. Karena memang saya lebih suka berada di belakang panggung. Xixixixixi. Ditambah suami yang memang tidak merestui untuk terjun dalam dunia pranatacara. Jujur saja, godaannya sangat banyak. Untungnya bapak terbilang tahan banting meski citra buruk tetap menempel di bapak. Kembali lagi, manusia tidak ada yang sempurna, bukan? 


Panggung hiburan menjadi "nyawanya" ketika hidupnya dulu sudah beliau dedikasikan untuk negara. Kini, seni menjadi pilihannya untuk tetap menikmati dan menjalani kehidupan. Ditambah yang sering beliau katakan untuk bisa ngemong anak cucu sampai usia sangat senja. Sebagai anak, saya mendukung dan berdoa supaya bapak selalu diberi kesehatan dan berkah dalam menjalani hidup serta hobinya. 

  • Share:

You Might Also Like

1 comments

  1. Waaahh baru tau, bapaknya Mba Cheila tu pranatacara to ternyata. Iya tuh, di tempatku juag pranatacara minim 800ribu untuk sekali tampil. Mayan banget yaaa, mbak. Hihi

    ReplyDelete

Silahkan tinggalkan jejak di blog guru kecil ya. Mohon untuk tidak memberikan LINK HIDUP dalam kolom komentar. Jika memang ada,komen akan di hapus. Terimakasih;)