Yang tradisional
itu belum tentu kuno, gak kekinian, kurang bermanfaat atau bahkan ga ada
seru-serunya. Jaman kecil saya dulu belum kenal sama si burung pemarah yang
sampai sekarang masih ngehits. Paling keren jaman saya dulu itu tetris dan
tamagochi. Itupun cuma dimiliki anak gedong. Kalau saya? Ngumpulin tazoz aja
kudu ngrengek-ngrengek beli ciki dan itupun gak mesti dikasih. Kesian!.
Tapi dibalik
kemirisan hati saya untuk memiliki tazoz, ada beragam permainan masa kecil yang
bikin bahagiaaaaaaaa banget. Ngerasa banget kebersamaan itu sederhana dan bikin
kangen. Mayoritas temen sebaya saya udah pada nikah jadi ya sekedar cerita
sambil hahahihi ajah. Dulu saya jadi objek dikacangin dan diakalin sama
temen-temen makanya kadang males kalau diajak mainan bareng. Hahaha...
Standarnya anak
cewek dulu mainnya dakon, pasaran, jamuran, bahkan rumah-rumahan. Kalau bosen
dulu saya sering gabung sama teman-teman buat mainan pakai kayu. Selain tekong
dulu ada yang namanya mainan cuthikan yang biasa dimainkan 3-5 orang dalam tiap kelompoknya. Berbekal dua buah kayu, satu panjang dan
satu pendek. Yang pendek sebagai gacuk, yang panjang sebagai pemukul.
Waktu itu...
pict source by gogle |
Kami membuat sendiri
gacuk dan pemukulnya. Sukanya dulu motongin dahan pohon petai cina, karena
kayunya itu disamping gampang dipatahin pakai tangan kosong juga gampang banget
ditemuin tanamannya. Setelah kayu siap kami menyiapkan dua buah batu atau
membuat lubangan di tanah sebagai arena gacuk untuj dilontarkan. Karena ini
permainan secara kelompok jadi harus hompimpa dan dibutuhkan kerjasama yag
solid.
Kemudian
permainan diawali dengan team pemenang sebagai pemain dan yang kalah sebagai
yang jaga. Team pemenang akan melemparkan gacuk secara urut ditiap anggota team
dan jika gacuk yang dicuthik itu tadi berhasil ditangkap oleh team yang
jaga, maka skornya akan jadi milik team yang jaga. ada tiga kali kesempatan
untuk nyuthik gacuknya, pertama beralaskan batu atau lubang tanah tadi, disini
skornya adalah dua puluh lima. Kedua dilempar dengan tangan kemudian ditangkis
dengan pemukul,skornya lima puluh dan terakhir menggunakan kaki dengan skor
paling tinggi adalah tujuh puluh lima. Game pointnya adalah seratus dan akan ada
hukumannya jika salah satu team kalah entah itu saling gendong atau meminta
untuk menyentuh sesuatu benda yang ada di sekitar.
Apakah ada
manfaatnya mainan cuthikan itu?
Jelas ada duonk!
Dan saya rasa aneka macam permainan tradisional itu punya segudang manfaat
untuk perkembangan anak di usianya. cuthikan juga punya manfaat, diataranya:
1. Melatih
ketangkasan
Permainan ini semi olah raga sih sebenarnya. Dibutuhkan kondisi fisik yang
bagus untuk bermain entah itu melempar atau menangkap gacuknya. Ketepatan
lemparan disini diperlukan untuk mengecoh lawan atau bahkan gacuk tidak
tertangkap dan skor tidak diambil sama team jaga. Kalaupun kita gak bisa
melempar maka permainan aka berhenti dan diganti deh sama team jaga.
2. Keseimbangan
tubuh
Ada sesi ketiga dimana lempar gacuk menggunakan kaki disini butuh keseimbangan
tubuh. Biasanya akan ada kesepakatan jika dalam melempar gacuk menggunakan kaki
ini jatuh sebelum dipukul, jadilah ZONK! Dan permainan berakhir.
3. Belajar
berhitung
Operasi hitung disini yang dipakai adalah penjumlahan dan menghitung urut. Jika
gacuk bisa ditangkap lawan maka skor secara cuma-cuma jadi punya lawan, tapi
jika gacuk tidak bisa ditangkap dan jatuh di titik tertentu maka skor jadi
milik team pemain dan dihitung dari titik jatuhnya gacuk ke titik awal gacuk
dilempar.
4. Melatih
konsentrasi dan kerjasama
Ini yang penting sih, jika gak konsentrasi maka bisa jadi team yang kalah akan
terus-terusan jadi yang jaga. Dan bahkan kerjasama dari masing-masing anggota
kelompok dibutuhkan untuk mencari strategi apa yang dipakai agar bisa mencuri
skor.
5. Konsekuensi
terhadap keputusan yang disepakati.
Iya ini juga penting, konsekuensi buat yang kalah harus gendong yang menang.
Tapi tetap saja dulu ada satu dua anak yang suka males-malesan buat nglakuinya.
Namanya kesepakatan jadilah harus dilakukan, kalau gak biasanya temen-temen
jadi males ngajak main besoknya. Karena kira dianggap curang.
Hemm...rasanya
masih ada lagi nih permainan saya dulu. Cublak-cublak suweng yang diajarkan
sama bu Ir. Bermain sambil bernyanyi dan menyembunyikan umpan. Sir...sirpong
dhele gosong sir..sirpong dhele gosong...... oke stop nanti keterusan.
Nah mau main
apapun dimasa kecil saya itu selalu ada nilai edukasinya. Sederhana, murah,
menyatu dengan alam, kompak sama teman-teman dan menerti banget arti
kebersamaan. Meskipun pulang-pulang baunya ledhis banget. Jadi langganan dimarahin
bapak deh. Seru lah pokoknya, kalaupun milih ya saya milih jadi anak-anak terus
deh dimana masa kecil itu yang paling susah cuma soal perkalian matematika.
Hahaha....
"Tulisan ini diikutkan dalam Giveaway Permainan Masa Kecil yang diselenggarakan oleh Mama Calvin dan Bunda Salfa"
6 comments
Cuthikan? Malah baru denger saya :)
ReplyDeleteistilah lain patok lele
Deleteiya di kesesi iki namanya patok lele
ReplyDeletegatrik nih kalau aku nyebutnya Cheil
ReplyDeleteBerarti aku anak gedong yaa.. taunya tazos gatau cuthikan ahahahahaha xD
ReplyDeleteowalaah, itu namanya cuthikan :v baru tau aku
ReplyDeleteSilahkan tinggalkan jejak di blog guru kecil ya. Mohon untuk tidak memberikan LINK HIDUP dalam kolom komentar. Jika memang ada,komen akan di hapus. Terimakasih;)