Saya percaya diantara anak didik saya masih belum paham kenapa setiap Senin kita upacara. Kenapa kita menghormati bendera merah putih dikibarkan, kenapa kita menirukan pengucapan Pancasila. Saya merinding ketika bendera merah putih yang mereka kibarkan tampak gagah di halaman sekolah, lengkap dengan iringan suara mereka menyanyikan Indonesia Raya. Bahkan ada keyakinan dalam diri saya, bahwa sekolah adalah satu cara mereka mengenal Indonesia bahkan dunia.
Pendidikan memang masih menjadi PR besar bagi pemerintah. Realitanya masih banyak masyarakat yang belum sadar akan pentingnya ilmu, biaya pendidikan yang tidak murah, pemerataan tenaga pengajar serta penghargaan bagi pengajarnya. Dan yang mungkin pemerintah lupakan adalah beban pelajaran yang harus ditanggung anak-anak. Seperjalanan saya dari SD sampai sekarang menjadi guru adalah Indonesia sudah berganti kurikulum selama beberapa kali. Mulai dari KBK sampai sekarang ini yang masih menuai pro kontra yaitu kurikulum 2013. Beban materi sebegitu banyaknya harus menjadi santapan enak para siswa setiap harinya. Padahal kita tahu, berhasil tidaknya kurikulum bisa dilihat sekitar sepuluh tahun kemudian. Lalu, kenapa seolah pendidikan sekarang ini menjadi sarana "mencekoki" para generasi penerus dan lebih menekankan kepada aspek nilai saja? Sementara para petinggi mengharapkan pendidikan moral digencarkan namun seperti yang kita ketahui materi Pendidikan Kewarganegaraan hanya mencakup teorinya saja.
Menurut saya gak perlu adanya kurikulum yang muluk-muluk. Saat ini mungkin kita lupa bahwa Pancasila adalah sumber dari segala kehidupan masyarakat Indonesia. Kita ingat lagi bagaimana seorang Ir. Soekarno merumuskan dasar negara yang kita sebut Pancasila. Dalam Pancasila mencakup segalanya dimana jika diterapkan dalam pembelajaran saya yakin bahwa pelajaran tidak akan semenakutkan seperti saat ini. Kita berbicara Ketuhanan ada di Pancasila, kemanusiaan, hidup bersatu yang mana Indonesia adalah negara majemuk dan beragam, kerakyatan dan keadilan sosial semuanya sudah ada dalam Pancasila. Peran Pancasila inilah nantinya disinergikan dengan UUD 1945 yang didalam pembukaannya menyebutkan empat tujuan negara salah satunya mencerdaskan kehidupan bangsa. Saya yakin jika mampu berjalan selaras dalam mendampingi pendidikan Indonesia, nantinya Indonesia akan menjadi negara yang lebih maju dengan kepribadian Pancasila.
Miris kan kalau kita melihat fenomena saat ini bahwa Pancasila tidak lagi dikenal oleh anak-anak. Dan baru-baru ini ada artis diduga menghina lambang negara dan kemudian diangkat menjadi duta Pancasila. Atau bahkan sejauh ini kita melihat berita diwarnai dengan adanya saling serang argumen yang menyatakan bahwa keyakinan yang dianut paling benar, dan saya sering menjumpai adanya sikap tidak adanya toleransi antar teman yang mana anak-anak meniru dari tontonan yang mereka lihat dirumah. Bullying dan kecurangan dalam pelaksanaan ujian nasional. Bukankah kita harus mencetak generasi yang jujur? Tapi mau sampai mana jika pendidikan saat ini diwarnai dengan oknum yang sengaja curang.
Mendidik bukan hanya sekedar transfer ilmu, mendidik adalah satu pelayanan dengan sepenuh hati. Apalagi untuk tingkatan sekolah dasar dimana pondasi pendidikan awal sangat menentukan. Mendidik bukan hanya menyelesaikan target yang terdapat standar isi, tetapi harus membekali mereka dengan akhlak dan budi yang baik dalam hal ini kepribadian berpancasila. Itulah mengapa perlu adanya kajian ulang dalam menentukan kurikulum yang tetap memiliki nafas Pancasila didalamnya.
Sudah saatnya membangkitkan peranan Pancasila yang seolah mati suri, menanamkan kepribadian Pancasila, menyelaraskan dan menyeimbangkan kehidupan berpancasila dan membekali para generasi penerus dengan pendidikan yang berlandaskan Pancasila. Jangan sampai mereka hanya melihat Pancasila sebagai pajangan kelas yang diapit gambar presiden dan wakil presiden. Jangan sampai mereka tak tahu lagi apa dasar negara mereka. Dan jangan sampai mereka tidak tahu sejarah bangsa ini. Bukankah Ir. Soekarno bilang bahwa bangsa yang baik adalah bangsa yang mengingat jasa para pahlawannya?
Sebagai seorang guru saya berharap para petinggi di dunia pendidikan mengkaji ulang bagaimana pantasnya pendidikan di Indonesia. Karena anak-anak adalah spons ajaib yang menyerap segalanya, sebagai guru sudah sepantasnya kita memberikan teladan yang baik bukan sekedar nasehat atau koar-koar. Dan masa depan Indonesia bukan ditangan para wakil rakyat, tetapi bermula ditangan mereka para anak-anak yang berseragam merah putih yang dibekali dengan kepribadian hidup berpancasila melalui sekolah.
Chela Ribut Firmawati, S.Pd
Blogger | Guru SDN 1 Ngembak | Purwodadi Grobogan
Blogger | Guru SDN 1 Ngembak | Purwodadi Grobogan
☆☆☆☆☆☆
(Ini adalah naskah lomba dalam rangka hardiknas. Tetapi
dari penyelenggara tidak ada kelanjutannya. Sayang kalau gak saya
publish ^_^)
5 comments
Sebenarnya banyak edu games ataupun aplikasi sederhana lainnya yg bisa dirancang oleh pemerintah untuk menanamkan jiwa Pancasila selain dengan cara2 doktrin yg konvensional. Bocah sekarang butuh tampilan pembelajaran yg lebih kreatif.
ReplyDeletemoral2 yg terdapat dlm sila2 Pancasila memang sepertinya sudah luntur ya... dan utk semua itu, semua harus ikut berperan. bukan hanya sekolah dan guru, tapi juga orangtua dan lingkungan.
ReplyDeleteWaktu masih SD, rajin sekali ngapalin Pancasila dengan butir butir P4 dan GBHN. Anak anak SD jaman dulu juga sepertinya gak seneko neko sekarang.
ReplyDeleteMendidik sepenuh hati agar anak didik juga memiliki hati yang bersih ya,
ReplyDeleteSaya juga masih penasaran kenapa setiap senin upacara ya.. Murid dibangunkan jiwa nasionalisme sementara dunia nyata menyajikan bobroknya mentalitas nasionalisme yg ada..
ReplyDeleteTugas guru semakin tidak mudah.. Mengajarkan moralitas yg bertabrakan dengan realitas..
Tetap semangat ya Bu...:)
Silahkan tinggalkan jejak di blog guru kecil ya. Mohon untuk tidak memberikan LINK HIDUP dalam kolom komentar. Jika memang ada,komen akan di hapus. Terimakasih;)