Suka Duka Mengajar dengan Kurikulum 2013

By Chela Ribut Firmawati - January 01, 2019

Suka Duka Mengajar dengan Kurikulum 2013 ~Yes!!!! besok sudah masuk sekolah lagi, itu artinya aku harus kembali meninggalkan INtan barang setengah hari, ketemu anak-anak dan kembali menerima kenyataan bahwa aku mengajar dengan kurikulum 2013. 

Hah, kurikulum 2013? sebenarnya ada apa sih dengan dia? sebegitunya banget semacam momok menakutkan bagi para guru. Bahkan banyak juga sih kabar yang mengambing hitamkan si kurikulum ini. "Seorang guru terkena serangan jantung mendadak karena mengerjakan penilaian kurikulum 2013". Bahkan nih, setiap pembagian kelas juga bagi sekolah yang menerapkan kurikulum 2013 akan terjadi saling lempar. Dia aja lah yang masih muda, Ah enak aja situ yang PNS. hahhaha. njirrrr

Emang sih tahun 2014 sebenarnya kurikulum ini sudah dilaksanakan. Namun begitu berjalan satu semester, di era pak Anies Baswedan menjabat sebagai menteri pendidikan, kurikulum 2013 ini dihentikan dan kembali menerapkan kurikulum 2006. Hanya saja sekolah yang dianggap sekolah unggulan dianjurkan menerapkan secara berkala mulai dari kelas 1 dan 4, kemudian tahun berikutnya kelas 2 dan 5, tahun berikutnya lagi kelas 3 dan 6. Di Purwodadi sendiri baru SD 4 dan 12 yang sudah menerapkan dari jenjang kelas 1 sampai 6.

Nah kalau sekolahku memang baru tahun ke dua dimana tahun ini giliran kelas 2 dan 5, sebelumnya baru kelas 1 dan 4 yang menerapkan Kurikulum 2013. Untuk kelas lainnya masih menggunakan kurikulum 2006. Toh pada akhirnya akan menggunakan kurikulum 2013 meskipun secara berkala. Hanya saja heran banget sih aku sebagai guru, bisa ya di sebuah negara masih berlaku 2 kurikulum yang berjalan bersamaan. Ibaratnya elu jalan sama cowok lu eh jalan juga sama gebetan lu. wkwkwkw. 

Lalu, ada kesan nggak sih selama satu semester ini menggunakan kurikulum 2013? Wah ya jelas ada donk, masa engga ada. Kesannya macem-macem sih yang nempel, kalau boleh jujur sih banyak gelagepannya gitu. Selama ini memang mengajar dengan kurikulum lama itu zona ternyaman banget, lha sekarang realitanya.... 

🙊 pembelajarannya menjadi tematik terintegrasi

🙊 Dalam buku tematik siswa, sangat minim penjabaran materi ajaran sesuai muatan pelajaran. 

🙊 Setiap bulan harus tuntas satu tema, sementara menyesuaikan ritme pembelajaran aja masih grepe-grepe

🙊 Di buku guru memang ada panduan metode pembelajaran, hanya saja kadang kurang sesuai untuk di terapkan. 

🙊 Managemen waktunya masih amburadul banget. Tema belum selesai kadang sudah datang waktu untuk PTS atau PAS. 

🙊 Materi belajar yang diterima siswa hanya terkesan sekilas saja

🙊 Proses penilaian yang lebih rumit..mit..mit.


Tapi dari sisi anak-anak justru sebaliknya.Ini berdasarkan pengamatan ke muridku sendiri kelas 5. Mungkin akan berbeda dengan siswa kelas bawah.

🙊 Mereka terlihat heppi setiap pembelajaran karena proses pembelajaran terkesan menyenangkan dan lebih belajar secara mandiri

🙊 Nggak perlu membawa beban berat di tas. cukup buku tema, LKS, dan buku tulis saja.

🙊 Kalaupun bosen tematik, mereka bisa memilih mata pelajaran lainnya untuk gantinya. 

🙊 Cara belajar anak-anak menjadi lebih beragam dengan bantuan dari buku ajar ataupun mereka browsing di internet. 

🙊 Mereka merasakan ribetnya koreksi pembelajaran tematik karena harus memisahkan per KD. Ya karena memang aku selalu mengajak anak-anak untuk koreksi selepas ulangan.

🙊 Mungkin karena karakter anaknya sendiri, di kurikulum 2013 anak-anak jadi lebih percaya diri untuk mengemukakan pendapatnya saat pembelajaran berlangsung. 


Memang sih perlu banyak pembenahan di sistem pendidikan negeri ini. Terlebih dengan diimplementasikannya Kurikulum 2013, kalaupun ada peninjauan sebenarnya tidak berjalan mulus lho. Bayangkan saja, buku siswa untuk kelas 5 saja barru datang sekitar 2 bulan pasca masuk hari pertama. Disaat pembelajaran sudah masuk di tema 2, eh buku cetak belum juga datang. 

Begitupun perangkat pembelajarannya. Meskipun ada di internet, terkadang format yang ada justru berbeda. Seperti buku daftar nilai juga beda banget, sampai akhirnya kami mengambil langkah untuk membuat daftar nilai sendiri per KD dengan format excel. 

Mau nggak mau memang dengan adanya kurikulum 2013 guru dituntut untuk lebih kreatif dan cekatan menghadapi kendala yang ada di lapangan. Jadi wajar lah ya kalau terkadang guru merasa lelah, kebijakan teoritis eh yang renes yang PNS aja. hahaha.. kasihan atulah yang honorer. beban kerja sama tapi gaji masih minimalis. wkwkwkw.. balik kesitu lageeeeeeeeeee. Kalau disuru memilih antara kurikulum 2013 atau kurikulum 2006, aku lebih memilih kurikulum 2006 aja lah. Tapi adanya seperti ini ya dinikmati saja dulu. 

Sudah dulu lah curhatnya, kita lanjut dengan cerita apa lagi yang akan saya dapatkan di semester dua nanti. Besok sekolah.... uuu senangnya!

  • Share:

You Might Also Like

3 comments

  1. Rumit banget ya? Sejak sekolah anakku pakai, aku dah jarang tanya2, aku nggak paham heheee. Cuma kadang tanya sama teman karibku lebih paham. Selebihnya pasrah.

    ReplyDelete
  2. Komiknya gak sekalian dipajang?
    🤣🤣

    ReplyDelete
  3. Kurikulum nih emang bikin sewot mamak2 juga eeaaa, bener banget loh kurukulum nih menuntun guru dan siswa untuuk lebih kreatif, yeee..

    ReplyDelete

Silahkan tinggalkan jejak di blog guru kecil ya. Mohon untuk tidak memberikan LINK HIDUP dalam kolom komentar. Jika memang ada,komen akan di hapus. Terimakasih;)