Menjaga Cagar Budaya Indonesia adalah Tugas Kita

By Chela Ribut Firmawati - November 19, 2019


Menjaga Cagar Budaya Indonesia adalah Tugas KitaDua puluh dua tahun yang lalu, saya teringat sebuah kisah yang diceritakan oleh Bu Iriyani, guru kelas saat saya masih duduk di bangku kelas dua sekolah dasar. Hari sebelumnya beliau menjanjikan kepada saya dan teman-teman satu kelas bahwa besok akan ada sebuah kisah tentang salah satu tokoh agama yang diagungkan oleh umat Budha. Kebetulan sekali, kelas saya dulu termasuk kelas Bhineka Tunggal Ika, jadi lima agama resmi di Indonesia membaur jadi satu. Rukun, aman, dan kami sering berbagi cerita.



pict source : https://travel.kompas.com/
Bu Iriyani tidak pernah melupakan janjinya, pagi itu kami terlena dengan kisah Sang Budha atau Sidharta Budha Gautama. Beliau bercerita bahwa Sidharta Gautama adalah figure utama agama Budha dimana melalui sosok Sang Budha agama ini berdiri dan diajarkan kepada murid dan disebarkan kepada umat manusia lainnya. Dan patung Sidharta Budha Gautama bisa kita lihat di Candi Borobudur, salah satu candi yang menjadi pusat umat Budha di seluruh Indonesia.

“Nanti coba buktikan sendiri cerita bu Ir, di Candi Borobudur sana ada patung Sidharta Budha Gautama sedang bertapa. Mitosnya bagi siapa yang bisa menyentuh tangan Sang BUdha, harapannya bisa terkabul!” Begitu yang bu Ir sampaikan sebelum menutup kisah Budha hari itu.


Ya, tanpa cerita dari Bu Iriyani bisa dibilang saya tidak memiliki kenangan kisah masa kecil tentang tokoh sejarah dan budaya di Indonesia. Tanpa cerita dari beliau, saya tidak akan memiliki rasa penasaran untuk datang ke Candi Borobudur. Baru di usia ke 23 tahun, saya dan bapak ibu benar-benar membuktikan cerita Bu Iriyani kala itu tentang kemegahan Candi Borobudur dan kisah Sidharta Budha Gautama. Juga mitos tentang memegang tangan Sang Budha. Uh, saya gagal dan tangannya nggak sampai. Xixixixi.
dokumen pribadi saat di Borobudur. in frame: bapak dan ibu

Terlepas dari kisah masa kecil yang saya ingat sampai sekarang, semenjak menjadi guru SD mengunjungi sebuah situs peninggalan sejarah menjadi agenda setiap tahun yang selalu saya lakukan bersama anak-anak. Berwisata edukasi ke candi menjadi salah satu tujuan kami dimana menjadi momen bagi anak-anak untuk mempelajari kisah sejarah melalui kemegahan dan relief yang terpahat pada dinding candi.  

Kita sebagai warga Negara Indonesia harus bersyukur karena Indonesia ini kaya akan peninggalan sejarah. Bukan hanya sekedar arsitektur bangunan yang megah, unsur historis yang disampaikan dan terpahat di relief candi menggambarkan kehidupan dan kejayaan masa lampau. Ditambah adanya legenda dan mitos yang mengiringi kemegahan dari sebuah candi, rasanya belajar sejarah bukan hanya menjadi momok yang bikin ngantuk di kelas.

Akan tetapi saya sering mendapati bahwa main ke candi itu nggak keren, atau komentar “ah, nonton batu di tumpuk kok jauh-jauh ke Borobudur?”, bahkan “Tiket masuknya mahal, apalagi yang dilihat cuma gitu aja!” atau “Panas lah di candi itu...”. Sementara kemegahan dan keindahan bangunan candi justru menjadi daya tarik wisatawan mancanegara, dan menjadi tujuan utama ketika datang ke Indonesia. Bahkan ketika Borobudur masuk dalam salah satu tujuh keajaiban dunia, kenapa kita tidak merasa bangga? Kok malah nyinyir? 

Sedih lho... bahkan ketika kemarin mengumumkan tentang agenda wisata sekolah bulan Januari 2020 nanti salah satu objeknya adalah ke Candi Borobudur. Saya mendapati komentar murid saya begini...

“Mau nonton apa to buuuuuuu, kok perginya ke Candi Borobudur?”

Hancur.... hancur hati saya! Ketika mereka tampak tidak tertarik untuk kunjungan ke Candi Borobudur. Ketika mereka nantinya harus meneruskan masa depan bangsa ini salah satunya cerita tentang kekayaan Indonesia yang memiliki banyak candi bersejarah. Saya sebagai guru merasa bahwa ini tidak bisa dibiarkan. Jika bukan mereka yang mengagumi kekayaan budaya Indonesia, lalu siapa? Jika mereka tidak bisa melestarikan keberadaan candi dan cagar budaya lainnya, lalu siapa?

Maka dari itu,saya ingin seperti Bu Iriyani dulu dimana memberikan pegalaman kisah yang akan anak-anak ingat. Tapi kalau boleh saya memberikan pandangan atau usulan, ini loh bisa kita coba terapkan ke anak-anak di sekolah. Seperti :

  • Memasukkan muatan sejarah melalui media dongeng yang disampaikan di saat kegiatan belajar mengajar. Saya percaya dengan mendongeng, selain untuk menyampaikan cerita, kita akan lebih mudah menyampaikan pesan yang hendak kita tujukan kepada murid. Dengan mendongeng ini pula, anak-anak akan muncul rasa penasaran terhadap legenda tentang Roro Jonggrang, Sidharta Budha Gautama, atau tentang Ratu Baka misalnya.


  • Dalam pembelajaran sehari-hari, kaitkan dengan media digital mengenai infografis tentang sebuah candi atau situs bersejarah lainnya. Permainan gambar dan warna terlebih melalui media digital dapat menarik perhatian mereka. Dengan begitu selain dengan komposisi warna dan gambar, anak juga mendapatkan informasi mengenai cagar budaya Indonesia.

  • Lakukan langkah sederhana dengan pembiasaan literasi sebelum jam pelajaran. Syukur-syukur ada sumber bacaan yang berkaitan dengan kekayaan cagar budaya di Indonesia. Atau bisa juga melakukan literasi digital dengan anak mengumpulkan hasil browsing tentang legenda ataupun kisah lainnya lengkap dengan sumber yang mereka dapatkan. Dilaporkan dengan membaca di depan kelas sehingga teman-temannya bisa ikut menyimak.
dokumen pribadi. Literasi sekolah


  • Mengadakan penghijauan di area wisata candi yang tampak gersang. Memang area candi seringnya panas karena kurangnya tempat berteduh, akan tetapi dengan diadakannya program penghijauan area candi terasa lebih sejuk. Sehingga tidak akan lagi ada komentar “Males ah... di Candi kan panas!”. Seperti kegiatan penghijauan di area candi yang pernah saya ikuti. Silakan baca disini dan disini
dokumen pribadi : reboisasi di area Candi Prambanan


  • Studi visit wajib ke candi dengan tugas yang menyertai mereka. Tidak hanya sekedar berswafoto, berikan tanggung jawab kepada mereka untuk menuliskan portofolio yang berisi tentang sejarah candi maupun pengalaman mereka berdasarkanhasil pengamatan langsung. 


  • Saat berkunjung ke candi, gunakan juga jasa tour guide sehingga anak-anak tidak hanya melihat bangunan candinya saja. Tetapi mendapatkan penjelasan langsung dari pemandu wisata, sehingga cerita yang terdapat dalam relief bisa dimengerti.


  • Terpenting adalah bagaimana kita sebagai guru bisa memotifasi anak-anak untuk lebih mencintai warisan budaya Indonesia. Dengan sering mengisahkan tentang kekayaan Indonesia, mengajak dan meneladani mereka untuk lebih menghargai peninggalan sejarah dan cerita yang ada, dan memperlihatkan bahwa kekayaan warisan budaya menjadi daya tarik asing untuk dipelajari. Sebagai warga Indonesia kita jangan sampai kalah.


Bukan hal sulit sebenarnya untuk menjaga dan melestarikan cagar budaya Indonesia.  Bahkan tidak hanya diterapkan saat ke candi, melainkan di museum, monumen, keraton, dan cagar budaya lainnya. Tinggal kita sendiri MAU atau TIDAK untuk mengajak mereka lebih peduli dalam menjaganya. Jangan sampai anak cucu kita hanya sebatas mendengar cerita saja. Kita jaga, kita lestarikan karena cagar budaya inilah yang membuat Indonesia lebih indah.

Ayo ikuti kompetisi "Blog Cagar Budaya Indonesia : Rawat atau Musnah!" dan ceritakan keunikan atau ide kalian supaya kelestarian cagar budaya tetap terjaga untuk anak cucu kita.



sumber : 
https://id.wikipedia.org/wiki/Siddhartha_Gautama#Kelahiran
https://id.wikipedia.org/wiki/Bodhi_(pohon)
https://phinemo.com/fakta-mengejutkan-di-balik-candi-borobudur/



  • Share:

You Might Also Like

0 comments

Silahkan tinggalkan jejak di blog guru kecil ya. Mohon untuk tidak memberikan LINK HIDUP dalam kolom komentar. Jika memang ada,komen akan di hapus. Terimakasih;)