Akhirnyaaaaa, Lepas KB IUD Sama Dokter Anita!!!!
By Chela Ribut Firmawati - March 05, 2019
Akhirnyaaaaa, Lepas KB IUD!!!! ~ Pekan lalu saya kembali bertemu dengan dokter Anita di poli kandungan RS. Yakuum Purwodadi. Dokter spesialis kandungan yang memang mengetahui riwayat kehamilan bahkan riwayat keluhan kb yang saya alami. Mungkin karena memang sudah cocok kali ya, ngantri sampai malam-pun rela dijabanin asal ditemenin sama papa. Tapi, kunjungan kali ini bukan untuk kontrol kb melainkan kebulatan tekad saya untuk segera melepas IUD meski belum waktunya untuk lepas.
Kok lepas KB? iya, memang sudah jadi wacana kami semenjak Intan berusia tepat tiga tahun. Itu artinya sejak bulan September 2018 obrolan kami memang sudah sering membahas untuk melepas KB IUD yang bersarang di mulut rahim saya ini. Hanya saja realisasinya selalu meleset, entah yang takutlah, uangnya belum ada lah, dan angot-angotan aja ketemu alat cocor bebeknya.
Yakin sudah mantab? Insyaallah....Sampai bertemu di depan dokter Anita saya masih dengan kemantaban hati untuk melepas kb. Cuma bedanya, ketika cek di bidan saya bisa santai banget. Belum masuk ruangan periksa saya sudah gugup dan semakin gugup saat bertemu dokter Anita. "Yakin nih baru tiga tahun IUD nya mau di copot?" pertanyaan pembuka yang terlontar oleh Dokter Anita ketika saya baru saja nempelin pantat di kursi pasien.
Papa tetap dengan style andalannya yaitu diam sambil tersenyum hahaha.
Tidak bisa dengan Bidan, Harus dengan Dokter Anita (Lagi)
Sabtu sore sebelum bertemu dengan Dokter Anita, saya datang ke Bu Tari bidan yang sering ke sekolah. Tujuannya sama yaitu lepas IUD dan testimoni katanya melepas di bidan biayanya lebih murah. Sudah konsultasi juga itu dan sudah terjadi adegan "merogoh" benang IUD. Yang terjadi adalah Bu Tari tidak menemukan benang IUD nya karena memang dipotong habis oleh dokter Anita.
waaa.... mubadzir donk linu buat ngangkangnya. wkwkwkwkwk.....
Sebenarnya dipaksapun bisa, akan tetapi Bu Tari tidak berani dengan resiko yang nantinya justru membahayakan saya. Beliau menyarankan untuk kembali ke Dokte Anita dan yaaaa... sayapun menyetujuinya. Berhadapan lagi dengan alat cocor bebeknya.
Ribetnya mau pakai BPJS
Iya memang saya punya BPJS mandiri dan maaf saja kalau rada sombong bahwa papa jarang dan bahkan tidak pernah nunggak bayarnya. Sehingga papa menyarankan untuk mencoba menggunakan BPJS untuk lepas KB.
Saya cuma bisa menurut dengan kekhawatiran hasilnya akan nihil. Ternyata benar juga, di faskes tingkat pertama saya menanyakan prosedurnya dan sungguh ribet sekali, marimaaaarrrrrrrrr. Kagetnya adalah kerjasamanya tidak langsung dengan pihak rumah sakit dimana Dokter Anita praktek. Saya akan di arahkan ke salah seorang bidan di daerah Depok dan itu cukup jauh sih. Karena memang kerjasama Klinik Simpang Lima husada itu dengan Bidan Lami Depok.
Masih dengan upaya merayu supaya bisa memperoleh rujukan, dan ternyata memang tidak bisa. Akhirnya saya dan papa memutuskan untuk langsung ke Yakkum dengan mengganti dari BPJS ke Umum. Dengan resiko harus siap dengan nominal yang akan diberikan oleh mbak kasir. hahaha.
Dan BPJS saya kembali tersemat rapi di dompet, boskuhhhhh 😎
Muntah Hebat dan Nyeri pasca IUD terlepas. KAPOK!!!!!
Saya grogi, keringat dingin keluar, tangan gemetaran dan harus menahan malu saat duduk di "kursi pesakitan". Horornya suara gemercak alat cocor bebek, gunting panjang dan penjepit yang terdengar menambah getaran detak jantung saya. SAKIT, itu yang saya rasakan. "tahan ya,,, ini akan terasa mual sedikit" kode dokter Anita. Terdengar lebay tapi saya merintih kesakitan karena cukup sulit mengeluarkan IUD dari mulut rahim saya.
"Nah... ini diaaa!!!" sambil memperlihatkan Nova T yang kondisinya masih bagus ternyata. Lega, tapi saya merasakan nyeri hebat di perut bagian bawah. Pegel ada, nyeri melebihi nyeri haid, mual dan lemes seketika. Tak berselang lama, saya muntah hebat dan perut serasa di kuras sampai akhirnya perawat memasukkan obat pereda nyeri melalui dubur.
Pelan... pelan sekali saya menggerakkan badan ini dan sangat kaget karena seperti ada darah yang keluar dari vagina. Penjelasan dokter Anita memang efek pelepasan IUD adalah nyeri dan akan ada pendarahan sedikit. Ditambah ada peradangan karena jamur yang menyebabkan keputihan. Sampai saya sudah merasa cukup kuat untuk bergerak, dengan wajah pucat saya kembali duduk di kursi pasien dan "ndak mau pakai IUD lagiiiiii"yang terucap dari mulut ini.
Saran Untuk Menggunakan KB lainnya
IUD memang tergolong KB non hormonal, dimana dalam pemakaiannya ternyata siklus haid saya terbilang lancar. Pesan Dokter Anita adalah kalau ingin menunda kehamilan kami disarankan untuk KB pil atau kondom. Menyoal itu, kami masih belum ada obrolan lagi sih. hahahaha...
Habis berapa jadinya?
Penasaran ni yeeeeee... wkwkwkwkwk. Sebenarnya saat menunggu antrian di loket pembayaran juga sambil asyik WA sama Miss Retno. Setelah dipanggil saya kirim foto nota pembayaran dan tercenganglah dia. Untuk lepas KB dan juga obatnya saya dikenakan biaya Rp 590.000,00. Biaya itu sudah mencakup semuanya seperti pendaftaran, USG, tindakan dokter dan obat.Hampir sama saat pasang KB juga sih. Mahal nggak??? yaaa...lumayan. wkwkwkwk.
Sudah siap hamil, donk?
Siap ndak siap dan sedikasihnya saja sama Allah. Kalaupun dikasih hamil lagi ya alhamdulillah. Memang papa sebenarnya masih agak keberatan untuk menambah anak, tapi disisi lain saya sendiri merasa tidak nyaman dengan efek keputihan yang cukup menganggu ini.
Tapi memang ada keinginan dalam diri saya untuk segera hamil lagi sebelum usia saya 30 tahun. Pertimbangannya adalah mengingat usia papa sudah 33 tahun, ibu dan bapak sudah minta nambah cucu, dan Intan juga sudah sering nanya "di perut mama sudah ada adek bayi belum?"hahahaha..
Yakin nih, sudah ada tabungan sekolah anak? Soal itu, alhamdulillah ada dan memang kami menunda untuk menyekolahkan Intan di tahun ajaran baru nanti. Jadi untuk biaya sekolah Insyallah akan tetap kami upayakan dan dengan biaya lainnya. Realistis iya tapi saya tetap percaya bahwa Allah telah menjamin rezeki setiap makhluk. Yang penting bagaimana ikhtiar dan doa kita.
Jadi, doakan kami selalu ya manteman. Efek nyeri sudah hilang dan sekarang malah lagi mens. Sedikit cerita pengalaman lepas KB dengan Dokter kesayangan saya. Kali aja ada yang pengen nanya bahkan cerita bisa lohh komen-komen. Sekian... Byeeeeee ~~~~~~~~
Papa tetap dengan style andalannya yaitu diam sambil tersenyum hahaha.
Tidak bisa dengan Bidan, Harus dengan Dokter Anita (Lagi)
Sabtu sore sebelum bertemu dengan Dokter Anita, saya datang ke Bu Tari bidan yang sering ke sekolah. Tujuannya sama yaitu lepas IUD dan testimoni katanya melepas di bidan biayanya lebih murah. Sudah konsultasi juga itu dan sudah terjadi adegan "merogoh" benang IUD. Yang terjadi adalah Bu Tari tidak menemukan benang IUD nya karena memang dipotong habis oleh dokter Anita.
waaa.... mubadzir donk linu buat ngangkangnya. wkwkwkwkwk.....
Sebenarnya dipaksapun bisa, akan tetapi Bu Tari tidak berani dengan resiko yang nantinya justru membahayakan saya. Beliau menyarankan untuk kembali ke Dokte Anita dan yaaaa... sayapun menyetujuinya. Berhadapan lagi dengan alat cocor bebeknya.
Ribetnya mau pakai BPJS
Iya memang saya punya BPJS mandiri dan maaf saja kalau rada sombong bahwa papa jarang dan bahkan tidak pernah nunggak bayarnya. Sehingga papa menyarankan untuk mencoba menggunakan BPJS untuk lepas KB.
Saya cuma bisa menurut dengan kekhawatiran hasilnya akan nihil. Ternyata benar juga, di faskes tingkat pertama saya menanyakan prosedurnya dan sungguh ribet sekali, marimaaaarrrrrrrrr. Kagetnya adalah kerjasamanya tidak langsung dengan pihak rumah sakit dimana Dokter Anita praktek. Saya akan di arahkan ke salah seorang bidan di daerah Depok dan itu cukup jauh sih. Karena memang kerjasama Klinik Simpang Lima husada itu dengan Bidan Lami Depok.
Masih dengan upaya merayu supaya bisa memperoleh rujukan, dan ternyata memang tidak bisa. Akhirnya saya dan papa memutuskan untuk langsung ke Yakkum dengan mengganti dari BPJS ke Umum. Dengan resiko harus siap dengan nominal yang akan diberikan oleh mbak kasir. hahaha.
Dan BPJS saya kembali tersemat rapi di dompet, boskuhhhhh 😎
Muntah Hebat dan Nyeri pasca IUD terlepas. KAPOK!!!!!
Saya grogi, keringat dingin keluar, tangan gemetaran dan harus menahan malu saat duduk di "kursi pesakitan". Horornya suara gemercak alat cocor bebek, gunting panjang dan penjepit yang terdengar menambah getaran detak jantung saya. SAKIT, itu yang saya rasakan. "tahan ya,,, ini akan terasa mual sedikit" kode dokter Anita. Terdengar lebay tapi saya merintih kesakitan karena cukup sulit mengeluarkan IUD dari mulut rahim saya.
"Nah... ini diaaa!!!" sambil memperlihatkan Nova T yang kondisinya masih bagus ternyata. Lega, tapi saya merasakan nyeri hebat di perut bagian bawah. Pegel ada, nyeri melebihi nyeri haid, mual dan lemes seketika. Tak berselang lama, saya muntah hebat dan perut serasa di kuras sampai akhirnya perawat memasukkan obat pereda nyeri melalui dubur.
Pelan... pelan sekali saya menggerakkan badan ini dan sangat kaget karena seperti ada darah yang keluar dari vagina. Penjelasan dokter Anita memang efek pelepasan IUD adalah nyeri dan akan ada pendarahan sedikit. Ditambah ada peradangan karena jamur yang menyebabkan keputihan. Sampai saya sudah merasa cukup kuat untuk bergerak, dengan wajah pucat saya kembali duduk di kursi pasien dan "ndak mau pakai IUD lagiiiiii"yang terucap dari mulut ini.
Saran Untuk Menggunakan KB lainnya
IUD memang tergolong KB non hormonal, dimana dalam pemakaiannya ternyata siklus haid saya terbilang lancar. Pesan Dokter Anita adalah kalau ingin menunda kehamilan kami disarankan untuk KB pil atau kondom. Menyoal itu, kami masih belum ada obrolan lagi sih. hahahaha...
Habis berapa jadinya?
Penasaran ni yeeeeee... wkwkwkwkwk. Sebenarnya saat menunggu antrian di loket pembayaran juga sambil asyik WA sama Miss Retno. Setelah dipanggil saya kirim foto nota pembayaran dan tercenganglah dia. Untuk lepas KB dan juga obatnya saya dikenakan biaya Rp 590.000,00. Biaya itu sudah mencakup semuanya seperti pendaftaran, USG, tindakan dokter dan obat.Hampir sama saat pasang KB juga sih. Mahal nggak??? yaaa...lumayan. wkwkwkwk.
Sudah siap hamil, donk?
Siap ndak siap dan sedikasihnya saja sama Allah. Kalaupun dikasih hamil lagi ya alhamdulillah. Memang papa sebenarnya masih agak keberatan untuk menambah anak, tapi disisi lain saya sendiri merasa tidak nyaman dengan efek keputihan yang cukup menganggu ini.
Tapi memang ada keinginan dalam diri saya untuk segera hamil lagi sebelum usia saya 30 tahun. Pertimbangannya adalah mengingat usia papa sudah 33 tahun, ibu dan bapak sudah minta nambah cucu, dan Intan juga sudah sering nanya "di perut mama sudah ada adek bayi belum?"hahahaha..
Yakin nih, sudah ada tabungan sekolah anak? Soal itu, alhamdulillah ada dan memang kami menunda untuk menyekolahkan Intan di tahun ajaran baru nanti. Jadi untuk biaya sekolah Insyallah akan tetap kami upayakan dan dengan biaya lainnya. Realistis iya tapi saya tetap percaya bahwa Allah telah menjamin rezeki setiap makhluk. Yang penting bagaimana ikhtiar dan doa kita.
Jadi, doakan kami selalu ya manteman. Efek nyeri sudah hilang dan sekarang malah lagi mens. Sedikit cerita pengalaman lepas KB dengan Dokter kesayangan saya. Kali aja ada yang pengen nanya bahkan cerita bisa lohh komen-komen. Sekian... Byeeeeee ~~~~~~~~
1 comments
baca cerita mbak chela, aku makin mantap gak akan pakai IUD. Hahaha.
ReplyDeleteSetuju banget mbak. Realistis tetep harus, tapi juga gak boleh lupa kalo Allah menjamin rejeki tiap makhluk. Aku juga udah pengen nambah sebelum usia 30 tahun. hehe
Silahkan tinggalkan jejak di blog guru kecil ya. Mohon untuk tidak memberikan LINK HIDUP dalam kolom komentar. Jika memang ada,komen akan di hapus. Terimakasih;)