Sampah, Cuan, dan Sekolah ~ Apa yang
terlintas di pikiran kalian tentang sampah? Menjijikkan? Bau? Kotor? Sumber
penyakit?. Setiap hari tentu manusia menghasilkan yang namanya sampah. Pernah
nggak merenung gitu sepulang belanja “ternyata sampah yang aku hasilkan sekali
berbelanja lumayan banyak” atau saat mengamati murid yang asik menikmati
jajanannya lalu melihat tong sampah seketika penuh meskipun baru istirahat
pertama.
Dalam satu hari,
ada berapa banyak sampah yang kita hasilkan? Kalau mengukur ke diri saya
sendiri tentulah banyak. Terlebih untuk sampah an organic yang memang
keberadaannya jika kita tidak bijak akan sangat membahayakan bumi. Dan kalau
menelisik lebih dalam lagi sampah yang terkumpul setiap hari di tempat pembuangan akhir sampah,
rasanya sungguh mencengangkan!.Buanyak Puollll!!!!
Ya, isu soal
sampah ini memang lagi banyak di bicarakan. Dimana banyak sekali kegiatan yang
berhubungan dengan lingkungan. Tepatnya lebih ke menjaga lingkungan semacam
bijak menggunakan sampah plastic, kampanye pengurangan sampah plastik, aksi
sadar lingkungan yang kebetulan juga kegiatannya pernah saya ikuti, juga tentang
kampanye memilah sampah. What the... soal sampah ternyata banyak banget yang
kita bahas.
Sedari kecil
memang saya akrab dengan aktifitas lalu lalang becak sampah dan bahkan truk
sampah. Jalanan depan rumah menjadi akses utama truk-truk yang bak belakang
penuh sampah menuju ke TPA Ngembak. Takdir Tuhan juga selama delapan tahun
belakangan membawa saya di lingkungan yang sangat dekat dengan sampah. Sekolah
tempat saya mengajar terletak di Desa Ngembak, sebuah Desa dimana “Gunung
Srandil” menjadi lokasi tempat pembuangan sampah akhir.
Jadi dari truk
sampah, kegiatan masyarakatnya, hewan yang ada di lokasi pembuangan sampah,
sampai baunya juga sering menjumpai. Terkhusus aroma sampah juga kebal karena
mau nggak mau kalau berangkat sekolah pas di belakang truk sampah, parfum
Victoria Secret yang sudah saya semprotkan kalah aromanya tuh. Sedih kan....
Sekilas Tentang
TPA Ngembak
Sabtu lalu saya
bersama dengan anak-anak melakukan aktifitas jalan santai dari sekolah menuju
tempat pembuangan akhir sampah di Desa Ngembak. Salah satu lokasi andalan
anak-anak desa Ngembak dan sekitarnya untuk menjadi tujuan jalan santai
sekolah. Bisa dikatakan bahwa TPA
(Tempat Pembuangan Akhir) Sampah terbesar dan satu-satunya di Grobogan.
Yang saya
dapatkan dari Mas Rimba selaku salah satu pegawai di TPA Ngembak, aktifitas
pembuangan akhir sampah di area Kabupaten Grobogan memang terpusat di Desa
Ngembak. Ada juga beberapa TPA sementara yang berada di daerah Gubug, Godong,
serta Wirosari. TPA Ngembak sudah ada sejak bulan April 1993, untuk tanggalnya Mas Rimba nggak bilang hahaha. Lokasi pembuangan akhir sampah di
Ngembak ini dulunya seluas 4,5 hektare, namun setelah ada pembebasan lahan kini
luasnya mencapai 10 hektar. Bisa dikatakan luas banget, dan lokasinya ini
berada di dekat makam Bupati Soenarto dan pemakaman umum. Serem ih...
Kunjungan saya
ke TPA bersama anak-anak ternyata mendapati aktifitas yang biasa warga sekitar
lakukan. Jangan ditanya deh aromanya kayak apa, nahan nafas banget demi bisa
mendapatkan foto sebagai bukti bahwa
sampah yang disetorin setiap trus itu sungguh ISTIMEWA BANYAKNYAAAA!!!!!
Jadi aktifitas
itu ada beberapa diantaranya :
Sory to say harus saya katakan memulung
sampah. Banyak warga yang mengais sampah dan kemudian membawa ke tempat dimana
sudah mereka setting seperti gubug sederhana. Bahkan diantara warga yang sedang
memunguti sampah,ada juga hewan-hewan ternak yang turut menikmati sampahnya. Well, nggak cuma di Bantar Gebang aja
ada sapi atau kambing yang makan sampah, di Ngembak juga ada.
Barisan domba-domba dd |
Pak Darto bilang
kalau di sana ada semacam desa sampah. Jadi gubug-gubug warga berjejeran dan
disitulah mereka memilah-milah sampah yang sudah mereka dapati di kolam sampah.
Sampah yang sudah mereka pilah nantinya akan di jual ke tengkulak atau
dikumpulkan terlebih dulu sampai menunggu berkarung-karung. Ramai? Bangetttttttt.
Ya, saya
mendapati juga bapak dan ibu warga yang sedang asik menimbang karung-karung
berisi sampah yang sudah mereka pilah. Cuan gaesss... cuan!!! Sampah juga bisa
menghasilkan duit gitu loh.
Nah ini adalah
part dimana pasukan dari Mas Rimba beraksi. Selain sampah-sampah plastik di jual ada juga proses pengolahan
sampah organic menjadi pupuk kompos. Dulunya sih rutin untuk membuat pupuk
kompos, hanya saja sekarang ini made by request. Jadi kalau mau beli kompos
buatan Mas Rimba dkk harus pesan terlebih dulu.
Faktanya adalah
dari sampah yang kita buang setiap harinya ternyata menjadi mata pencaharian
utama dan ladang cuan bagi mereka. Saya sendiri mempunyai beberapa murid yang
orang tuanya sering mencari sampah di TPA Ngembak. Bahkan beberapa siswa juga
ikut mencari sampah dengan maksud mendapat uang jajan sendiri. Itulah mengapa,
saya jadi banyak belajar bahwa profesi apapun kita wajib menghormati orang
lain.
Nyatanya, lewat
sampah pula anak-anak tercukupi kebutuhannya baik pribadi maupun sekolah. Salah
seorang siswa saya juga bapaknya sering banget mengambil sampah di depan rumah,
dan perjuangan bapaknya itulah anak-anaknya bisa bersekolah hingga jenjang SMK. Tapi bagi saya, mendapati orang tua yang peduli dan sadar pendidikan anak itu sudah bahagia buanget nget.
Lewat sampah itu pula anak-anak seolah terbiasa untuk berkotor-kotoran. Berani kotor itu baik, yekaaannnn. Nah, soal urusan bersih-bersih lingkungan sekolah juga mereka nggak ada jijik-jijiknya. wkwkwkwkwwk, heran sayatuhhhh. Karena sampah juga lekat dengan keseharian mereka, jadi semacam ah gitu doank. Kalau mereka sedang beruntung juga bisa mendapati sampah-sampah bernilai tinggi kayak hp yang ternyata masih bisa dipakai, bahkan plastik berisi uang, perhiasan juga pernah. Banyak cerita deh pokoknya.
Soal sampah juga sebenarnya nggak hanya tugas Mas Rimba dan kawan-kawan saja untuk bisa mengurangi setoran sampah tiap harinya. Justru itu adalah peran kita sebagai penyetor sampah setiap harinya. Perubahan itu kan memang nggak bisa dilakukan sendirian, jadi sih berharapnya ada sosialisasi atau gebrakan dari dinas terkait untuk mengedukasi masyarakat. Kalau toh nggak ada, bisa donk dari pemuka masyarakat untuk do something supaya anak cucu nantinya bisa menikmati bumi ini dalam keadaan bersih dan bebas sampah.
Usulnya sih kayak gini...
- Pengadaan tempat sampah sesuai dengan jenis sampahnya. Nggak hanya di pusat kota saja, masuklah ke desa bahkan pelosok desa. Sekalian sosialisasi supaya masyarakat bisa membedakan sampah organik dan an organik.
- Edukasi masyarakat terkait pembuatan pupuk kompos. Ini penting juga biar nggak main bakar sampah sih.
- Buat bank sampah di setiap RT atau RW. Sayangnya untuk kegiatan ibu-ibu RT di kompleks RT saya mati suri. Jadi ini memang butuh usul ke Pak RT supaya bisa direalisasikan. Lumayan kan bisa menambah pemasukan kas RT.
- Pilah sampah, yuk!. dengan memilah sampah kita sebenarnya bisa meringankan pekerjaan para pemburu sampah juga loh. Jadi perputaran sampah di TPA bisa lebih cepat dan nggak menumpuk lama.
- Tuangkan ide kreatifmu untuk memanfaatkan sampah daur ulang. Banyak kan inspirasi yang ada di youtube, tinggal kitanya aja MAU atau TIDAK.
Sederhana kan sebenarnya, jadi soal sampah dan lingkungan berharapnya melalui aksi kita baik di rumah maupun dimana aja bisa mengurai kegalauan masyarakat saat ini. Ingat aja kalau nantinya kehidupan akan terus berjalan, jadi anak dan cucu kita bukan hanya mendengar cerita bahwa dulu lingkungan tuh asri, bersih, lalalalalala. Tapi ajak juga mereka untuk do something buat bumi dengan bijak dalam hal menghasilkan sampah.
Tapi kalau mau nyampah soal mantan.... nggak usah di tahan nanti bisulan. OK!!!
1 comments
Cerita Mama Intan membuatku berpikir kalau nanti harus ajakin Zafa ke gunungan Sampah di Bali, bener-bener gunungan atau pahkan dibilang Pulau Sampah! Di sana nanti pasti menjadi wisata edukasi.
ReplyDeleteGa cuma itu sih...jadi mikir juga ini pingin ngecraft dari limbah atau sampah.
Silahkan tinggalkan jejak di blog guru kecil ya. Mohon untuk tidak memberikan LINK HIDUP dalam kolom komentar. Jika memang ada,komen akan di hapus. Terimakasih;)