Jadi Guru Kelas 5 SD itu Seru dan Menantang

By Chela Ribut Firmawati - December 17, 2018



Jadi Guru Kelas 5 SD itu Seru dan Menantang ~ Tujuh tahun mengajar di sekolah dasar memang roler coasternya itu naik turun. Awal mula masuk memang masih sebatas mengajar mata pelajaran yaitu SBK. Setengah tahun menunggu akhirnya pijakan awal terjun langsung di lingkungan sekolah, aku dipercaya untuk menjadi wali murid kelas dua. FYI, tingkatan sekolah dasar memang ada pengelompokan berdasarkan jenjang kelas. Yaitu jenjang kelas bawah meliputi kelas 1, 2, 3 sedangkan jenjang kelas atas meliputi kelas 4, 5, dan 6. 


Tahun ajaran ketiga aku berada di SD tempat mengajar saat itu, kepala sekolah langsung memberikan tanggung jawab di kelas 5. Sebenarnya saat itu merasa agak keberatan karena kelas lima adalah pusatnya kegiatan kesiswaan termasuk lomba di bidang akademis. Paham donk ya karena masih minim pengalaman mengajar, harus mengemban tugas di kelas lima. Seiring berjalannya waktu, kok aku jadi keterusan mengajar kelas atas yaitu di kelas lima.

Dirasa-rasain memang ngajar anak-anak kelas lima itu seru banget. Usia anak kelas lima bisa dikatakan bukan lagi usia kanak-kanak, melainkan usia menuju pra remaja. As you know, anak pra remaja zaman sekarang sudah tentu berbeda di zaman aku sekolah dulu. Yang dulunya masih malu-malu untuk naksir temen sebangku, sekarang malah seperti udah biasa aja comblangin teman sendiri.
Dibandingkan mengajar anak kelas bawah, mengajar kelas atau itu seru dan menantang. Seperti :

*Pertama, Teman curhat
Jika di kelas bawah, sosok guru kelas itu ibarat seorang ibu atau bapak di kelas. Hal seperti ini berlaku juga di kelas atas namun perannya bertambah yaitu sebagai teman curhat. Tidak mudah memang menemukan anak yang open  untuk menceritakan uneg-unegnya, tapi sejauh pengalaman 3 tahun di kelas lima curhat colongan di sela pembelajaran itu pasti ada. Dan mendapati curhat anak-anak rasanya hati kok seneng banget.

*Kedua, Menakhlukkan beban materi kelas 5
Mengajar kelas atas dari beberapa testimony memang bisa bikin otak lebih encer. Karena mau nggak mau muatan pelajaran kelas lima membuat kita belajar lagi dan lagi. DI kurikulum 2006, beban pelajaran kelas 5 bisa dikatangan sangat banyak. Sementara di Kurikulum 2013 juga banyak hanya saja di rangkum dalam pembelajaran tematik. Ditambah banyaknya agenda materi lomba seperti OSN, LCC, LCC Pramuka, sampai dokter kecil. Pembagian tugas sih memang ada, tetapi untuk lomba mata pelajaran tetap menjadi tanggung jawab guru kelasnya.

*Ketiga, Satpam Keliling
“Irfan, besok rambutnya di potong!”

“Kerjakan sendiri ulangannya, jangan lirik kanan kiri!"

“Rama, kenapa buang sampahnya nggak di tempat sampah? Ambil dan buang ke tempat sampah!”

“Coba lihat mana kukunya, yang panjang dan hitam siap di hukum!”sambil berputar mengelilingi meja siswa satu per satu.

“Yang bajunya tidak rapi, ikat pinggang tidak dipakai harus siap dengan ikat pinggang dari raffia!”

Begitulah kalau aku harus berperan sebagai satpam kelas setiap harinya. Ada aja anak yang bajunya nggak rapi, lupa memakai setangan leher, bahkan yang nggak gosok gigi juga ada.

*Keempat, Komentator Paling Cerewet
Aku mengakui bahwa memang diriku ini cerewet terlebih untuk mendisiplinkan mereka. Baik dari tugas-tugas harian, tugas rumah atau bahkan kebiasaan kecil tapi justru sering banget di sepelekan.
Mendapati laporan bahwa Rizky sering main game mobile legend dan sampai lupa waktu tidak berangkat mengaji. Sudah jelas akan aku beri pengarahan panjang yang bukan hanya di tujukan kepada Risky tapi juga untuk teman sekelasnya.

“Coba deh Nay, jilbabnya di bikin model seperti ini pasti kamu terlihat cantik dan rapi!” sambil mengikat jilbab Naila. 

“Lain kali rambutnya jangan di warnai seperti ini ya, selain melanggar aturan juga memang lebih baik rambut untuk anak sekolah itu warnanya hitam.”

*Kelima, Teman Berpetualang
Percaya atau tidak, membangun chemistry dengan anak-anak itu memang membutuhkan peran kita untuk terjun ke lapangan bersama mereka. Serunya sebagai teman berpetualang ini bisa kami dapatkan ketika kami melaksanakan pembelajaran di luar kelas. Seperti belajar di tanggul irigasi belakang sekolah, mendampingi anak-anak dalam kegiatan pramuka, bahkan mendampingi mereka saat kegiatan study visit di luar kota. 

Berada di tempat baru tidak semua anak bisa beradaptasi dengan mudah. Untuk mencairkan suasana dan membangun kepercayaan diri mereka biasanya mereka akan mengeluarkan jurus “ngikut bu guru aja lah..”. Jadi kalau dikerubungi atau bahkan diikuti sama anak-anak bagi seorang guru itu hal lumrah. 

Memang tantangan mengajar kelas 5 SD itu mereka dalam fase pra remaja. Artinya bersikap sepenuhnya galak ke murid bukanlah menjadi solusi tepat. Seperti bermain layangan yaitu ada saat di tarik ada saatnya juga di ulur. Dengan catatan seorang guru harus tetap menjaga wibawanya di depan siswa. Sekalinya dekat dengan siswa, jangan sampai siswa menjadi kelewat control atau urakan ke guru. Karena terus bersikap keras ke anak takutnya akan membuat mereka seolah kebal dan tidak menghargai guru. Justru tegas namun dengan penuh kasih menurutku bisa menaklukan hati mereka.

Masih mengira menjadi seorang guru sekolah dasar apalagi kelas 5 itu mudah? Selain harus memecahkan bobot materi pembelajaran dengan tingkatan lumayan berat dan sangat banyak, kita juga harus bisa menaklukan mereka yang terus tumbuh menjadi calon ABG. Tapi sejauh ini aku masih merasa nyaman dan seru, jadi memang zona aman mengajarku di kelas atas.

  • Share:

You Might Also Like

0 comments

Silahkan tinggalkan jejak di blog guru kecil ya. Mohon untuk tidak memberikan LINK HIDUP dalam kolom komentar. Jika memang ada,komen akan di hapus. Terimakasih;)