Ketika Sudut Kota Jogja Mendadak Nostalgic

By Chela Ribut Firmawati - December 03, 2018


Ketika Sudut Kota Jogja Mendadak Nostalgic ~ Di perjalanan menuju senja hari itu, suasana mendung bahkan setitik dua titik air turun dari langit. Menyusuri jalur Parangtritis menuju Solo. Hingga melintasi fly over dimana tak begitu jauh tampak sebuah bangunan tinggi bertuliskan "Ambarukmo Plaza". Reflek mulutku berucap "jalanan ini... kala itu... bersama dia". Di suasana yang sama persis seperti yang aku alami saat itu. 


Tanpa aku sadari, pak sopir yang berada tepat di sebelahku ternyata mendengar aku berguman. "pernah lewat sini, bu?" hahaha. Aku membalasnya dengan tertawa sekaligus pikiranku berkelana menuju ingatan yang sebenarnya sudah aku simpan dalam-dalam. 

Mungkin ini dinamakan gagal move on, tapi buatku setiap perjalanan hidup memang ada kalanya kita untuk mengenang. Bukan dengan orangnya bahkan perasaan yang dulu pernah mampir di hati masing-masing. Tapi tentang suatu waktu yang entah mengapa saat itu aku pernah mengalami juga. Jika waktu bisa kembali lagi seperti di serial doraemon, maunya sih nggak mengalami kejadian menyedihkan di waktu sebelumnya.

Tapi kan, namanya hidup pastilah ada satu masa dimana kita harus bisa mengambil hikmah dari yang dialami sebelumnya. 

Iya bener memang. Nyatanya aku bukan lagi di saat semua kejadian itu berlangsung. Nyatanya aku kembali menyusuri sudut Jogja dengan orang lain, bahkan cerita yang terukir juga lain. Lalu, kenapa juga mendung dan gerimis hari itu membuat hatiku mellow! Salahin aja Jokowi!!! Semua salah Jokowi kan?! hahahaha.

Dan ya, aku pernah menangis di pinggir jalan hanya karena menyesali sebuah perpisahan. Akupun pernah berbahagia sepanjang jalanan Malioboro dengan janji manis menikah di usia 24 tahun. Akupun pernah mengukir namaku dan namanya di pasir Pantai Parangtritis. Kala itu semuanya indah, tapi indah yang hanya sesaat. 



Kenyataannya, Jogja tak selalu menyimpan kenangan nostalgia yang menyedihkan. Ada saat harus pulang malam dan menembus dinginnya udara Jogja - Salatiga dengan teman kos Galasri. Ada saat aku sengaja kabur dari rumah demi bermalam di rumah teman blogger untuk mengembalikan suasana hati. Ada kalanya di Jogja aku datang dengan muridku yang tiap tahunnya ganti namun objeknya tetap sama. Ada kalanya aku mengingat kebersamaan bapak dan ibu sambil bercerita tentang sejarah perjuangan di museum Dirgantara.


Tetiba Jogja menjadi nostalgic banget. Dan entahlah Jogja memiliki magnet dengan kekuatan maha dahsyat sehingga membuatku ingin ke sana lagi dan lagi. Dengan papa, Intan dan siap mengukir cerita indah lainnya. 

Menulis ini, aku sengaja memberikan kesempatan diriku, ingatanku dan hatiku untuk berkelana menyusuri lorong waktu yang ku simpan dalam sudut hati paling gelap. Hingga saatnya tiba, kenangan itu harus kembali menempati ruangnya dan bersemayam rapi di dalam hati. 

Karena bahagia kita yang ciptakan, karena bahagia itu kini harus aku jalani dan ukir bersama papa, Intan dan teman-teman yang mencintaiku. Karena bahagia itu pilihan, maka aku memilih untuk bahagia.

Jogja, terimakasih untuk magnet nostalgiamu. Aku lega~
Matursuwun Gusti... 



Purwodadi, 
menuju tengah malam yang ditemani dingin dan suara kipas angin.

  • Share:

You Might Also Like

0 comments

Silahkan tinggalkan jejak di blog guru kecil ya. Mohon untuk tidak memberikan LINK HIDUP dalam kolom komentar. Jika memang ada,komen akan di hapus. Terimakasih;)