Membuat Batik Jumputan

By Chela Ribut Firmawati - October 05, 2018

Tanggal 2 Oktober telah disepakati sebagai hari batik nasional. Untuk memperingati hari tersebut, sengaja aku ngajak anak-anak untuk berepot-repot ria. Ndilalahnya kok tugas SBK untuk praktek juga diintruksikan membuat batik. Lha yo wes, bikin aja sekalian. 


Kapan terakhir kalian (m)batik? What?!? Zaman kelas 6 SD? Hahaha.. sama... Itu pengalaman pertama membuat batik yang seingatku itu bu buru ngrebus kainnya diatas kompor uceng, dan dandang buat merebus itu warnanya biru. Sebelumnya kami dulu disuruh membungkus kelereng di setiap lembaran kain dengan karet. 

Ingatan itu lekat banget sampai sekarang, sampai kadang tuh pengen gitu ngajak anak-anak bikin batik rebusan. *Halah*. 

Setelah berfikir agak panjang untuk merealisasikan tugas praktek tengah semester itu, akhirnya aku mengalokasikan uang kas yang tadinya buat beli wallpaper sticker menjadi beli pewarna kain. Aku milihnya wenter karena harganya murah. Sebungkus cuma 2000 rupiah saja. Untuk kain dan karetnya anak-anak swadana sendiri . 

Maafkeun para bapak/ibu, kalau kelas yang aku ajar selalu dan selalu ngeluarin duit buat ini itu.


Jujur aja akutu ragu, loh. Apalagi untuk beli kain mori nya saja harus sendiri. Tapi aku mikir "kapan lagi sih anak-anak bisa mencoba?", "Kalau nggak sekarang, apa di rumah mereka akan mencoba bikin batik?". Intinya sih aku cuma pengen anak-anak ada pengalaman lah ya. Siapa tahu di kemudian hari, ada salah seorang murid yang jadi desainer batik Grobogan. Aamiin- in jangan? 

Batik versi anak-anak 5B ini adalah model jumputan. Bahasa kerennya adalah Shibori atau Tie Die, sementara jumputan sendiri itu adalah tekniknya. Jadi pewarnaannya tidaklah di rebus layaknya aku sama bu guruku dulu. Mengingat sisi safety nya, aku lebih prefer untuk main celup saja sih. 

Awal mula ajak anak-anak untuk berkreasi dengan motifnya. Bisa dengan kelereng, stik es krim, balok atau dadu, uang koin atau apalah itu yang menurut anak-anak bisa menghasilkan motif yang bagus. Bisa juga hanya dengan kain di jumput lalu diikat dengan karet gelang. Sekreasi mereka pokoknya. 

Soal pewarnaan, aku menggunakan wenter yang dilarutkan dengan air panas dan ditambah larutan garam. Hasil browsing mengatakan bahwa garam bisa mengikat warna. Sayangnya kalau dengan wenter dan hanya di celup, warna akan terlihat kurang menyerap. Jadinya agak mblawus gitu sih. Tapi di beberapa anak, aku menemukan mereka berhasil mendapatkan warna yang cukup tajam.



Barangkali ada yang mau ikutan bikin batik jumputan juga. Nih, ku beri kalian alat, bahan dan estimasi biaya yang dikeluarkan. 

1. Kain putih polos (aku pakai kain mory) harga per 1 meter kisaran 20.000 rupiah. Dipakai ukuran 50cm x 50 cm. Semeter bisa buat berdua, kan bisa patungan. 

2. Pewarna wenter/naptol. @2000 rupiah dan aku beli 5 bungkus. 

3. Karet gelang (aku menyarankan karet pentil yang keras dan tidak gampang putus)

4. Garam 1 sdm

5. Air panas 

6. Baskom kecil

7. Ember 

Cara pembuatan: 
1. Pastikan anak-anak sudah berkreasi dengan motif batik yang akan mereka buat. Misal: kelereng dibungkus kain kemudian diikat.

2. Siapkan air panas yang baru saja mendidih. Tuang ke dalam baskom kecil kurang lebih 1 gayung ukuran sedang. 

3. Larutkan wenter dengan naptol, kemudian tambahkan garam 1 sdm. Aduk sampai garam dan wenter larut. 

4. Celupkan kain batik yang sudah di beri motif tadi ke dalam air dingin selama 30 menit. Setelah itu celupkan agak lama di larutan wenter agar warna yang didapat terlihat menyala. 

5. Celup ke air biasa sebentar, kemudian angin-anginkan kurang lebih 5 menit. 

6. Lepas ikatan di tiap motif dan lihat hasilnya. 

7. Angin-anginkan kembali kain batik yang sudah jadi tadi sampai benar-benar kering. 

Gimana, dibayangin aja tuh kelihatannya ribet banget. Apakah pewarnaan mereka berhasil? Ahahaha... Ada yang gagal loh. Konsekuensinya ya harus bikin lagi. 😂 api coba deh bikin, pasti seru!! Nggak percaya? Nih boleh lihat video aku dulu.




Sudah? Eh jangan lupa like dan subscribe nya!

Terus begini, ada nggak sih manfaat dari aktifitas membuat batik ini untuk anak-anak? Hem... Pastinya ada donk ya.

1. Melatih kesabaran dan ketelitian: disadari atau tidak, membuat batik itu benar-benar harus sabar dan teliti. Ini toh terlihat agak sepele ya batik jumputan, coba batik tulis. Harus di gores satu per satu, kemudian diberi pewarnaan. Jadi makin tahu kan ya kenapa harga batik tulis itu mahal. Ya karena prosesnya yang ga mudah dan nggak sebentar. 

2. Belajar bekerja sama : ini sih yang aku lihat dari anak-anak. Nggak tahu juga mungkin naluri atau bagaimana, saat mengikat kelereng juga ada anak yang bagian pegang kelereng ada yang mengikat, nyelupin ke pewarna juga. Ada yang memegangi ada juga yang masih sibuk ngurusi cepupan di air biasa. Pokoknya luci kalau lihat kerjasama mereka. 

3. Berfikir kreatif : bagian ini tampak disaat anak akan mendesain motif dan melakukan pencelupan ke pewarnanya. Bagaimana mereka bisa menghasilkan motif dan warna yang bagus serta unik. 

4. Melatih kemandirian : ini adalah tugas individu, selain bisa kerjasama dengan temannya, penilaian juga kembali ke penilaian portofolio individu. Siapa yang bisa mengerjakan dengan baik, mana yang nggak serius, mana yang sesukanya sendiri. Jadi dengan penekanan tugas individu, anak justru berlomba untuk bisa menghasilkan batik yang bagus. 

5. Menghargai sebuah proses : dengan membatik anak pasti belajar berproses. Dari kain polos, membuat motif, pewarnaan, dijemur, diberi desain figura dan kemudian dinilai. Anak akan berproses bahwa sebuah karya itu tidak begitu saja langsung jadi. Harus ada tahapan yang dilalui. 

6. Mencintai budaya Indonesia: batik itu warisan Indonesia yang harus dilestarikan. Supaya anak-anak cinta dengan batik, ya harus dikenalkan sekaligus diajak membuat batik. 

So, aku nggak berkeinginan aneh-aneh. Cukup mereka punya experience aja sih ya biar dikenang gitu. Kalau pada akhirnya ada yang memilih jadi enterpreneur batik atau desaine. Wuih... Bahagianya bu gurumu ini, nak!! 

  • Share:

You Might Also Like

0 comments

Silahkan tinggalkan jejak di blog guru kecil ya. Mohon untuk tidak memberikan LINK HIDUP dalam kolom komentar. Jika memang ada,komen akan di hapus. Terimakasih;)