Anak-anak itu adalah spons paling
ajaib yang Tuhan kirimkan untuk kita. mereka akan menyerap apasaja yang mereka
lihat, dengar, bahkan mereka alami. Anak-anak itu selalu penuh dengan rasa
ingin tau yang sangat tinggi, makanya gak jarang saya sangat kualahan dengan
pertanyaan kritis dari mereka. Bahkan dari tontonan di televisi, mereka sering
ikut menirukan adegan-adegan yang kurang pas untuk seusianya. Pacaran,
sayang-sayangan, saling labrak, dan bahkan banyaknya berita mengenai kasus
tentang kejahatan seks yang korbannya adalah anak-anak.
Mengenai seks, pernah saya mendapati
seorang murid yang bertanya ke pada saya apa itu seks, apa itu alat kelamin,
dan bahkan ada yang bertanya “kalau ada cowok cewek lagi berduaan kenapa bisa
ada bayi di perut, bu?”. Bayangkan, seusia anak SD menanyakan seperti itu ke
saya yang kebetulan adalah gurunya. Bingung dan gelagapan bagaimana menjelaskan
ke mereka tetapi saya harus menjawab pertanyaan itu. Padahal untuk materi
mengenai alat reproduksi baru diberikan di kelas enam. Realita lainnya di
tengah rasa ingin tahu murid-murid saya, bagi sebagian orang tua dan guru
lainnya seks adalah hal yang sangat tabu untuk dijelaskan di anak usia SD. Dan
bahkan larangan keras untuk diajarkan.
Dan KEB datang membawa pencerahan
untuk saya. Melalui program #KEBAgentOfChange
saya mendapat ebook tentang Kekerasan Seksual Terhadap Anak dimana
agen dalam ebook ini adalah emak yang berbeda latar belakangnya. Mak Grace
Melia, seorang ibu rumah tangga yang memiliki anak berkebutuhan khusus dan
berhasil menuangkan kisahnya tentang si Ubii panggilan akrab anaknya dalam buku
Letters to Aubrey. Mak Ida Nur Laila
seorang konselor keluarga yang aktif menjadi pembiacara seputar parenting
keluarga dan menulis
satu buku solo berjudul ‘Menya-yangi Anak Sepenuh Hati, dan 5 buku antologi. Dan
dengankehadiran ebook itulah membawa berkah tersendiri bagi saya.
Setelah membacanya saya jadi kepikiran ingin rasanya
menyelipkan pendidikan seks kedalam pembelajaran di sekolah. Sepele sebenarnya,
saya ingin menjawab pertanyaan murid saya itu. Disisi lain saya ingin merubah
paradigma yang sudah melekat bahwa pendidikan seks itu tabu untuk dikenalkan
untuk anak-anak di sekolah. Saya ingin mereka jadi tahu bahwa seks itu perlu
untuk mereka pelajari sedini mungkin. Bahwa mereka juga perlu untuk mengetahui
batasan mana saja tubuhnya bisa dipegang oleh teman mereka, bahwa mereka juga
harus memiliki keberanian jika ada yang “nakal” dan dengan sengaja menyentuh
area terlarang tubuhnya. Dan mereka nantinya bisa mengantisipasi hal-hal
menyimpang lainnya jika mereka dibekali dengan pendidikan seks.
Saya percaya bahwa jika dimulai dengan hal kecil sekalipun
nantinya akan berbuah dengan perubahan yang baik. Karena sekolah adalah rumah
kedua bagi anak-anak, bahwa sangat perlu sekali menyelipkan pengetahuan tentang
seksual. Kalau bukan dari peran seorang guru, lalu siapa lagi yang akan peduli
dengan mereka bahwa sebenarnya kejahatan seksual itu bisa mengintai kapan saja
dan dimana saja. Jika bukan sekolah sebagai satu tempat untuk mengayomi mereka
dan menikmati keceriaan masa sekolah, lalu dimanakah mereka akan merasa aman
dari para penjahat seksual? Melalui #KEBAgentOfChange
ini saya berharap bahwa sekolah-sekolah di Purwodadi juga bisa menyelipkan
pendidikan seks dalam pembelajaran di kelas. Melalui peran guru, sebagai
seorang agen perubahan saya berharap guru-guru di Purwodadi mau untuk membuka
mata dan hati nurani bahwa kita juga sangat berperan dalam pertumbuhan anak
didik kita. Dan saya ingin mengajak para guru untuk mengajar dengan tulus hati,
bukan hanya demi sertifikasi maupun tunjangan pegawai negeri. Pegawai negeri
atau bukan anak-anak tidak peduli, yang mereka tahu adalah saya gurunya.
Begitupun dengan guru lain, yang setiap pagi dinanti ilmunya dengan tatapan
polos dan tanpa dosa.
Saya sedang melangkah yang sebenarnya tidak sendiri, semua
karena inspirasi dari KEB “Kami ada untuk berbagi”. Sayapun ada untuk
berbagi bersama anak-anak saya, begitu juga dengan peran guru yang lain dengan
beda karakter, beda latar belakang, beda visi misi di tiap kelasnya, beda cara
mengajar, tapi kami tetap bersama untuk membekali para murid dengan pendidikan
seks usia dini. Dengan karya yang dibawa oleh keberagaman inilah yang menginspirasi
dan membawa saya untuk sebuah langkah menuju perubahan. Sebuah tekad untuk
anak-anak agar bisa menikmati dunianya tanpa rasa takut dengan kekerasan, sebuah
perubahan menuju generasi yang lebih baik dan menuju Purwodadi bebas kekerasan
terhadap anak-anak.
13 comments
kereeen !
ReplyDeletesemoga dengan ini mereka sadar sejak dini, tentang apa yang harus di hindari
Makasih mak :)
Deletekelingan kaman kuliah...
ReplyDeletewoww... ada anak SD yg menanyakan tentang seks? saya mah pasti kaget deh bu guru hehe
ReplyDeletekalo anak saya masih penasaran bagaimana bayi bisa keluar dari perut ibunya
Apalagi saya.kaget bgt pastinya
DeleteMenjadi guru emang harus siap lahir batin juga dan harus siap menjawab pertanyaan anak - anak didiknya
ReplyDeleteIyaa..pertanyaan anak jaman sekarang kritis2 banget
DeleteIyaaa..guru selamanya adalah agent of change
ReplyDeletewah semangat mbak cheila.... dunia ini hina... kecuali orang yang belajar dan mengajar.... sukses terus mbak cheila.... semoga bangsa ini benar-benar berubah jadi lebih indah sejati.....
ReplyDeleteBerkat jasa guru, ilmu pengetahuan tersalurkan dengan baik kepada para muridnya :). Sukses, mba
ReplyDeleteSemangat terus ngajarnya bu guru :)
ReplyDeleteSeyuju che, lewat keb akunjg dpt bnyak pelajaran baru utk hidup. aiih. terus semangat mengajar dan menebar kebaikan ya Che
ReplyDeleteAnak-anakku waktu kelas 6 ada pendidikan seks juga. Anak2 jaman sekarang memang kritis2.
ReplyDeleteSemangat mengajar ya Bu Guru cantik :)
Silahkan tinggalkan jejak di blog guru kecil ya. Mohon untuk tidak memberikan LINK HIDUP dalam kolom komentar. Jika memang ada,komen akan di hapus. Terimakasih;)