[Curhat] : Mengikuti Diklat Seni Tari

By Chela Ribut Firmawati - September 15, 2017

bersama teman diklat dan mentor

Ketiban sampur buat ikut diklat seni tari itu rasanyaaa... bahagia! Entah, karena memang sebelumnya aku terkesan "nggak dipakai" gitu sama yang sebelumnya. Hahaha... gak kok, becanda aja ini mah!


Jadi, sabtu kemarin pas jalan santai Haornas di UPTD kecamatan, pak kepsek kasih lihat selebaran gitu. Intinya wajib mengirimkan satu guru untuk ikut diklat selama tiga hari. "Mangke njenengan mawon nggih mbak..." (nanti kamu saja ya mbak). Eh lha... kok aku langsung iyain aja gitu.


Ngomongin tari, aku udah lama nggak nari. Sebenarnya kalau untuk tari aku kurang begitu menguasai gerakan pakemnya. Beda sama mbak sih. Desye yang nurun bakat tari dari bapak, kalau aku lebih cenderung di nyindennya. Tapi demi namanya tugas ya aku berangkat, donk.

Etapi... sebenarnya kan diklat ini buat guru ya. Kok ndilalah aja aja guru yang ngajak murid gitu. Jadi gurunya tinggal duduk sambil memperhatikan penjelasan mentornya, giliran praktek itu muridnya. Udah jelas sih di undangan hanya guru tapi sayang aja diingkari gitu aja sama beberapa pesertanya. Di hari kedua malah makin banyak yang bawa murid, dan kemarin memang hari terakhir kan ya... eh snack jatah guru ikut diembat aja sama anak-anaknya dan gurunya itu yang nyuruh. Alhasil, banyak guru yang gak dapat snack. Termasuk aku... hahaha.

Trus jadi bahan cibiran gitu deh, nggak sama peserta lainnya tapi dari orang-orang UPTD juga. Nah loh!!

*makanya... dipatuhi donk aturannya!!!*

Oh aku kesannya kesel, yach. IYA KEZEL BANGET!!! TIDAK SESUAI DENGAN AKAD DI UNDANGAN!

hahaaha...

Sebenarnya bukan itu sih yang mau aku bahas. Jadi gaes, diklat seni tari ini mengusung tari kreasi Jaranan Reog Gandaria. Kebayang kan tarian jaranan itu gimana? Gerakan cepat, lincah dan sigrak.

Nantinya memang rencana tindak lanjutnya akan diadakan seleksi kecamatan langsung dan akan di lombakan di tingkat kabupaten. Makanya, gurunya ditatar trus ditularin ke anak-anak di sekolah.

Yang aku salut dari para peserta *yang pada tertib lho ya* mereka semangat banget belajarnya dan itu nular ke aku. Terutama pelatihnya. Menari itu bukan asal kamu gerak badan aja. Ada keselarasan wiraga (olah tubuh), wirasa (olah rasa), dan wirama (olah irama). Ngandalin felling aja sebenarnya masih kurang. That's way, aku  salut bagi maestro-maestro tari yang ada di Indonesia.

Dan aku salut sama bapak yang juga pinter banget nari!!!

Kesimpulan dari postingan curhat ini adalah...

♡ Ada ilmu baru tentang seni tari dan tarian baru

♥ Setidaknya aku jadi paham dari pengalaman para mentor bahwa menari memang bukan asal joged aja.

♡ Semua butuh proses, dilihat, dipraktekan dan diulang.

♥ Mereka (mentor) mengaku bukan orang yang handal dalam hal menari, tetapi semua berawal dari rasa suka dan diikuti latihan secara tekun.

♡ rasanya badanku remuk redam njarem dimana-mana terutama kaki kiri yang sering jadi tumpuan tanjak. :'(


So, tugas ke UPTD selesai tinggal share ke anak-anak. Ini yang lebih berat karena harus menemukan bibit tari di sekolah. Huhuhuhu...

Share donk... gerakan pemanasan apa yang pas dilakukan sebelum menari. Masa iya bu guru harus bawa counterpain di sekolah gara-gara kaki njarem. Hahaha...

  • Share:

You Might Also Like

2 comments

  1. Bagi yang nggak suka menari, pelajaran menari itu susah dan membosankan. Sebaliknya yang suka menari akan menikmati.
    Jadi inget pelajaran menari jaman SD dulu :)

    ReplyDelete
  2. Menari itu memang butuh bakat juga. Kalau tidak bakat rasanya kaku dan merasa sangat terpaksa ketika latihan. Teman saya bakat menari, sekali lihat tarian bisa hafal gerakannya.

    ReplyDelete

Silahkan tinggalkan jejak di blog guru kecil ya. Mohon untuk tidak memberikan LINK HIDUP dalam kolom komentar. Jika memang ada,komen akan di hapus. Terimakasih;)