Tak Ada Perayaan di Hari Guru

By Chela Ribut Firmawati - November 26, 2019

Euforia hari guru sampai hari ini masih terasa. Topik hangat terkait pidato Mas Menteri Pendidikan Nadiem Makarim masih sibuk diperbincangkan. Banyak pendapat yang mewakili setiap kepala dan tetunya ada yang pro maupun kontra. Hal yang lumrah! Apalagi masih ada sliweran status-status yang mengagungkan sosok guru. Nostalgia masa sekolah dengan guru favoritnya, bahkan perayaan hari guru yang begitu meriah dan ada di berbagai sosial media. 



Saya sendiri ketika pertama kali mendapati naskah pidato Mas Menteri yang sudah bocor duluan di dunia maya, seketika meresapi dan merenung. Hem... baru ini ada pidato yang lugas dan apa adanya sesuai dengan realita yang ada selama ini dalam dunia pendidikan. Memang sih, waktu Bapak Jokowi mengumumkan siapa saja menteri di kabinet Indonesia Maju, nama menteri pendidikanlah yang saya tunggu. Sembari melihat nantinya akan dibawa kemana pendidikan negeri ini yang katanya tertinggal dari negara lain. 


Dan nggak ngerti juga kenapa kalimat puitis, retorikan, atau semacamnya itu seolah latah muncul hanya di hari guru saja. Sementara dalam keseharian saya sendiri masih jauh dari kata layak dikatakan sebagai guru yang bisa membawa perubahan di negara ini. Tapi, mengajar itu memang satu hal yang seru dan menyenangkan. Jika beberapa diantara kalian mendapati objek benda mati menjadi lawan kerja, saya setiap hari menemui benda hidup dengan polah, pemikiran, ide, dan keusilan yang kalau suasa hati lagi nggak oke bakalan esmosi level dewa. wahahahaha. 


Hari guru juga anak-anak terlihat lebih kalem dan malah sepeti cuek saja. Nggak ada coklat ataupun bingkisan buat gurunya. Mereka sibuk dengan penilaian akhir semester yang datang lebih cepat, namun materi belum selesai saya sampaikan. Ah iya... melalui Mas Menteri pula sebenarnya saya memiliki banyak sekali harapan-harapan yang nantinya bisa di wujudkan bersama-sama. 


Jika Mas Meteri meminta guru bisa melakukan perubahan kecil di kelas seperti :
  • Ajaklah anak berdiskusi, bukan hanya mendengar
  • Berikan kesempatan kepada murid untuk mengajar di kelas
  • Cetuskan proyek bakti sosial yang melibatkan seluruh kelas
  • Temukan suatu bakat dalam diri murid yang kurang percaya diri
  • Tawarkan bantuan kepada guru yang sedang mengalami kesulitan. 

Saya sebagai guru juga meminta beberapa hal kepada Mas Menteri dan semoga membacanya. 
  1. Ganti kurikulumnya deh Mas. Selain karena kurtilas ini lebih ribet dan tidak semua anak bisa mengikuti, penilaiannya juga menjadi momok tersendiri bagi guru. Harus mencari nilai per KD di tiap muatan pelajarannya. Terbayang bagaiamana repotnya? 
  2. Bahasa Inggris ada baiknya diterapkan mulai dari kelas satu dengan begitu di jenjang berikutnya anak tidak kagok dengan pelajaran ini. 
  3. Tugas administras guru dan tambahan lainnya yang masyaallah.... aset, dapodik, aset persediaan, dan seeperti itu, jika dari pemerintah memberikan mandat untuk ada petugas tata usaha di sekolah dasar saya rasa nggak akan ada lagi protes dari orang tua yang merasa anaknya nggak pernah diajar gurunya karena sibuk dengan tugas-tugas administrasi.
  4. Kesenjangan yang ada selama ini. Guru PNS dan non PNS, sertifikasi dan tidak ada tunjangan sama sekali saya rasa harus diselesaikan lebih dulu. Secara namanya guru tentu memikirkan perut masing-masing. Non PNS meski dompet tipis tetapi pantang mengemis. Harusnya pemerintah memberikan kemudahan kepada honorer supaya bisa memiliki penghasilan layak. Tahu sendiri, seleksi CPNS saat ini saigannya dengan fresh graduate, belum lagi bagi mereka yang usianya diatas 35 tahun. Mereka berjuang untuk anak-anakbangsa, tapi kenapa negara tidak pernah melihat perjuangan mereka. Malah sibuk ngotak-atik jabatan presiden?
  5. Stop aja deh pemberian PIP karena banyak yang tidak tepat sasaran. Kembalikan saja sistemnya seperti Bantuan Siswa Miskin yang usulan namanya dipilih oleh sekolah langsung. Selain menghindari tidak tepat sasaran, sekolah lebih tahu dan bisa survey langsung mana siswa yang layak dapat dan tidak. Salah-salah malah PIP bukan dipakai anak tetapi........

Saya memang tidak ada stok kalimat inspiratif dalam momentum hari guru. Hanya saja saya berdoa supaya diberi bahu yang kuat dalam menjalani pilihan profesi ini, diberikan hati yang ikhlas tanpa memandang materi yang saya terima setiap bulannya. Karena dengan keikhlasanlah yang bisa membuat saya bertahan sampai detik ini dalam dunia pendidikan. Meski tidak dipungkiri, tengah bulan sudah kehabisan uang sementara mengupayakan dapur tetap mengepul. Cerita miris lainnya tentu ada di penjuru daerah lain. Mungkin Mas Menteri selama ini sudah pernah melihat dan mendengar, maka dari itu tolong berikan telinga kepada kami. Yang Mas Menteri sebut bahwa gurulah yang bertugas penting dan mulia dalam membawa perubahan. 

  • Share:

You Might Also Like

1 comments

  1. biar lugas mbok ya sekalian itu bapak/ibu guru ngomong sama pak menteri, gimana kalo gak usah ada peringatan hari guru tapi kesejahteraan guru tercukupi.
    :)

    ReplyDelete

Silahkan tinggalkan jejak di blog guru kecil ya. Mohon untuk tidak memberikan LINK HIDUP dalam kolom komentar. Jika memang ada,komen akan di hapus. Terimakasih;)