Sampah, Cuan, dan Sekolah

By Chela Ribut Firmawati - November 11, 2019

Sampah, Cuan, dan Sekolah ~ Apa yang terlintas di pikiran kalian tentang sampah? Menjijikkan? Bau? Kotor? Sumber penyakit?. Setiap hari tentu manusia menghasilkan yang namanya sampah. Pernah nggak merenung gitu sepulang belanja “ternyata sampah yang aku hasilkan sekali berbelanja lumayan banyak” atau saat mengamati murid yang asik menikmati jajanannya lalu melihat tong sampah seketika penuh meskipun baru istirahat pertama.



Dalam satu hari, ada berapa banyak sampah yang kita hasilkan? Kalau mengukur ke diri saya sendiri tentulah banyak. Terlebih untuk sampah an organic yang memang keberadaannya jika kita tidak bijak akan sangat membahayakan bumi. Dan kalau menelisik lebih dalam lagi sampah yang terkumpul setiap  hari di tempat pembuangan akhir sampah, rasanya sungguh mencengangkan!.Buanyak Puollll!!!!

Ya, isu soal sampah ini memang lagi banyak di bicarakan. Dimana banyak sekali kegiatan yang berhubungan dengan lingkungan. Tepatnya lebih ke menjaga lingkungan semacam bijak menggunakan sampah plastic, kampanye pengurangan sampah plastik, aksi sadar lingkungan yang kebetulan juga kegiatannya pernah saya ikuti, juga tentang kampanye memilah sampah. What the... soal sampah ternyata banyak banget yang kita bahas.

Sedari kecil memang saya akrab dengan aktifitas lalu lalang becak sampah dan bahkan truk sampah. Jalanan depan rumah menjadi akses utama truk-truk yang bak belakang penuh sampah menuju ke TPA Ngembak. Takdir Tuhan juga selama delapan tahun belakangan membawa saya di lingkungan yang sangat dekat dengan sampah. Sekolah tempat saya mengajar terletak di Desa Ngembak, sebuah Desa dimana “Gunung Srandil” menjadi lokasi tempat pembuangan sampah akhir.

Jadi dari truk sampah, kegiatan masyarakatnya, hewan yang ada di lokasi pembuangan sampah, sampai baunya juga sering menjumpai. Terkhusus aroma sampah juga kebal karena mau nggak mau kalau berangkat sekolah pas di belakang truk sampah, parfum Victoria Secret yang sudah saya semprotkan kalah aromanya tuh. Sedih kan....

Sekilas Tentang TPA Ngembak

Gunungan sampah 

Sabtu lalu saya bersama dengan anak-anak melakukan aktifitas jalan santai dari sekolah menuju tempat pembuangan akhir sampah di Desa Ngembak. Salah satu lokasi andalan anak-anak desa Ngembak dan sekitarnya untuk menjadi tujuan jalan santai sekolah.  Bisa dikatakan bahwa TPA (Tempat Pembuangan Akhir) Sampah terbesar  dan satu-satunya di Grobogan.


Yang saya dapatkan dari Mas Rimba selaku salah satu pegawai di TPA Ngembak, aktifitas pembuangan akhir sampah di area Kabupaten Grobogan memang terpusat di Desa Ngembak. Ada juga beberapa TPA sementara yang berada di daerah Gubug, Godong, serta Wirosari. TPA Ngembak sudah ada sejak bulan April 1993, untuk tanggalnya Mas Rimba nggak bilang hahaha. Lokasi pembuangan akhir sampah di Ngembak ini dulunya seluas 4,5 hektare, namun setelah ada pembebasan lahan kini luasnya mencapai 10 hektar. Bisa dikatakan luas banget, dan lokasinya ini berada di dekat makam Bupati Soenarto dan pemakaman umum. Serem ih...


Kunjungan saya ke TPA bersama anak-anak ternyata mendapati aktifitas yang biasa warga sekitar lakukan. Jangan ditanya deh aromanya kayak apa, nahan nafas banget demi bisa mendapatkan foto sebagai  bukti bahwa sampah yang disetorin setiap trus itu sungguh ISTIMEWA BANYAKNYAAAA!!!!!

Jadi aktifitas itu ada beberapa diantaranya :

MENCARI SAMPAH DI TUMPUKAN SAMPAH
Aktifitas warga mengambil sampah

Sory to say harus saya katakan memulung sampah. Banyak warga yang mengais sampah dan kemudian membawa ke tempat dimana sudah mereka setting seperti gubug sederhana. Bahkan diantara warga yang sedang memunguti sampah,ada juga hewan-hewan ternak yang turut menikmati sampahnya. Well, nggak cuma di Bantar Gebang aja ada sapi atau kambing yang makan sampah, di Ngembak juga ada.
Barisan domba-domba dd


MEMILAH SAMPAH
Desa sampah di sekitaran TPA

Pak Darto bilang kalau di sana ada semacam desa sampah. Jadi gubug-gubug warga berjejeran dan disitulah mereka memilah-milah sampah yang sudah mereka dapati di kolam sampah. Sampah yang sudah mereka pilah nantinya akan di jual ke tengkulak atau dikumpulkan terlebih dulu sampai menunggu berkarung-karung. Ramai? Bangetttttttt.

MENIMBANG SAMPAH
Proses penimbangan karung-karung berisi sampah plastik
Ya, saya mendapati juga bapak dan ibu warga yang sedang asik menimbang karung-karung berisi sampah yang sudah mereka pilah. Cuan gaesss... cuan!!! Sampah juga bisa menghasilkan duit gitu loh.

PEMBUATAN PUPUK KOMPOS
Pengolahan pupuk kompos
Foto by Mas Rimba

Nah ini adalah part dimana pasukan dari Mas Rimba beraksi.  Selain sampah-sampah plastik di jual ada juga proses pengolahan sampah organic menjadi pupuk kompos. Dulunya sih rutin untuk membuat pupuk kompos, hanya saja sekarang ini made by request. Jadi kalau mau beli kompos buatan Mas Rimba dkk harus pesan terlebih dulu.


Faktanya adalah dari sampah yang kita buang setiap harinya ternyata menjadi mata pencaharian utama dan ladang cuan bagi mereka. Saya sendiri mempunyai beberapa murid yang orang tuanya sering mencari sampah di TPA Ngembak. Bahkan beberapa siswa juga ikut mencari sampah dengan maksud mendapat uang jajan sendiri. Itulah mengapa, saya jadi banyak belajar bahwa profesi apapun kita wajib menghormati orang lain.


Nyatanya, lewat sampah pula anak-anak tercukupi kebutuhannya baik pribadi maupun sekolah. Salah seorang siswa saya juga bapaknya sering banget mengambil sampah di depan rumah, dan perjuangan bapaknya itulah anak-anaknya bisa bersekolah hingga jenjang SMK. Tapi bagi saya, mendapati orang tua yang peduli dan sadar pendidikan anak itu sudah bahagia buanget nget. 


Lewat sampah itu pula anak-anak seolah terbiasa untuk berkotor-kotoran. Berani kotor itu baik, yekaaannnn. Nah, soal urusan bersih-bersih lingkungan sekolah juga mereka nggak ada jijik-jijiknya. wkwkwkwkwwk, heran sayatuhhhh. Karena sampah juga lekat dengan keseharian mereka, jadi semacam ah gitu doank. Kalau mereka sedang beruntung juga bisa mendapati sampah-sampah bernilai tinggi kayak hp yang ternyata masih bisa dipakai, bahkan plastik berisi uang, perhiasan juga pernah. Banyak cerita deh pokoknya. 

Soal sampah juga sebenarnya nggak hanya tugas Mas Rimba dan kawan-kawan saja untuk bisa mengurangi setoran sampah tiap harinya. Justru itu adalah peran kita sebagai penyetor sampah setiap harinya. Perubahan itu kan memang nggak bisa dilakukan sendirian, jadi sih berharapnya ada sosialisasi atau gebrakan dari dinas terkait untuk mengedukasi masyarakat. Kalau toh nggak ada, bisa donk dari pemuka masyarakat untuk do something supaya anak cucu nantinya bisa menikmati bumi ini dalam keadaan bersih dan bebas sampah.

Usulnya sih kayak gini...
  1. Pengadaan tempat sampah sesuai dengan jenis sampahnya. Nggak hanya di pusat kota saja, masuklah ke desa bahkan pelosok desa. Sekalian sosialisasi supaya masyarakat bisa membedakan sampah organik dan an organik. 
  2. Edukasi masyarakat terkait pembuatan pupuk kompos. Ini penting juga biar nggak main bakar sampah sih. 
  3. Buat bank sampah di setiap RT atau RW. Sayangnya untuk kegiatan ibu-ibu RT di kompleks RT saya mati suri. Jadi ini memang butuh usul ke Pak RT supaya bisa direalisasikan. Lumayan kan bisa menambah pemasukan kas RT.
  4. Pilah sampah, yuk!. dengan memilah sampah kita sebenarnya bisa meringankan pekerjaan para pemburu sampah juga loh. Jadi perputaran sampah di TPA bisa lebih cepat  dan nggak menumpuk lama.
  5. Tuangkan ide kreatifmu untuk memanfaatkan sampah daur ulang. Banyak kan inspirasi yang ada di youtube, tinggal kitanya aja MAU atau TIDAK.
Sederhana kan sebenarnya, jadi soal sampah dan lingkungan berharapnya melalui aksi kita baik di rumah maupun dimana aja bisa mengurai kegalauan masyarakat saat ini. Ingat aja kalau nantinya kehidupan akan terus berjalan, jadi anak dan cucu kita bukan hanya mendengar cerita bahwa dulu lingkungan tuh asri, bersih, lalalalalala. Tapi ajak juga mereka untuk do something buat bumi dengan bijak dalam hal menghasilkan sampah. 


Tapi kalau mau nyampah soal mantan.... nggak usah di tahan nanti bisulan. OK!!!

  • Share:

You Might Also Like

1 comments

  1. Cerita Mama Intan membuatku berpikir kalau nanti harus ajakin Zafa ke gunungan Sampah di Bali, bener-bener gunungan atau pahkan dibilang Pulau Sampah! Di sana nanti pasti menjadi wisata edukasi.

    Ga cuma itu sih...jadi mikir juga ini pingin ngecraft dari limbah atau sampah.

    ReplyDelete

Silahkan tinggalkan jejak di blog guru kecil ya. Mohon untuk tidak memberikan LINK HIDUP dalam kolom komentar. Jika memang ada,komen akan di hapus. Terimakasih;)