Jangan Cepat Menua, Pa...

By Chela Ribut Firmawati - March 25, 2018

Sebenarnya hari ini hatiku sedang biru. Entah, antara bahagia dan sedih. Tak seperti biasa memang, dan kuharap akan seperti ini terus sampai nanti... 50 atau 100 tahun lagi.




Minggu pagi yang sangat indah dan kuawali dengan cinta dan cinta. Saling bersinergi demi sebuah kenyamanan di rumah. Pekerjaan rumah yang kali ini kita kerjakan bersama. Sarapan nasi goreng yang sangat sederhana. Lauk kerupuk semi gosong hasil gorenganku, lengkap sekali. Segelas teh yang aku lupa untuk menawarkan padanya, tapi ternyata habis diminum. Hahaha... Minggu kami yang indah. 

Sarapan kami dengan pemandangan beberapa sangkar burung yang bersih dan ditemani kicau merdunya. Rasanya, roller coaster perasaan yang sempat turun sirna sudah. Ah... Sayang... Aku ingin seperti ini selamanya.

Via : google
Yang membuatku biru, tanpa sengaja aku melihat ada rambut putih di kepalamu. Awalnya kupikir hanya pantulan cahaya yang masuk dari lubang genting. Tapi ternyata, itu adalah rambut putihmu. Nyata! Karena aku mencabutnya, dan memperlihatkan kepadamu seketika itu juga. Dan kupastikan bahwa tak ada lagi uban di rambutmu. 

Sontak pikiranku tertuju pada kata "tua". Usia 32 tahun, belum seberapa lama aku hidup denganmu aku sudah menemukan banyak perubahan dalam dirimu. Gurat wajah yang tampak selalu lelah, keriput meski masih samar tampak di ujung mata, perut membuncit tanda bahagia, bahkan hari ini rambutmu ada yang memutih. 

"Pa... Jangan cepat tua.. jangan tinggalin aku. Aku nggak mau ditinggal papa."

Dia hanya terdiam, lalu berkata "setiap orang pasti akan menua, ma."

Tapi, tidak untuk sekarang kan? tidak untuk saat ini, kan?

Rasanya ada sedih, dan memang ini yang sedang aku hadapi. Dua helai rambut putih yang membuatku membiru. Hahaha.. aku lebay ya, pa. 

Biarlah...


Karena kita masih banyak mimpi dan harus mewujudkannya untuk keluarga kita. Masih banyak perjuangan untuk anak-anak kita, dan ya... Anak-anak kita yang di sekolahpun pasti menanti kita. 

Jangan cepat menua, pa. 


Purwodadi, 
diketiknya sambil nenenin Intan.

  • Share:

You Might Also Like

5 comments

  1. Abiku kok ubane banyak yo, mbak. Soale kepalane yg banyak ubane itu pernah dientup tawon. Wkwkwkwk

    ReplyDelete
  2. Aging is a privilege, I think. For we are never too old to set another goal or dream another dream =)

    ReplyDelete
  3. Romantis banget Che, kalau aku ke suamiku, yuk menua bersama...sama-sama menjadi orang tua yang rambute penuh uban, yang kulitnya penuh keriput dan sama-sama saling menopang saat berjalan...Sehat-sehaaat bu guru

    ReplyDelete
    Replies
    1. Usia kami terpaut 4 tahun mbaaa... Rasanya semacam belum relaa gitu.dan maunya menua bersama...

      Delete

Silahkan tinggalkan jejak di blog guru kecil ya. Mohon untuk tidak memberikan LINK HIDUP dalam kolom komentar. Jika memang ada,komen akan di hapus. Terimakasih;)