Kisah Remaja Milenial Dalam Balutan Film My Generation
By Chela Ribut Firmawati - October 16, 2017
Flashback dulu
ah di masa remajaku. Aku bilang sih masa remajaku terlebih masa putih abu-abu
tak seindah mereka teman-temanku. Entahlah, aku masuk dalam barisan anak cupu
yang serba dilarang ini itu sama orang tuaku. Terlebih soal suka dengan lawan
jenis dan bawaannya selalu dicurigai.
Iya, aku
nggak nyaman dengan yang dikit-dikit nggak boleh. Keluar malam nggak boleh, ada
temen cowo main kerumah aja begitu tamunya pulang aku dauber habis-habisan sama
ibu. Dibilang sekolah nggak bener lah, pacaran terus lah. Hellow!!! Disaat aku
menjelaskan keadaan sebenarnya, aku dianggap seorang anak bandel dan
pemberontak.
“dulu… mbak
kamu itu nggak senakal ini dan sangat gampang buat dikasih tau.”
Iyes, itu
dulu!!!!! Ini jamannya udah beda. Bahkan yang ada, dengan aneka macam gertakan
dan larangan itu tidak membuatku takut. Justru aku semakin berontak dengan
aneka pertanyaan di otakku. Untuk apa aku jadi anak penurut toh pada akhirnya
aku tetap dicurigai orang tua. Untuk apa aku diam diri di rumah sementara
teman-teman menunggu di alun-alun kta. Nggak sekedar nongkrong, biasanya memang
kami kumpul untuk membahas kegiatan komunitas. Buat apa aku takut punya pacar,
toh nggak pacaran aja aku dicurigain punya pacar.
Oh please….
Aku benar-benar merasakan problematika remaja seperti itu. Dan aku terbebas
dari itu semua ketika aku bertemu dengan laki-laki yang sekarang menjadi
suamiku.
Tapi, tidak
semudah itu terlepas dari sikap otoriter orang tuaku. Aku pernah diwanti-wanti
bapak terutama, untuk mendidik anakku dengan apa yang sudah orang tuaku
terapkan. Oh my God! Aku sadar, anakku lahir di generasi milenial yang tenar
dengan sebutan kids zaman now. Katakanlah aku mendidik dengan model yang
seperti orang tuaku terapkan. Seolah berkaca, aku nggak mau anakku tumbuh terlebih
di masa pencarian jati dirinya akan menjadi sepertiku. Atau bahkan melebihi.
Paham memang
bahwa anak jaman sekarang itu sangat kritis, salah didik sedikit aja kita akan
menuai protes dari mereka. Makanya, memang benar bahwa kita harus mendidik anak
sesuai dengan jamannya. Tidak meninggalkan pola didik yang baik di jaman
sebelumnya dan tetap menyesuaikan bagaimana keadaan saat ini.
Fenomena kids
jaman now inilah yang diangkat oleh sutradara Upi bersama dengan IFI Sinema
dalam film “My Generation”. Dengan pengambilan
angel dimana generasi milenial saat ini memiliki karakter yang unik,
permasalahan yang lebih kompleks, serta tak hanya menampilkan problem dari
sudut pandang orang tua saja. Justru film ini mengajak orang tua belajar
memahami karakter pada generasi milenial melalui sudut pandang remaja itu
sendiri.
Film My Generatiom menceritakan persahabatan 4 anak SMA: Zeke, Konji, Suki, dan Orly. Keempatnya merupakan remaja berbeda karakter dan menghadapi masalah berbeda pula. Mereka mendapat hukuman karena video yang memprotes guru. Keempatnya tidak diizinkan pergi berlibur.Mereka tentu tidak menerima hukuman itu dengan ikhlas sepenuhnya. Keempat remaja itu pun mulai melakukan pemberontakan. Mereka pun menemukan banyak kejadian dan petualangan yang memberikan pelajaran bagi kehidupan.
Dengan menggandeng
4 bintang muda pendatang baru, pembuatan film My Generation ini sudah melalui
proses riset terhadap kids jaman now baik di perkotaan maupun pedesaan selama
kurang lebih 2 tahun. Digawangi bintang muda pendatang baru seperti Lutesha
sebagai Suki, Bryan Langelo sebagai Zeke, Alexandra kosasie sebagai Orly, Arya
Vaco sebagai Konji membuat My Generation terlihat fresh. Dan diramaikan juga
dengan aktris / actor senior Indonesia seperti Tyo Pakusadewo, Indah Kalalo,
Karina Suwandi, Surya Saputra, Ira Wibowo, Aida Nurmala dan Joko Anwar.
Keempat bintang
muda sendiri memiliki peran yang unik dimana diharapkan kehadirannya mampu
memberikan gambaran generasi millennial yang sebenarnya.
Film ini akan tayang
pada tanggal 9 November 2017 di bioskop kesayangan kalian. Aku rasa memang
perlu banget orang tua buat nonton film ini. Karena film ini bisa jadi
bekal untuk menghadapi anaknya yang
sudah masuk dalam jajaran kids jaman now. Dan memang, menjadi orang tua itu
kita tidak bisa memaksakan kehendak. Sejatinya, anak tetaplah anak dan bukan
perwujudan orang tua dalam bentuk mini. Anak butuh didengar, dihargai dan
dikasihi. Karena salah langkah sedikit saja, jurang pergaulan yang kurang pas
justru sangat menghantui di depan mata.
9 comments
Wah, makin penasaran deh kalau sutradaranya UPI, pasti ada pesan moral yang 'kena'banget.
ReplyDeletehihi iya, pada jaman dahulu ibumu/bapakmu/ tantemu/om kamu itu nganuuuu....hwahaha, tanpa sadar kita suka ngucap itu.
ReplyDeleteYess.. Mbak Chela.
ReplyDeletePaling tidak suka dibanding-bandingkan.
Karena kalau sesuatu itu jelas berbeda, maka tidak ketemu titiknya. Adanya malah pertentangan.
anak sekarang itu kayaknya gedean dikit udah merasa dewasa
ReplyDeletekadang udah merasa bisa menentukan pilihan hidupnya
jadi orang tua hrs memahami itu
Yupz.. Paling gak suka itu dicurigaii, udah nurut tapi tetep aja dicecar dengan berbagai macam pertanyaan.. Kan menyebalkan :(
ReplyDeletedulu dan sekarang,, semua ga sama.. udh beda jaman..
ReplyDeleteanak muda vs orang tua, wajib non bareng keluarga nih
ReplyDeleteRemaja sekarang lebih kritis karena kemudahan mendapat informasi, ya.
ReplyDeleteFilmnya keren , banyak pelajarannya.
ReplyDeleteSilahkan tinggalkan jejak di blog guru kecil ya. Mohon untuk tidak memberikan LINK HIDUP dalam kolom komentar. Jika memang ada,komen akan di hapus. Terimakasih;)