Cerita Tentang Batikku

By Chela Ribut Firmawati - October 25, 2015

Batik adalah satu dari khasanah budaya Indonesia. Seperti yang kita tahu bahwa batik yang dulu hanya identik dengan orang tua kini sudah meluas sampai ke kalangan muda. Yang dulunya Cuma dikenal di beberapa daerah tertentu kini batik jauh lebih mendunia. Bahkan sekarang ini banyak banget ragam batik yang semakin hari semakin bermunculan, ditambah lagi model mengkreasikan batik kini juga sangat beragam.


Tentunya sebagai masyarakat Indonesia saya juga bangga dengan batik. Ini terbukti dari koleksi baju batik yang mendominasi di lemari saya maupun suami saya. Memang sih sebagai guru diwajibkan untuk mengenakan batik sebagai symbol identitas daerah. Tapi di sisi lain batik yang selama ini lekat sebagai seragam, juga menemani perjalanan saya. Perjalanan di acara resmi baik di sekolah maupun luar sekolah atau bahkan ke acara- acara lainnya.

saat mengajar
Saya sangat berbangga hati ketika batik menemani perjalanan saya dalam mencerdaskan anak bangsa. Yap, karena memang ada aturan untuk memakai batik setiap hari selasa, jumat dan sabtu. Sebenarnya tidak hanya dituntut untuk sekedar memakai dengan model baju yang beragam. Batik ternyata juga masuk dalam kajian kurikulum mengenai ragam motif dan asal daerahnya , melalui batik yang saya kenakan paling tidak dapat memberikan satu contoh nyata bahwa motif batik itu berasal dari bermacam-macam daerah termasuk dari Kabupaten Grobogan.  Bahkan disaat upacara peringatan hari nasional dan upacara rutin tanggal 17, diwajibkan untuk menggunakan pakaian korpri yang mana pakaian ini juga memiliki motif batik.

kondangan
diklat dengan batik Tegal
Bukan hanya menemani perjalanan saya mengajar di sekolah, batik juga saya kenakan ketika menghadiri acara resmi seperti kondangan ataupun diklat. Ya, tampil dengan menggunakan batik menambah kadar kepercayaan diri dalam diri saya. Saya bocorin ya rahasia saya, pertemuan pertama sama suami itu ketika kita sama-sama memakai batik dan kami tampak kelihatan lebih tua dari umur kita. Hahaha… Pernah juga batik ini menemani saya ketika perjalanan menyusuri Jogjakarta dalam event Blogger nusantara. Dalam event tersebut saya sempatkan untuk hunting batik di sepanjang Malioboro yang mana banyak banget penjual kain batik dan dikemas dalam berbagai macam barang. Ada baju, tas, dompet, bahkan daster yang jadi favorit ibu-ibu.

Cerita lainnya, ketika saya kencan pertama kali dan diajak menyusuri kota Salatiga dengan si papa juga pakai batik. Sepertinya memang karena kebiasaan saya yang sedari jaman kuliah terbiasa pakai batik kali ya. Atau memang karena kencannya dengan pak guru jadi bawaannya kencan resmi jadi pengennya terlihat rapi dengan batik. Eits, tanpa meninggalkan kesan modis tentunya. Dan di moment istimewa saya yaitu saat pernikahan saya dengan si papa, batik menjadi pilihan kami dalam menerima tamu undangan. Kain Batik Tegal dan merupakan batik tulis asli ini hadiah dari kakak tercinta dan menjadi saksi bisu di hari bahagia kami 19 Desember 2014 lalu.
Batik Tegal di nikahanku
Koleksi batik saya beragam sih. Ada batik Pekalongan, batik Tegal, dan Sasirangan. Bahkan batik yang masih berwujud kain dengan motif Bali masih menunggu antrian untuk dibawa ke penjahit. Pilihan saya kalau untuk batik lebih ke warna yang gonjreng. Batik gak melulu warna gelap kan ya, kalaupun saya dapet batik warna gelap biasanya saya kombinasikan dengan warna terang. Pilihan kain yang beragam menentukan harga dari kain batik, semakin bagus kualitasnya juga semakin mahal harganya. Semakin sulit motifnya, semakin mahal juga harganya. 

ijab
Oh ya saya memiliki satu kain batik yang bagi saya memiliki nilai historis yang sangat berarti banget. Ketika saya bersama ibu, bapak dan si papa yang saat itu masih berstatus calon suami pergi ke Pasar Klewer. Menyusuri tiap los dan memilih berbagai kain jarik untuk ijab qobul. Dari berbagai macam pilihan motif yang ditawarkan, pilihan jatuh ke jarik dengan motif Wahyu Tumurun. Bagi saya itu adalah kain batik termahal yang saya punya bahkan untuk mendapatkan kain batik itu saya dan ibu menghampiri lebih dari sepuluh kios dan gak ada yang nyangkut dihati selain motif dan harga tentunya. Barulah di kios terkahir ini saya menemukan kain jarik Wahyu Tumurun dan dengan harga yang masih dibilang mahal bagi saya. Hahaha… Sekarang kain jarik termahal saya saat ini disimpan bapak, takutnya kalau saya rubah jadi dress atau baju, Bahkan sering dipakai bapak untuk MC. Biasalah MC kondang rasanya kurang afdol kalau gak pakai beskap dan jarik. Wekekeke…

Postingan ini diikutsertakan dalam kompetisi blog #KainDanPerjalanan yang diselenggarakan Wego


  • Share:

You Might Also Like

7 comments

  1. Iyaaa, batikk mah selalu kerennn, apalagi dibuat pernikahannn hihiih

    ReplyDelete
  2. Om saya kalo tidur sering pake celana batik *gaadayangnanyapun

    ReplyDelete
  3. batik memang gak pernah mati gaya ya :)

    ReplyDelete
  4. paling seneng dastet batik, adem :D

    ReplyDelete
  5. Aku terpesona sama dandanan ijabnya, itu jariknya batik yaa

    ReplyDelete
  6. Keceee banget batik2nya. Ini bakal juara nih :)

    bukanbocahbiasa(dot)com

    ReplyDelete
  7. Batik.emang keren san.oke.di segala suasana

    ReplyDelete

Silahkan tinggalkan jejak di blog guru kecil ya. Mohon untuk tidak memberikan LINK HIDUP dalam kolom komentar. Jika memang ada,komen akan di hapus. Terimakasih;)