Jadi Guru Kelas 5 SD itu Seru dan Menantang ~ Tujuh tahun mengajar di sekolah dasar memang roler coasternya itu naik turun. Awal mula masuk memang masih sebatas mengajar mata pelajaran yaitu SBK. Setengah tahun menunggu akhirnya pijakan awal terjun langsung di lingkungan sekolah, aku dipercaya untuk menjadi wali murid kelas dua. FYI, tingkatan sekolah dasar memang ada pengelompokan berdasarkan jenjang kelas. Yaitu jenjang kelas bawah meliputi kelas 1, 2, 3 sedangkan jenjang kelas atas meliputi kelas 4, 5, dan 6.
Tahun
ajaran ketiga aku berada di SD tempat mengajar saat itu, kepala sekolah
langsung memberikan tanggung jawab di kelas 5. Sebenarnya saat itu merasa agak
keberatan karena kelas lima adalah pusatnya kegiatan kesiswaan termasuk lomba
di bidang akademis. Paham donk ya karena masih minim pengalaman mengajar, harus
mengemban tugas di kelas lima. Seiring berjalannya waktu, kok aku jadi
keterusan mengajar kelas atas yaitu di kelas lima.
Dirasa-rasain
memang ngajar anak-anak kelas lima itu seru banget. Usia anak kelas lima bisa
dikatakan bukan lagi usia kanak-kanak, melainkan usia menuju pra remaja. As you know, anak pra remaja zaman
sekarang sudah tentu berbeda di zaman aku sekolah dulu. Yang dulunya masih
malu-malu untuk naksir temen sebangku, sekarang malah seperti udah biasa aja
comblangin teman sendiri.
Dibandingkan
mengajar anak kelas bawah, mengajar kelas atau itu seru dan menantang. Seperti
:
*Pertama, Teman curhat
Jika di
kelas bawah, sosok guru kelas itu ibarat seorang ibu atau bapak di kelas. Hal
seperti ini berlaku juga di kelas atas namun perannya bertambah yaitu sebagai
teman curhat. Tidak mudah memang menemukan anak yang open untuk menceritakan
uneg-unegnya, tapi sejauh pengalaman 3 tahun di kelas lima curhat colongan di
sela pembelajaran itu pasti ada. Dan mendapati curhat anak-anak rasanya hati
kok seneng banget.
*Kedua, Menakhlukkan beban materi kelas 5
Mengajar
kelas atas dari beberapa testimony memang bisa bikin otak lebih encer. Karena
mau nggak mau muatan pelajaran kelas lima membuat kita belajar lagi dan lagi.
DI kurikulum 2006, beban pelajaran kelas 5 bisa dikatangan sangat banyak. Sementara di Kurikulum 2013 juga banyak hanya saja di rangkum dalam pembelajaran tematik. Ditambah banyaknya agenda materi lomba seperti OSN, LCC, LCC Pramuka, sampai
dokter kecil. Pembagian tugas sih memang ada, tetapi untuk lomba mata pelajaran
tetap menjadi tanggung jawab guru kelasnya.
*Ketiga, Satpam Keliling
“Irfan, besok rambutnya di potong!”
“Kerjakan sendiri ulangannya, jangan lirik kanan kiri!"
“Rama, kenapa buang sampahnya nggak di tempat sampah?
Ambil dan buang ke tempat sampah!”
“Coba lihat mana kukunya, yang panjang dan hitam siap
di hukum!”sambil berputar mengelilingi meja siswa satu per satu.
“Yang bajunya tidak rapi, ikat pinggang tidak dipakai
harus siap dengan ikat pinggang dari raffia!”
Begitulah
kalau aku harus berperan sebagai satpam kelas setiap harinya. Ada aja anak yang
bajunya nggak rapi, lupa memakai setangan leher, bahkan yang nggak gosok gigi
juga ada.
*Keempat, Komentator Paling Cerewet
Aku
mengakui bahwa memang diriku ini cerewet terlebih untuk mendisiplinkan mereka.
Baik dari tugas-tugas harian, tugas rumah atau bahkan kebiasaan kecil tapi
justru sering banget di sepelekan.
Mendapati
laporan bahwa Rizky sering main game
mobile legend dan sampai lupa waktu tidak berangkat mengaji. Sudah jelas
akan aku beri pengarahan panjang yang bukan hanya di tujukan kepada Risky tapi
juga untuk teman sekelasnya.
“Coba deh Nay, jilbabnya di bikin model seperti ini
pasti kamu terlihat cantik dan rapi!” sambil mengikat jilbab Naila.
“Lain kali rambutnya jangan di warnai seperti ini ya,
selain melanggar aturan juga memang lebih baik rambut untuk anak sekolah itu
warnanya hitam.”
*Kelima, Teman Berpetualang
Percaya
atau tidak, membangun chemistry
dengan anak-anak itu memang membutuhkan peran kita untuk terjun ke lapangan
bersama mereka. Serunya sebagai teman berpetualang ini bisa kami dapatkan
ketika kami melaksanakan pembelajaran di luar kelas. Seperti belajar di tanggul
irigasi belakang sekolah, mendampingi anak-anak dalam kegiatan pramuka, bahkan
mendampingi mereka saat kegiatan study visit di luar kota.
Berada di
tempat baru tidak semua anak bisa beradaptasi dengan mudah. Untuk mencairkan
suasana dan membangun kepercayaan diri mereka biasanya mereka akan mengeluarkan
jurus “ngikut bu guru aja lah..”. Jadi kalau dikerubungi atau bahkan diikuti
sama anak-anak bagi seorang guru itu hal lumrah.
Memang
tantangan mengajar kelas 5 SD itu mereka dalam fase pra remaja. Artinya
bersikap sepenuhnya galak ke murid bukanlah menjadi solusi tepat. Seperti
bermain layangan yaitu ada saat di tarik ada saatnya juga di ulur. Dengan
catatan seorang guru harus tetap menjaga wibawanya di depan siswa. Sekalinya
dekat dengan siswa, jangan sampai siswa menjadi kelewat control atau urakan ke
guru. Karena terus bersikap keras ke anak takutnya akan membuat mereka seolah
kebal dan tidak menghargai guru. Justru tegas namun dengan penuh kasih
menurutku bisa menaklukan hati mereka.
Masih
mengira menjadi seorang guru sekolah dasar apalagi kelas 5 itu mudah? Selain
harus memecahkan bobot materi pembelajaran dengan tingkatan lumayan berat dan
sangat banyak, kita juga harus bisa menaklukan mereka yang terus tumbuh menjadi
calon ABG. Tapi sejauh ini aku masih merasa nyaman dan seru, jadi memang zona
aman mengajarku di kelas atas.
0 comments
Silahkan tinggalkan jejak di blog guru kecil ya. Mohon untuk tidak memberikan LINK HIDUP dalam kolom komentar. Jika memang ada,komen akan di hapus. Terimakasih;)