Ternyata Ibu Tidak Sejahat yang Aku Pikirkan
By Chela Ribut Firmawati - December 13, 2017
Tentang ibu. Ini topik yang sangat sentimentil buatku. Nulis tentang ibu akan banyak menumpahkan emosi yang sebenarnya ada cinta yang begitu mendalam buat ibuku.
Ibuku itu jahat. Paling jahat!
Belum tentu Ibu menjemputku pulang sekolah
Aku iri ketika dulu pulang sekolah, ibu teman-temanku menunggu di depan gerbang TK. Aku? Nggak mesti. Kadang bapak, kadang mas keponakanku, bahkan kadang ibu. Bisa dihitung jari ibu jemput aku di sekolah. Sekalinya aku harus berbagi sadel sepeda dan menahan sakit, aku senang. Dengan kayuhan sepeda itulah aku bisa bercerita bersama ibu tentang kegiatan sekolahku. Belajar nyanyi bareng ibu dan sesekali minta beli jajan.
Ibu memarahiku kalau aku dikit-dikit nangis karena nggak bisa
Aku cengeng? Iya banget! Kata orang aku manja. Whatever. Tapi aku ingat, ibu memarahiku ketika lomba mewarnai aku mogok di tengah jalan. Ibu memarahiku karena aku nggak bisa menyelesaikan tugas membuat anyaman, padahal sebelumnya ibu udah ngajarin. Ibu memarahiku kalau plulang main aku nangis karena jatuh atau bahkan dinakali teman. Bahkan ibu memarahiku kalau aku nakalin teman mainku. Ya, kata ibu aku nggak boleh cengeng. Ku harus belajar bahwa semua yang aku alami itu nggak selamanya mulus dan sesuai keinginanku.
Baca : 6 Manfaat Kegiatan Mewarnai
Ibu yang mengajariku disiplin
Dulu pernah sepatu sama seragamku di buang sama ibu karena aku meletakkan sembarangan. Padahal ibu sudah memberikan contoh dimana seragam dan sepatu aku simpan saat pulang sekolah. Ibu marah, dan ibu memberikan contoh padaku lagi dan lagi tanpa bosan. Begitulah ibu, dia mau aku tahu disiplin terutama untuk diri sendiri.
Ibu memaksaku mengerjakan pekerjaan rumah.
Iya, aku malas! Tontonan kartun jauh lebih menggoda ketimbang sebatang sapu dan kemoceng. Kasur lebih menggoda ketimbang tumpukan piring di ember cucian. Ibu datang mematikan TV dan mengacungkan lidi ke aku. Dengan cemberut aku turuti semua perintah ibu. Dan ngomel, aku bukan babu!
Bahkan ibu melarangku pacaran selama aku sekolah.
Ibuku kuno! Selama sekolah teman main aja nggak boleh. Aku harus belajar, belajar dan belajar. Aku sampai nekat bagaimana merasakan malam minggu dengan teman-teman. Aku sampai nekat merasakan malam minggu diapelin pacar. Tapi tidak dengan ibu. Ibu akan mengusirnya. Langsung di depanku dengan alasan aku lagi belajar. Ibu nggak tahu, aku marah, semarah-marahnya sama ibun ibu jahat!
Dan banyak lagi sikap ibu yang justru dimataku ibuku adalah sosok paling jahat yang ada di kehidupanku. Ya, cekcok dan berantem terus terjadi antara ibu dan aku.
Ibu, aku bukan anak cupu yang bisa sembarangan dilarang ini itu!
Padahal aku tahu, sikap ibu seperti itu karena semua demi kebaikanku. Dan barulah ketika aku menikah, aku paham semua kejahatan ibu dimataku.
Itu bukan kejahatan, melainkan bekal yang saat ini aku rasakan sendiri manfaatnya. Ibu ingin tidak serta merta menjadi seorang perempuan manja dan mudah menyerah. Hanya saja, sikap ibu itu dimataku selalu salah. Padahal ibu benar.
Menyesal?
Pasti!!!
Tapi kalau menyesali saja rasanya kurang pas. Ada cinta yang aku punya buat ibu. Sebesar apa? Gunungpun masih besar. Tapi biarlah aku yang menyimpannya untuk ibu tanpa harus aku pamerkan. Setidaknya, dengan memperbaiki diri sebagai anak ibu bisa menjadi satu penebus kesalahanku buat ibu.
Ah iya... Aku gengsi mengatakannya langsung. Bahwa sebenarnya aku sangat sayang ibu. Kapanpun. Terimakasih ya buk.
Aku nangis ngetik ini. 😭
Tulisan ini untuk tema arisan blog Gandjel Rel yang aku pilih bersama mbak Noorma. Tema yang menurutku sentimentil namun pas di bulan ini karena sebentar lagi hari ibu.
8 comments
Aku jadi ingat almarhumah ibu.. beliau terkenal galak, tapi kalau pas nafasku sesak karena asmaku kambuh, belaiannya yang bikin asmaku sembuh. 😭😭😭
ReplyDeleteAku dulu sering dimarahin kalo main habis maghrib,aslinya waktu buat belajar malah main jumpritan..
ReplyDeleteBrebes mili mbk che
ReplyDelete😭😭😭
Ikutan nangis mbak...apalagi bacanya pas di perantauan pasti ingat ibuk...hik....
ReplyDeleteAh..memang banyak kesalahpahaman antara kita dg ibu ya.. Tp semua jd kenangan manis sekarang.. Salam buat ibu, sehat2 ya buuk...
ReplyDeleteAku dulu juga sebel sama mamaku mo ini itu ga boleh, galak pulak. Tapi sekarang baru kerasa banget manfaatnya dan beruntung masih ada mama yg sekarang jd sahabatku
ReplyDeleteyang bagus kalau sama ibu
ReplyDeletehuwaa.. nangis bacanya dik, inget ibukku plek
ReplyDeleteSilahkan tinggalkan jejak di blog guru kecil ya. Mohon untuk tidak memberikan LINK HIDUP dalam kolom komentar. Jika memang ada,komen akan di hapus. Terimakasih;)