Dolanan
tradisional itu semakin tergerus dengan yang namanya modernisasi. Bukan rahasia
lagi jika sekarang ini anak-anak gak kenal sama permainan tradisional. Gadget menjadi
sahabat mereka yang menawarkan keasyikan tersediri, tapi sebenarnya terlalu
sering bermain gadget pun juga tidak baik. Nah ada baiknya nih kita mengenalkan
bahkan kalau bisa ajak anak-anak untuk bermain aneka permainan tradisional.
Beruntung,
ditengah kekhawatiran orang tua akan kecanduan gadget pada anak-anak. Kemarin agenda
memperingati hardiknas diadakan lomba permainan tradisional. Saya kurang ngeh
ketika di lapangan anak-anak seseruan dengan bakiak, egrang bathok, egrang bamboo,
dan permainan seperti jamuran dan dingklik oglak aglik. Untuk sekolah di desa
permainan seperti itu bukan ha lasing karena gadget masih menjadi barang yang
mewah diantara mereka. Tapi untuk anak-anak kota, hal baru yang terlihat ndeso.
egrang |
Dibalik ke-ndeso-an
nya, permainan tradisional sebenarnya memiliki banyak manfaat jika kita
memainkannya. Katakanlah egrang. Bermain egrang itu bukan perkara mudah dan
ujug-ujug bisa aja gitu jalan diatas egrang. Koordinasi otak untuk bisa
menyamakan gerakan kaki dan tumpuan pada egrang, keseimbangan dan juga
kepercayaan diri dibutuhkan dalam permainan ini. Bagi anak yang udah bisa
mereka tampak jumawa karena dengan naik egrang mereka terlihat tinggi. Hahaha… Begitu
juga permainan bakiak, dibutuhkan koordinasi yang tepat, kekompakan antar
anggota, keseimbangan, dan kepercayaan dengan teman sekelompoknya. Salah langkah
yang ada akan jatuh menimpa teman sekelompoknya.
dingklik oglak aglik |
Permainan lain
adalah dingklik oglak aglik. Kalau dalam bahasa Indonesia kursi yang oglak
aglik alias mau patah gitu lah. Biasanya dimainkan tiga orang dengan tumpuan
satu kaki dan kaki yang satunya membentuk simpul dengan bertumpu kaki teman
yang lain. Untuk memenangkan permainan ini adalah kelompok yang masih bisa
bertahan lama dalam mempertahankan keseimbangan. Karena dalam mempertahankan
keseimbangan itu dibutuhkan koordinasi antara anggota kelompok dan kekompakan. Mereka
tidak serta merta hanya berdiri tapi harus berputar sambil bernyanyi “dingklik
oglak aglik”.
Testimoni
dari anak-anak yang ikut sih mereka tampak senang dengan permainan tradisional.
Lebih seru daripada mainan tab atau hp, dan katanya melatih kekompakan. Hahaha…
saya mengutip cerita mereka saat diwawancarai oleh wartawan TVRI. Maklum saya
gak kebagian mendampingi mereka saat lomba. Semoga permainan tradisional yang
sarat dengan makna ini gak sekedar jadi sejarah bagi anak-anak mendatang, yah. Sebagai
orang tua kita perlu lah mengajak mereka bermain di luar ruang. Yang simple
aja, ajari bermain bekel atau main petak umpet. Dan lihat bagaimana kebahagiaan
dan keceriaan terpancar dari wajah anak-anak kita.
Baca : Permainan dari Pecahan Genting
Jangan takut
terlihat ndeso Cuma karena main permainan tradisional. Kalau bukan kita yang
melestarikan, siapa lagi?
perwakilan SDN 1 Ngembak |
8 comments
aku pernah ngadain lomba permainan tradisional loh bareng anak2 di komunitasku, asyik banget
ReplyDeletememang..permainan tradisional itu asyik banget
DeleteJadi inget masa kecil. biasanya saya main egrang tapi sampai saat ini enggak bisa-bisa.
ReplyDeletesaya juga. sampai sekarang masih gak bisa kalau main egrang
DeleteDi sekolah anak-anakku masih diajarin beberapa permainan tradisional, terutama di pelajaran olahraga, dan mereka senang.
ReplyDeletekita termasuk generasi yg beruntung jaman kecil dulu permainan2 gini msh banyak dan sering dilakuin :).. skr sih aku coba ngebatasin supaya anakku ga trus2an main gadget.. tp nyobain permainan d atas jg ga bisa, krn temen2nya bnyk yg ga tau dan akupun rada2 lupa.. tp aku coba ganti supaya anakku bisa seneng permainan yg non gadget juga mbak, kyk permaianan ludo, halma, ular tangga, yg bisa dimainin bareng emaknya ;p
ReplyDeleteKalo anak-anak dulu sangat akrab dengan permainan tradisional seperti demprak, gala asin, main bambu itu lho kayak permanan Philippines, main karet dengan melompat, wah jagonya anak-anakku. Menang mulu kalo maen ama temen-temennya, hehe...#yangmujiemaknya gitu loh!Tapi egrang blm begitu handal maennya. Emaknya jago maen bekel, anak-anaknya kalah mulu, hehe...
ReplyDeleteJaman dulu anak-anak banyak gerak kalo mainnya seperti ini. Anak-anakku sih masih menikmati mainan seperti itu, karena kelahiran pertengahan tahun 90an dan awal 2000. Aku suka kasihan lihat ponakan yang gak pernah mainan kelereng, gobak sodor, petak umpet. Banyakan gadet
ReplyDeleteSilahkan tinggalkan jejak di blog guru kecil ya. Mohon untuk tidak memberikan LINK HIDUP dalam kolom komentar. Jika memang ada,komen akan di hapus. Terimakasih;)