pic source |
Jadi Guru Kok Galak, Sih? – sering banget aku dapetin komentar seperti itu. Apalagi komentar itu datang dari anggota keluarga sendiri. Pun si papa yang sering bilang “Ma, jangan galak-galak” dan respon aku Cuma sekedar nyengir kecut aja sih. Pembelaan diri sih akan bilang ini gak galak cuma intonasi aja yang tinggi. Ini gak galak Cuma lebih menegaskan aja. Ini gak galak wong aku juga gak main fisik. Tapi tetap saja nyinyiran yang bilang “pantes gak ada yang mau les wong kamu galak jadi guru!”. Rasanya digituin ituh…. Pengen teriak “COBA KAMU YANG JADI GURU!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!”
Menurut pendapat
muridku di kelas rata-rata mereka akan bilang aku bukan termasuk guru yang
galak. Alhamdulillah. Mereka akan tau disaat aku mulai meninggikan intonasi itu
artinya ada satu hal yang melenceng dari perjanjian sebelum pelajaran dimulai. Disini
aku menerapkan perjanjian pra belajar agar anak-anak bisa menerima materi yang
aku ajarkan dengan baik. Sebagian dari mereka untungnya paham, tapi tetap satu
dua anak akan ada yang sesukanya sendiri.
Beruntungnya
aku menjadi guru di era yang serba cepat, begitupun anak-anak yang termasuk
dalam generasi X. sedikit flashback ketika dulu aku masih di bangku sekolah,
dulu kami disuruh hapalin perkalian, ngitung pembagian, ngapalin 27 profinsi,
ujian ini itu bahkan merima sabetan guru pun pernah. Sekarang? Maaf ya untuk
para orang tua, rata-rata aku menemui anak manja. Menulis gak mau, ketemu
pekerjaan yang rumit dikit banyak alesan, bikin proyek ketrampilan aja molor
seminggu lebih dan bukan hasil mereka tapi lebih banyak ke ortunya. Anak dikerasin
sedikit besoknya orang tua ngadep kepsek
dan guru kena tegur. Kelas dibuat kelas parallel dan dipisah dengan
teman se-genk-nya mogok sekolah tiga hari dan laporan kepsek. Gak direspon ortu
datang lagi dan ngancem. Guru jewer murid laporin polisi, guru meninggikan
suara besoknya tiga anak membolos. Hal seperti itu pasti ada. PASTI.
Nah, ketika
mereka para orang tua mengatakan jadi guru kok galak, sih?. Mungkin mereka
tidaklah paham bahwa menjadi guru bukan hanya sekedar transfer ilmu. Mau anak
nilai sempurna bisa saja kami kasih drill soal dan tambal sulam nilai. Tapi disini
menjadi guru dituntut untuk bisa membekali mereka dengan pendidikan moral dan
lebih ke pembentukan karakter. Bagaimana kami bisa mencetak karakter anak yang
jujur dan berani jika kami terus-terusan diprotes. Bagaimana kami bisa leluasa
mendidik mereka menjadi anak mandiri jika anak diberi proyek sedikit saja orang
tua mengeluh kemudian mendatangi kami ke sekolah? Bagaimana kami bisa membuat
mereka bertanggung jawab dengan hasil kerja mereka jika mereka tidak
mengerjakan PR atau tidak membawa buku tapi hanya kami diamkan? Bagaimana mereka
akan menjadi anak yang tertib jika rambut mereka yang gondrong pantang kami
potong secara paksa setelah ada peringatan 3x dari guru? Dan haruskah
kami mendiamkan mereka jika hal sepele aja mereka lalai. Menyodorkan buku
dengan tangan kiri, padahal etika tangan kanan itu sangat perlu.
Entahlah…. Aku
pribadi lumayan dilema menghadapi anak jaman sekarang. Begitu juga ketakutanku
dengan anakku sendiri nantinya. Mungkin mereka akan mudah saja bilang “ngapain
ngoyo, anaknya orang bukan anak sendiri”. Tapi haruskah terus sekedar menjadi nggak
peduli jika pada akhirnya ketika pengambilan rapor masih ada orang tua yang
protes dengan hasil anaknya? Pikirkan lagi deh kepada kalian para orang tua
yang mengatai kami adalah guru yang galak. Galaknya kami sebenarnya bukan galak
yang semata galak. Kami berusaha tegas dengan tidak meninggalkan wibawa kami
sebagai guru. Karena kami tidak ingin anak didik kami menjadi anak yang
nyepelein orang lain, dan tetap galak kami sebenarnya tidak meninggalkan rasa
Kasih kepada mereka.
Percayalah…
ditengah maraknya pembicaraan tentang kasus yang menimpa guru di daerah lain
sana, seorang guru tetap ingin mengajarkan dan mendidik dengan baik.
11 comments
saya juga guru. guru bukan harus galak. tp harus berwibawa dan bisa mengarahkan semua murid agar bs focus belajar.
ReplyDeleteSetuju deh anak jaman sekarang manja manja. Apa apa berat apa apa males apa apa banyak. Padahal apa yg dituntut dan diajarkan guru kan juga tuntutan jaman. Jaman skr persaingan tinggi, anak lulus sekolah juga haruz punya skill yg dia harus dia kuasai biar bisa bersaing. Tp terkadang org tua pun kurang suportif sm anaknya sendiri alhasil guru yg harus dituntut ngajar yg bener. Guru di sekolah sebenernya cuma wajib kasih ilmu, kemauan dan kesadaran belajar itu dibangun dari kebiasan dirumah. Karena rumah itu tempat pendidikan pertama bukan disekolah. Gitu sih hehe
ReplyDeleteyozora94.blogspot.com
iya, apalagi aku ngajar di sekolah yg muridnya kaya semua, makan hati. Sdh malas, masih ngeles. kalau ditegasin suka ngambek, tapi aku sih gak peduli selama mereka salah ya harus ditegur. tapi ya itu kita harus tarik ulur, kapan harus tegas kapan kita jadi sahabat mereka
ReplyDeleteSetuju, Mbak. Generasi kita yang harus ekstra sabar menghadapi anak kecil manja. Dan kita, tentu beruntung karena generasi kita terbilang tangguh. Disabet, diomelin, atau diteriakin karena salah, sekolah tetap jalan terus :D
ReplyDeleteJadi guru memang harus tegas sih ya.
ReplyDeleteKalau aku jadi guru dan ada ortu murid yang protea nilai anaknya di raport, kayaknya aku bakal meminta ortu tersebut untuk nulis raport anak mereka sendiri.
siplah
ReplyDeleteJadi sekarang ngga ada Mbak pelajaran menghafal nama-nama provinsi itu? Teup semangat ye, Mbak!
ReplyDeleteooh jadi cheila galak ya hehehe
ReplyDeletemna muka galaknya Cheila? he..he...
ReplyDeletehehehehe..aku juga mantan guru Cheila..tapi kayaknya aku ngg galak deh :)
ReplyDeleteSetuju, guru sekarang ini tugasnya nulan cuma soal transfer ilmu. Tapi juga mengontrol murid, krn kebanyakan ortu separuh nglepasin tanggung jawab pada guru sekolah.
ReplyDeleteSilahkan tinggalkan jejak di blog guru kecil ya. Mohon untuk tidak memberikan LINK HIDUP dalam kolom komentar. Jika memang ada,komen akan di hapus. Terimakasih;)